Semua orang diam seribu bahasa, termasuk 3 hewan mistis yang duduk manis di sebelah tuan mereka, sementara Sitta menjaga jarak dari mereka dengan muka pasi melihat langsung hewan-hewan buas yang belum pernah ia jumpai dan salah satunya dikenal sebagai hewan mitos selama ini. Di lihatnya keadaan sekitar, semuanya tampak aneh dan asing, spesies tumbuhan, hewan, bahkan serangga di sana tak pernah ia lihat sebelumnya di mana pun. Ia mendekati Mada yang menyandarkan sebelah sikunya pada sebuah pohon dengan tangan yang menutup sebagian wajahnya karena frustrasi, bingung, cemas, marah, syok, was-was semua bercampur-aduk menjadi satu. Sitta pun menggeser kakinya diam-diam sambil terus mengawasi 3 hewan di sana kalau-kalau mereka mendadak menyerangnya. Sitta makin mendekati Mada dan mengguncang lengannya, pemuda itu pun menoleh ke arah Sitta. Gadis itu tampak ketakutan dan sama bingungnya dengannya.
"Mada..., sepertinya ada yang aneh di sini, ayo Kita kembali," bisik Sitta takut.
Pemuda itu pun menatap jam digital di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan pukul 3.15 dini hari, ia pun menghembuskan nafas berat dan mendongak menatap langit yang cerah dengan frustrasi, kemudian ia memperhatikan hutan di sekitarnya. Mata amber pemuda itu menatap anak laki-laki berjubah, lalu beralih pada 3 hewan mistis di hadapannya dengan waspada.
"Raga, Airiya, ayo kembali, ada yang gak beres di sini, dan Aku punya firasat buruk tentang tempat ini," ujar Mada tanpa melepas pandangannya dari hewan-hewan mistis itu.
Raga dan Airiya pun saling pandang antara cemas dan tidak berani menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Tunggu apa lagi? Kalian tidak memikirkan bagaimana keadaan teman-teman Kita?!" suara Mada sedikit meninggi karena tidak sabar dan diselimuti kecemasan.
Akhirnya Airiya pun memberanikan diri membuka suara, ia mendekati Mada dan otomatis Harimau putih di sampingnya ikut bergerak berniat mengikuti tuanya. Sontak Mada dan Sitta pun tersentak mundur takut membuat Airiya refleks berhenti lalu menatap dan mendorong pelan Harimau putih di sampingnya dengan penuh isyarat.
Tiba-tiba gadis berambut platinum itu berlutut dengan salah satu lututnya di hadapan Mada diikuti Raga dan laki-laki berjubah di sana. Kontan Mada pun terkejut dan merasa konyol.
"Yang Mulia..., kebenarannya Kita telah kembali ke dunia asal Kita...," ujar Airiya lirih tanpa berani mengangkat wajahnya.
"Kalian masih sempat bercanda? Cepat berdiri!" ketus Mada dingin dan tajam, Sitta pun langsung merasa tegang dengan suasana yang tiba-tiba mencekam termasuk Airiya, Raga, dan laki-laki berjubah yang kembali bangkit dengan ragu.
"Kenapa dari tadi Kalian terus menyebutku Tuan! Yang Mulia! Tuan! Yang Mulia! Kalian pikir ini lucu?" tukas Mada mengintimidasi.
Semua yang ada di sana pun menelan ludah, selain karena status Mada yang sebenarnya lebih tinggi dari mereka, selama ini juga mereka tidak pernah melihat pemuda itu marah apalagi murka, pemuda itu selalu datar tanpa emosi dan jarang bicara.
"Maaf Tu- maksudku Mada, tolong tenangkan dirimu. Baiklah ayo Kita kembali sekarang," balas Airiya mengalah, tapi gadis itu tidak benar-benar menepati kata 'kembali' yang dimaksud Mada.
