Chereads / WILL WE UNITE / Chapter 15 - Bab 15- ABIAN, MAAF

Chapter 15 - Bab 15- ABIAN, MAAF

ABIAN, MAAF.

Dara, Abrial, Abian dan Alvan sudah memasuki mobil. Dara duduk di dekat Abian, sedangkan Abrial duduk di kursi belakang. Mereka akan menuju salah satu mall terdekat dari jarak rumah. Alvan terus memandangi pemandangan di sore hari, ia sangat suka sinar senja.

Dalam perjalanan Alvan terus menempelkan wajahnya ke kaca mobil, sembari berbicara bahasa bayi yang mereka tidak paham. Alvan juga terus berjingkrak-jingkrak sambil berusaha merangkul Dara. Sedangkan Abian dan Abrial hanya tersenyum melihat tingkah Alvan, yang terlalu cepat akrab dengan Dara.

1 jam kemudian, mobil Abian telah terparkir. Mereka berempat segera turun, dan menuju lift yang otomatis menuju area timezone. Dalam lift Abian berusaha membujuk Alvan yang terus melekat pada Dara, alhasil Alvan berhasil terbujuk meskipun hanya dalam waktu yang sangat singkat.

Setelah lift terbuka, Alvan menangis meminta jika Dara lah yang harus menggendongnya. Mau bagaimana lagi, Dara dengan sigap segera mengambil Alvan dari cengkraman Abian. Mereka berempat memesan tiket masuk ke area mandi bola. Alvan yang sudah tidak sabar, ia menjerit sambil menunjuk-nunjuk bola warna- warni di sebuah kolam kering.

"Aaaaa, aaaaaa!" teriak Alvan.

"Kenapa sayang? Sudah tidak sabar ya? Sebentar tunggu, papah lagi pesan tiket." jawab Dara sembari menepuk-nepuk pantat Alvan.

Abrial pun tak tinggal diam, ia mencoba membantu Dara untuk menenangkan Alvan.

"Ayo sama om, kita tunggu papah. Ayo sini Alvan," sahut Abrial sambil mencoba mengambil alih batita ini dari Dara.

Namun sayang, Alvan justru menyingkirkan tangan Abrial yang telah menyentuh tubuhnya. Bahkan ia makin menjerit keras dan menangis. Petugas pembuka pintu masuk area mandi bola pun merasa iba, terpaksa ia memperbolehkan Alvan masuk.

"Kak boleh masuk terlebih dulu, yang itu ayahnya kan?" ujar petugas sambil menunjuk Abian.

Dara pun langsung mengangguk pertanda mengiyakan, "betul Kak, ayahnya sedang memesan tiket untuk kami berempat."

Dibalas dengan anggukan yang sama, lalu petugas timezone segera membukakan pintu. Ia juga mempersilakan Dara, Alvan beserta Abrial masuk.

"Silakan Kak, mohon alas kakinya dilepas ya." ujar petugas ramah.

"Baik, terima kasih banyak Kak." jawab Dara.

Dara sedang membantu Alvan melepaskan sepatu mininya. Sedangkan Abrial berusaha berteriak kepada Abian yang sedang mengantre membeli tiket.

"Bang, gua sama anak-anak masuk dulu. Anak lo rewel." teriak Abrial.

Abian yang mendengar Abrial, hanya mengacungkan jempol.

Dara, Abrial dan Alvan segera memasuki ruang mandi bola. Disana Alvan dibawa ke sebuah perosotan balon, dan membiarkan tubuhnya meluncur ke bawah. Dara dan Abrial menjaganya bersamaan. Terlihat sekali raut wajah Alvan yang gembira, karena terlalu gembiranya membuat Alvan selalu berteriak.

Mereka bertiga telah bersatu di dalam kolam mandi bola, dan ide jahil Dara pun muncul. Ia berniat mengubur Abrial dalam tumpukan bola dan terus mendorongnya ke dalam, hingga tubuh Abrial tak terlihat lagi.

Dara merangkul Alvan, dan mulai berbisik tepat ditelinganya.

"Alvan, bantu mamah jahilin om Abrial yuk. Alvan mau kan bantu mamah?" ucap Dara bersemangat.

Alvan hanya mengangguk dan tertawa keras, lagi-lagi rentetan gigi yang tumbuh membuat Dara gemas.

Lantas Dara memanggil Abrial, menyuruhnya mendekat. Ketika Abrial mendekat, Dara segera memberikan isyarat kepada Alvan untuk menidurkan Abrial. Alvan pun berlari lalu menabrak Abrial, tepat sasaran. Target terjatuh.

