Malam pertama pengantin baru di rumah besar keluarga Laurence nampaknya tak sesuai dengan ekspektasi semua orang yang hadir pada acara pernikahan Feroza dan Griselda, karena bukannya melakukan kegiatan layaknya suami istri mereka berdua justru hanya saling berdiam dan berjauhan.
Feroza memeluk kedua kakinya yang terangkat di atas sofa dengan tatapan yang kosong ke arah luar jendela, sedangkan Griselda hanya bisa menatap lekat lelaki asing yang sekarang berada di kamarnya.
Sepertinya Griselda merasa cukup aneh dengan keberadaan lelaki itu apalagi sebelumnya tak pernah ada satupun lelaki asing yang berada di dekatnya kecuali keluarganya sendiri, dan Feroza yang menyadari dirinya terus ditatap oleh istrinya langsung mendelik sinis pada Griselda.
"Untuk apa kau terus menatapku seperti itu? Berhenti menatapku atau aku akan menghabisimu!" ancam Feroza yang tak terima dengan tindakan Griselda padahal istrinya hanya menatap lelaki itu dari jauh.
Bukannya menjawab perkataan sang suami Griselda hanya diam sambil terkekeh kecil seakan mengejek Feroza, jelas saja hal ini membuat lelaki itu semakin geram pada istrinya.
"Dasar gila! Kau malah mengejekku seperti itu! Lama-lama aku juga bisa ikut menjadi gila kalau terus berada di dekatmu!" gerutu Feroza sembari menggaruk kasar kepalanya yang tak gatal.
"Hahaha!" tawa Griselda yang masih saja mengejek Feroza dengan wajah begitu polos tanpa dosa.
Tak tahan lagi dengan tindakan istrinya Feroza memutuskan untuk mendekati Griselda lalu memandanginya sangat tajam, "Hentikan tawamu yang mengerikan itu!"
"Hahaha! Kau lucu sekali," ledek Griselda lagi sembari mencolek perut Feroza.
Sontak Feroza terkejut bukan main dengan apa yang dilakukan Griselda padanya kemudian ia sedikit memundurkan tubuhnya agar wanita itu tak bisa menyentuhnya lagi, "Jangan menyentuhku, Bodoh!"
"Aku tak mau tubuhku disentuh oleh tangan kotormu itu," lanjut Feroza lagi dengan sangat tegas.
Salah satu kata larangan telah terucap dari mulut Feroza, tanpa lelaki itu ketahui jika setiap kali Griselda mendengar seseorang mengatakan kata bodoh maka otaknya akan langsung bereaksi.
Griselda tak suka dengan kata itu dan setiap mendengarnya ia pasti akan marah besar bahkan mengamuk tanpa bisa dikendalikan, "Arghh!"
"Hei! Mengapa kau malah berteriak seperti ini?" sahut Feroza yang mulai panik mendengar teriakan Griselda.
"Arghh!" teriaknya lagi dengan lebih kencang.
Bahkan Griselda mulai mengacak-ngacak rambutnya sendiri secara brutal hingga tubuhnya ikut bergerak kasar tak tentu arah, "Arghh!"
"Hentikan! Semua orang yang berada di rumah ini bisa mendengar teriakanmu!" perintah Feroza sambil berusaha menutup mulut Griselda menggunakan tangannya.
Akan tetapi gerakan tubuh Viola yang terlalu cepat dan memberontak hebat membuat Feroza kesulitan, "Sialan! Mengapa susah sekali?"
"Aku bisa berada dalam bahaya jika ada yang mendengar teriakan Griselda."
Tak mau menyerah begitu saja, Feroza bergegas naik ke atas kasur yang spreinya sudah berantakan akibat ulah Griselda lalu ia dengan susah payah berusaha menindih tubuh istrinya yang terus memberontak.
"Arghh! Arghh!"
Meskipun harus dengan cara kasar namun Feroza sudah tak peduli lagi karena yang terpenting baginya saat ini adalah menghentikan teriakan Griselda, "Jangan bersuara, Sialan!"
Setelah berhasil menindih tubuh Griselda dan membekap mulutnya, Feroza bisa sedikit bernafas lega walaupun ia masih kebingungan memikirkan tindakan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
"Jangan bersuara lagi! Atau aku akan benar-benar menghabisimu!"