Airiya bersama Raga dan Kutai mengarahkan Mada 'kembali' ke sebuah pemukiman di tengah hutan. Sebelum memasuki pemukiman itu, Mada langsung menghentikan langkahnya karena merasa ada yang janggal dengan pemukiman itu. Rumah-rumah di sana terbuat dari tanah, para penduduknya juga mengenakan baju kuno yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Mada tersadar bahwa Raga dan Airiya membawanya ke tempat yang ditakutinya.
"Berhenti!" gumam Mada datar.
Mereka terhenti dan membalikkan badan dengan suasana tegang. Mereka mendapati Mada menatap mereka tajam dengan rahang mengeras.
"Kalian masih berani membohongiku? Tahukah Kalian tempat macam apa ini sampai Aku bersikeras mengajak Kalian pergi dari sini?" ujar pemuda itu dingin.
"Tu-, Mada..., sepertinya Kamu harus menenangkan pikiranmu dulu, ini tempat yang tepat untuk menenangkan pikiranmu," bujuk Airiya gugup.
"Hentikan bualan konyol ini! Aku akan tenang saat Kita keluar dari sini dan pulang!" seru Mada lantang, kali ini ia benar-benar meledak, sampai-sampai membuat Raga dan Kutai ciut. "Jika Kalian bersikeras untuk tetap di sini baiklah! Aku akan pulang sendiri dan jangan berani berpikir untuk mengikutiku!" Mada pun melengos dan berbalik pergi tanpa menoleh sama sekali bahkan saat Sitta berteriak memutuskan ikut dengannya serta mengejarnya.
Matahari mulai terik, namun ketika Mada mengecek jam tangannya waktu baru menunjukkan pukul 7.30. Dan selama itu mereka tak mendapati jalan raya atau pemukiman di tepi hutan, lebih anehnya lagi medan yang mereka lalui kadang menanjak dan terjal, lalu yang paling aneh adalah tebing yang hampir membunuhnya tadi pagi, padahal tempat mereka berkemah sebelumnya bukanlah wilayah pegunungan ataupun dataran tinggi.
Mada dan Sitta terus berjalan dalam diam, meski sebenarnya mereka dihinggapi rasa gelisah, takut, bingung, lelah, dan kelaparan. Dan sudah sejak kejadian semalam pikiran Sitta terus terusik dengan tato yang tiba-tiba muncul di bagian depan leher Mada, mulutnya gatal ingin menyinggung tato tersebut namun situasi selalu tidak mendukung. Sudah beberapa kali Sitta mencuri pandang ke arah Mada, ia ingin mengatakan sesuatu namun ia ragu dan canggung. Mada menyadarinya dan beberapa kali ia memergoki Sitta, lama-lama ia merasa tak nyaman.
"Apa ada yang ingin Kamu katakan?," tegur Mada ragu.
"Oh-eh i-itu..., Ak-Aku hanya ingin tahu apa... Kamu sudah gak ma..rah?" tanya Sitta ciut tanpa menatap wajah Mada, baru kali ini Mada melihat gadis itu menciut, selama ini seperti tak ada apapun yang ditakuti gadis itu, atau tepatnya gadis itu seperti tak kenal dengan amarah, ia sangat pintar mencairkan suasana dan meluluhkan hati orang tak terkecuali hati Mada saat ini.
"...Aku gak marah, Aku hanya panik karena Kita tiba-tiba berada di tempat misterius. Tempat ini terasa familiar...ada perasaan aneh yang muncul dan tidak mengenakkan, wajar jika Aku jadi sensitif. Memangnya Kamu gak takut?" jelas Mada dengan perasaan melunak.
"Yeah... Aku juga bingung kenapa Kita bisa berada di sini, tapi tempat ini mengingatkanku dengan film-film fantasi, siapa tahu ada Raja atau Pangeran tampan yang akan muncul juga, hehe," ujar gadis itu dengan polosnya.
Mada pun menanggapi ucapan itu dengan tatapan sarkastis. Mendapat respons seperti itu tawa Sitta pun memudar dengan canggung.