Dara pun ikut mendorong tubuh Abrial masuk ke dalam, dan Alvan segera menutupinya dengan bola warna warni. Disisi lain, Abian yang melihat itu ikut tertawa, Abrial benar-benar tertutup oleh bola membuatnya hilang ditelan bumi.

Abian menghampiri Dara dan Alvan, ia mulai memasuki kolam mandi bola. Dan tau apa yang Abian lakukan? Ia justru menduduki perut Abrial dengan pantatnya, dan berlanjut berjoget ke kanan dan ke kiri. Alvan dan Dara yang melihat tingkah duda beranak 1 ini hanya bisa tertawa cekikikan.

Abrial yang merasa berat dan tidak tahan atas tekanan besar diatas perutnya pun, segera memukul-mukul Abian. Bak monster yang tangannya keluar tiba-tiba. Abian pun terkejut, lalu ia segera berdiri menjauh dari Abrial. Dara beserta Alvan pun ikut menjauh, mereka pura-pura mengumpat dibalik bola yang sedang mereka pegang.

"Huh, huh, huh. Buset tekanan dugong luar biasa! Perut gua sampai meleyot." ujar Abrial yang masih terengah-engah.

"Jaga mulut lo ya, enak aja gua dimiripin sama dugong. Lo tuh dugong jelek." balas Abian tak mau kalah.

Sontak Abrial menoleh ke arah Abian, lalu ia segera berlari dan melompat menangkap tubuh Abian. Secara otomatis Abian jatuh, lalu ia membalaskan dendamnya. Abrial duduk lalu berjoget ke kanan dan ke kiri.

Abian tentu saja mengusahakan tubuhnya bangkit dengan sekuat tenaga. Alhasil Abrial, terjungkal ke depan, kepalanya terpelosok masuk ke dalam kolam mandi bola. Tingkah Abrial pun mengundang gelak tawa mereka bertiga.

Waktu pun berjalan, kini mereka sedang berada si sebuah restaurant Jepang. Karena perut mereka sudah berbunyi, para cacing demo meminta makanan. Dara yang memang sengaja duduk disamping Abian, sembari menjaga Alvan pun membuka suara.

"Bang Abian, maaf untuk tempo hari ya. Dara benar-benar ga tau. Sebagai gantinya, Dara mau kok jadi ibu asuh buat Alvan." ucap Dara gugup.

Abian pun terperanjat, apa yang baru saja Dara katakan padanya? Ibu asuh?

"I-ibu asuh?" balas Abian.

"Iya Bang, anggap aja untuk menebus kesalahan Dara."

"Ga perlu, gua justru mau menawarkan kamu pekerjaan sampingan. Jadi babysitternya Alvan, nanti lo tinggal di rumah gua. Kalo lo setuju kita diskusi sama mamah papah. Di gaji kok tenang saja, dan terserah Alvan mau memanggil lo dengan sebutan apa." ujar Abian panjang lebar.

Mata Dara berbinar, akhirnya ia mendapatkan kerja tambahan tanpa harus bersusah payah. Dengan cepat Dara mengangguk setuju.

"Oke, pulang nanti kita diskusi bersama ya." ucap Abian.

*Josephine Rachel Olivia*

Wanita bertubuh tinggi, langsing, bersih dan putih dambaan semua wanita di muka bumi ini. Telah Rachel renggut semua untuk dirinya. Ia yang selama ini hanya bekerja di perusahaan kecil, sekarang dirinya resmi diterima di Aristides Group.

Betul sekali, Rachel sudah menjadi karyawati di perusahaan bergengsi di kotanya. Tetapi ia merasa gugup, karena besok hari pertamanya bekerja. Yang dimana kinerja dia dilihat langsung oleh Barra dan bisa juga oleh Elvan.

*Barra*

Barra yang sudah berada di kamar tidurnya, setelah makan malam kembali mencoba hubungi Karenina. Alih-alih ia ingin mengungkapkan kekesalannya terhadap Elvan, kepada adik satu-satunya yang ia punya. Barra segera melakukan panggilan video call, detik demi detik ia tunggu.

Tetapi tak kunjung diangkat, hingga Barra memanggil ulang untuk yang kedua kalinya. Baru lah sambungan telepon itu terhubung. Namun ada yang berbeda, latar dimana Karenina berada bukan lah di rumah yang Elvan sewakan untuknya.

Barra cukup dibuat heran, ia terus memanggil-manggil adiknya sampai seperkian menit kemudian Barra tersadar ada yang tidak beres dengan Karenina.