"Humft, humft!" ringis Griselda yang suaranya tidak keluar sebab tertutup oleh tangan suaminya sendiri.
"Benar-benar menyulitkan saja! Tak bisakah kau berhenti menjadi gila dan berusaha untuk waras?" dumal Feroza lagi dengan tatapan tajam yang sangat mengerikan.
Griselda yang tak ingin kalah begitu saja masih terus memberontak dengan menggerakkan tubuhnya kasar, meski tenaga wanita itu tak ada apa-apanya dibandingkan Feroza yang tabiatnya adalah seorang lelaki.
Tak ingin sampai terjadi sesuatu yang tidak diharapkan akhirnya Feroza menggerakkan sebelah tangannya untuk mencari selotip di dalam laci yang berada samping kasurnya saat ini, dengan susah payah Feroza berhasil mendapatkan barang yang ia cari kemudian ia membukanya sangat cepat meski hanya menggunakan bantuan mulut.
"Aku sudah bilang padamu untuk tidak bersikap aneh! Sekarang kau tanggung sendiri akibatnya!" tegas Feroza seperti tak memiliki hati nurani.
Lelaki itu langsung menutup mulut Griselda rapat-rapat menggunakan selotip yang sudah ia siapkan, hingga istrinya tak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun lagi.
Tak hanya itu, Feroza juga menarik kedua tangan Griselda untuk ia ikat kuat agar tak bisa memberontak seperti barusan.
Berkali-kali Feroza melilitkan selotip tersebut di kedua tangan Griselda sampai benar-benar tak bisa berkutik, "Ini akibatnya kalau kau tak mau mendengarkan perkataanku!"
"Humft, humft!" rintih Viola yang sudah semakin tak berdaya.
Masih bisa memberikan tendangan di tubuh Feroza membuat lelaki merasa belum puas, sehingga mau tak mau Feroza juga harus mengikat kedua kaki Griselda agar berhenti bergerak.
"Kau yang memintanya sendiri!"
Feroza kembali mengikat kedua kaki Griselda dengan kasar kemudian berkata, "Aku juga tidak akan bertindak seperti ini kalau kau tidak bersikap aneh, jadi jangan salahkan aku!"
Setelah semuanya selesai, Feroza melempar asal selotip yang awalnya ia pegang. Dan barulah ia bisa bebas menjauhkan diri dari tubuh istrinya yang tak henti bergerak seakan memohon untuk dilepaskan, namun Feroza sama sekali tak peduli dan tak berniat sedikitpun untuk melepaskan jerat yang sudah ia buat pada tubuh Griselda.
"Malam ini kau harus tidur dengan keadaan begini! Karena ini adalah hukuman yang harus kau terima," ujar Feroza ketus.
Sekalipun Griselda meneteskan air matanya dengan begitu memilukan tetap tidak akan membuka hati nurani Feroza yang sudah terlalu gelap, "Aku tidak akan tersentuh hanya karena melihat tangisanmu yang palsu itu!"
Ddrrtt ddrrtt
Suara dering ponsel yang tiba-tiba mengejutkan Feroza hingga tubuhnya tersentak cukup kencang, "Sialan! Mengejutkan saja!"
Dengan cepat Feroza segera mengambil ponselnya kemudian ia melihat nama Natasya tertera di layar benda kecil itu, "Natasya? Ada apa dia meneleponku malam-malam begini?"
Tanpa berpikir panjang lagi Feroza segera mengangkat teleponnya dan mendekatkan benda itu ke telinga, "Halo, Nata?"
"Halo, Fero. Apakah aku mengganggu malam pertamamu bersama Griselda?" sahut Natasya dengan tengil.
"Nata, sudahlah jangan bicara yang tak penting! Lebih baik cepat katakan kepadaku, ada apa kau menelepon malam-malam begini?" tanya Feroza heran.
"Aku ingin bertemu denganmu, Fero. Kau ada waktu luang, bukan? Lagipula mana mungkin kau mau bermain hangat dengan wanita gi--."
"Cukup! Hentikan omong kosongmu!" bentak Feroza yang tak ingin menambah beban pikiran di kepalanya.
"Aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya," sahut Natasya lagi masih dengan sikap tengilnya.
"Satu jam lagi aku tunggu kau di taman tempat biasa kita bertemu!" tukas Feroza tanpa basa-basi lagi.