"Omong-omong ada yang mengusik pikiranku sejak kejadian aneh semalam..." Sitta pun mengalihkan pembicaraan sambil merogoh saku jaketnya lalu mengeluarkan benda pipih dan membuka aplikasi kamera lalu menyerahkannya pada Mada. "...simbol itu tiba-tiba muncul semalam."
Melihat gambar dirinya dalam benda pipih itu, mata Mada pun membulat, ia juga terkejut dan tidak percaya pasalnya ada tato yang tiba-tiba muncul di lehernya. Ia mencoba menggosok tato itu namun tidak bisa hilang, saat mereka tengah terheran-heran seekor binatang aneh seperti serigala mutan berukuran raksasa muncul dari balik semak-semak. Binatang aneh itu menggeram dan mengitari Mada serta Sitta, kedua remaja itu pun mematung menatap sepasang mata yang memiliki kilatan tak wajar, walau mereka belum pernah melihat yang seperti itu sebelumnya namun mereka sadar ada yang janggal dengan hewan tersebut.
"Sitta..., Kamu bisa membunuhnya dengan tangan kosong bukan?" bisik Mada dengan tatapan yang tak lepas dari serigala mutan tersebut.
"Gak bisa jika tubuhnya gak memiliki luka sama sekali," balas Sitta tegang, gadis itu makin merapat pada Mada dan meremas lengannya.
Kedua remaja itu terus mengawasi serigala tersebut yang terus mengitari mereka, mereka tak membiarkan punggung mereka menjadi sasaran empuk binatang tersebut. Mada dan Sitta pun kompak melebarkan jaket mereka agar tubuh mereka terlihat lebih besar, keduanya mengeluarkan suara berisik dan menggertak namun serigala tersebut tidak terlihat gentar sama sekali. Justru serigala tersebut terus maju dan memperlihatkan taringnya. Mada pun perlahan memisahkan dirinya dari Sitta.
"Mada!" desis Sitta panik.
Namun serigala itu tetap fokus pada Mada.
"Teruslah berjalan mundur dan naiklah ke pohon yang lurus, serigala ini mengincarku, dan berhati-hatilah kemungkinan ada serigala lain di sekitar sini," ujar Mada tak melepas pandangannya pada serigala itu. Sitta pun mau tidak mau menuruti kata-kata Mada.
"Kemarilah anjing besar," gumam Mada masih berhadapan dengan binatang buas tersebut. Hewan tersebut pun memasang ancang-ancang untuk menerkam Mada dan dengan cepat Mada melompat ke samping dengan rolling depan. Sitta pun memekik panik. Mada segera membalikkan badan dan melangkah mundur dengan cepat seiring serigala itu mendekat, hingga tiba-tiba ia terjerembap saat serigala itu menerkamnya, spontan Mada menyilangkan lengannya di depan wajah, secara misterius serigala itu pun terpental.
Namun situasi menegangkan tak berhenti di situ, serigala itu sempat terpelanting namun ia kembali bangkit sembari mengibaskan kepalanya dan ketika ia hendak menerkam Mada lagi, seekor binatang aneh lain muncul entah dari mana menerobos serigala mutan tersebut dan menahan serigala tersebut dengan cakarnya di tanah, ia menggeram ke arahnya dengan muka ganas penuh amarah.
Seluruh tubuh makhluk itu diselimuti bulu putih, ukurannya besar dan gagah, bentuknya menyerupai dinosaurus berleher panjang namun berbalut otot-otot kekar di balik bulu putihnya, moncongnya menyerupai kuda dengan tanduk emas bercabang seperti tanduk rusa, telinganya runcing ke belakang, matanya sipit dengan bulu mata lebat, cakarnya begitu kuat, makhluk itu memiliki 2 pasang sayap yang lebar dan agak kecil di bagian belakang, ekornya pun meruncing. Mada serta Sitta pun terkesima melihat penampakan makhluk menakjubkan itu.***