Melisa tertidur dengan lelapnya, suara apapun tidak akan membuatnya dengan mudah terbangun. Seperti itulah Melisa saat sudah tertidur, bahkan ibunya selalu mengatakan bahwa Melisa tidur seperti orang mati. Suara bel pintu, hingga suara ponsel seolah tidak mampu membangunkannya.
Seorang petugas hotel bersama dengan Juan baru saja berhasil membuka pintu yang dikunci oleh Melisa dari dalam, Juan bahkan harus rela membayar ganti rugi karena sudah membobol pintu kamar hotel. Untung saja Juan adalah anak dari salah satu pemilik saham dihotel ini, membuat manajer hotel mengizinkan Juan untuk membobol pintu tersebut.
Betapa terkejutnya Juan melihat TV yang menyala dengan suara yang lumayan keras, terlihat Melisa yang tertidur lelap diatas kasur dengan model yang sangat tidak feminim. Juan sampai menahan emosi mengetahui Melisa tidur seperti orang mati, sementara dirinya kebingungan untuk masuk kedalam kamar karena Melisa menguncinya dari dalam.
"Dasar wanita ini!" Juan mengepal tangannya dengan keras, tapi kemudian dengan cepat ia menarik napas dalam untuk menetralkan emosi yang sudah meluap di hatinya.
"Tuan, apa Anda ingin pindah kamar saja? Sepertinya kami butuh waktu untuk memperbaiki pintu ini." Tanya petugas hotel.
"Tidak perlu, aku tidak akan lama disini. Biarkan saja pintunya seperti itu, asal bisa tertutup."
"Baiklah tuan, kalau begitu saya permisi dulu."
Juan mengangguk pelan, saat petugas itu pergi dengan cepat Juan menutup pintu kamar hotel. Karena pintu tidak bisa terkunci, Juan terpaksa mengganjalnya dengan kursi. Sekarang Juan hanya berdua dengan Melisa, dipandanginya wajah Melisa, pandangan Juan menangkap baju Melisa yang tersingkap dan memperlihatkan bagian perutnya. Dengan cekatan Juan menarik selimut untuk menutupi tubuh Melisa.
"Ck. Ck. Ck. Bisa-bisanya dia tidur disaat seperti ini. Apa dia tidak takut jika aku berbuat yang tidak-tidak kepadanya? Percuma saja aku khawatir dia akan berpikir kalau aku ini pria mesum karena mengajaknya bertemu dikamar hotel. Dia sepertinya tidak ambil pusing dengan tempat pertemuan ini.." Kata Juan, ia kembali teringat pada kebodohan Tirta yang menangkap kata private dengan sangat baik, sampai-sampai bisa terbesit diotaknya untuk mengatur pertemuan di kamar hotel yang sangat-sangat private ini. "Dasar Tirta! Tidak akan ku biarkan dia mengurus masalah perjodohanku lagi." Keluh Juan.
"Ggggrrroookkk. Grroookkk." Suara dengkuran bahkan mulai terdengar, Juan sampai terperangah melihatnya.
"Ya Tuhan, seberapa nyenyaknya wanita ini tidur?" Gumam Juan dengan wajah frustasi, ia ingin membangunkan Melisa tapi entah mengapa rasanya tidak tega saja.
"Biarlah, sebagai ganti karena aku datang terlambat, aku akan menunggumu sampai terbangun sendiri." Juan berbicara pada Melisa, meski dia tahu Melisa tidak akan mungkin mendengarnya.
Juan duduk disofa yang berada tepat di didepan jendela, dia kemudian mulai asyik menatap foto-foto Karina di feed stagramnya. Juan tersenyum kecil, ia benar-benar kagum dengan kecantikan Karina, rasa kagum yang kini berganti menjadi rasa cinta itu berhasil membuat Juan semakin tergila-gila padanya. Jarinya tiba-tiba tak sengaja menekan tombol komentar, terlihat beberapa komentar yang seketika berhasil menyakiti pandangan Juan.
[@laki-lakisejati : seksi bangeeettt kak.]
[@pejantantangguh : Open BO gak ini?]
[@pericinta : baru setahun sudah langsung naik daun, yakin gak bobo sama om-om berkuasa.]
[@anitajingga : gak suka banget sama ini cewek! Jual tubuh nol prestasi]
"Sialan! Apa-apaan akun fake ini? Berani-beraninya mereka meninggalkan koment jahat diakun Karina." Suara Juan terdengar penuh emosi." Lihat saja saat Karina jadi istriku, aku akan tuntut semua akun-akun yang berkomentar buruk ini." Ucap Juan berjanji pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba Juan menangkap sebuah komentar yang sedikit berbeda, sepertinya akun itu bukan akun fake karena ada centang biru diujung nama akunnya. Terlihat dia berkomentar baik untuk Karina.
[@Lianfirmansyah : sangat cantik Karina, semangat yah. (Emot senyum)]
"Apa dia salah satu penggemar Karina?" Juan mulai membuka semua feed stagram Karina, dan benar saja hampir di semua foto ada komentar dari akun yang bernama Lian Firmansyah itu. Entah mengapa Juan merasa nama itu tidak asing ditelinganya.
Tiba-tiba Juan baru menyadari, Karina selalu membalas komentarnya dengan kalimat yang terkesan manja. Ia bahkan sesekali memberi emot senyum untuk Lian Firmansyah. Dengan rasa penasaran tinggi, Juan mulai membuka akun itu.
Sepertinya pria itu adalah orang yang penting, dari biodata stagramnya Juan bisa tahu bahwa pria ini adalah salah satu anggota komite pertelevisian. Usianya tampak terpaut jauh dari Juan, mungkin pria ini sudah berusia 40 tahun ke atas, tampak dari rambutnya yang mulai memutih. Dari feed nya juga terlihat, pria bernama Lian Firmansyah itu sudah menikah dan memiliki keluarga yang bahagia, dengan seorang istri cantik dan sepasang anak laki-laki dan perempuan yang mungkin berusia 13 dan 17 tahun.
"Ternyata sudah menikah ya? Tapi berani-beraninya dia mengomentari akun Karina, apa istrinya tidak marah?" Juan justru semakin penasaran sekarang. "Cihh, kenapa juga dia harus membalas komentar orang itu. Dasar Karina, dia terlalu baik pada semua orang." Kata Juan dengan ekspresi kesal.
"Mmmmmm.." Melisa mulai bersuara, dia bahkan mencoba meregangkan tubuhnya dengan cara menggeliat pelan. Perlahan matanya mulai terbuka, samar-samar dilihatnya sosok pria yang duduk didepan jendela kamar. Pria itu tertunduk asyik menatapi layar ponselnya.
"Apa aku mimpi yah?" Gumam Melisa setengah sadar, dilihatnya jam yang menunjukkan pukul 15.30 sudah satu setengah jam berlalu dari waktu yang dijanjikan Juan.
"Dasar laki-laki sialan! Dia menyuruhku datang tapi justru dia yang tak kunjung datang. Katanya dia tepat waktu, ternyata dia sangat tidak disiplin." Lagi-lagi Melisa bergumam sendiri, ia belum menyadari keberadaan Juan disana. Melisa bahkan kembali memejamkan mata, berniat melanjutkan tidurnya. "Aahhh, rasanya sudah lama aku tidak tidur senyeyak ini." Imbuh Melisa dan langsung menarik selimut, dia bahkan mendekat erat bantal guling yang ada disampingnya.
"Siapa yang kau sebut dengan laki-laki sialan Hah!?" Tiba-tiba terdengar suara Juan yang menggelegar, matanya bahkan berapi-api seolah siap menelan Melisa hidup-hidup. Seketika mata Melisa terbuka lebar, kini kesadarannya benar-benar kembali 100%.
"Apa? Jadi tadi bayangan itu bukan mimpi?" tanya Melisa dengan polosnya, dia menatap wajah Juan yang memerah karena emosi yang memuncak. Melisa segera bangun dari pembaringannya. "Ooohhh, sejak kapan kau datang? Apa kau tahu berapa lama aku menunggumu?" seru Melisa dengan dahi berkerut, matanya seolah memancarkan kilat petir saking marahnya.
"Aku sudah datang sejak setengah jam yang lalu! Dasar wanita ini, bisa-bisanya kau tidur di kamar yang menjadi tempat pertemuanmu dengan laki-laki. Apa kau tidak takut aku apa-apakah Hah?"
Mendengar ucapan Juan, Melisa langsung memeriksa kelengkapan pakaian ditubuhnya. Saat dirasa semuanya masih terpasang lengkap ditubuhnya, dia langsung menghela napas lega.
"Syukurlah aku masih memakai pakaian lengkap." Melisa teringat akan sinetron yang biasa ditonton oleh ibu dan kakak iparnya. Biasanya wanita yang tertidur dihotel bersama pria saat mabuk, keesokan paginya dia akan mendapati tubuhnya hanya tertutupi selimut dengan pakaian yang sudah sepenuhnya terlepas dari tubuhnya.
"Ya Tuhan, kau masih bisa bicara begitu?" Juan semakin tidak habis pikir dengan Melisa, sekarang Juan semakin yakin bahwa Melisa adalah wanita yang sangat-sangat aneh, bahkan mungkin gila.