MAMAH BARU
"Daraaa astaga! Lo ngapain bilang ke Alvan kalo mau ketemu ibunya?" ucap Abrial gemas.
"Emangnya kenapa? Ada kan istri kak Abian?" jawab Dara keheranan.
Abrial yang kesal pun tak sadar menghantamkan tangannya ke tembok dengan keras, lalu ia menatap tajam manik mata Dara.
"Lo tau? Abian dan istrinya baru saja bercerai. Istrinya selingkuh! Parahnya lagi istrinya Abian enggan mengurus anak mereka, hak asuh jatuh ke tangan Abian dong ketika Abian meminta cerai. Dan sampai sekarang dia masih kecewa dan tidak akan memaafkan ulah istrinya sampai kapan pun."
"Jadi lo jangan pernah bilang ke Alvan kalo mau bertemu ibunya. Karena Abian selalu bilang ibunya tidak akan pernah kembali lagi. Asal lo tau Ra, istrinya sudah menikah lagi dan mempunyai anak." tambah Abrial.
Dara yang mendengar itu terdiam membeku, ia merasa bersalah kepada Abian dan juga Alvan. Ia pun sekaligus merasa kasihan. Mata Dara berkaca-kaca sembari memegangi tangan Abrial memohon maaf. Abrial hanya terdiam sembari menunduk.
"Abian cinta mati Ra, tapi dia sejahat itu." ucap Abrial lirih.
Semakin Abrial mengucapkan kata-kata lagi, justru membuat Dara semakin sakit. Ia membayangkan bagaimana Abian merawat Alvan seorang diri, yang dimana Alvan di usia yang masih sangat kecil butuh kasih sayang seorang ibu serta asupan asi yang cukup.
Tak berlama-lama lagi Dara segera kabur, ia berlari menuju kamar Abian dan Alvan. Abrial yang melihat hal itu segera menyusul Dara.
Abrial sempat menarik tangan Dara, "lo ngapain?" tanya Abrial.
"Mau tanggung jawab." jawab Dara tegas.
"Lo jangan macam-macam. Biar gua panggil mereka keluar." sahut Abrial sembari mengetuk pintu kamar Abian.
Dara tidak melanjutkan langkahnya ia menunggu di sofa ruang tamu. Dalam pandangannya Abrial sedang membujuk Abian keluar, tetapi ia masih enggan. Namun Alvan diam-diam merangkak keluar, ia menghampiri Dara.
Dengan semua ide yang telah terbesit dipikirannya, Dara segera menggendong Alvan. Ia meminta maaf kepada batita yang tidak berdosa itu.
"Ayo ikut mamah, Alvan mulai sekarang bilang kakak dengan sebutan mamah ya.." ucap Dara sembari membawa Alvan menuju kamarnya.
Abrial yang masih membujuk Abian pun sama-sama terkejut mendengar ucapan Dara, mereka saling tatap.
"Ga salah dengar kita Bang?" tanya Abrial kepada Abian.
Dari kejadian yang baru saja dialami, Abian pun akhirnya berhasil keluar kamar. Mereka berdua mengikuti Dara diam-diam. Sedangkan Dara yang memang sedang menggendong Alvan, sembari membawa mainan tidak sadar jika sedang diikuti.
Dara pun sengaja tak menutup pintu kamarnya. Ia menaruh Alvan diatas ranjang dengan hati-hati, bermain bersama dengan Alvan.
Dan baru kali ini Alvan sangat bahagia, Abian yang melihat itu tersenyum haru. Ekspresi Alvan lain dari biasanya, ia sangat bahagia dan sering tertawa terpingkal-pingkal.
Apalagi pertama kali Alvan menyebut kata 'mamah' yang selama ini Abian larang. Dalam peraturannya Alvan tidak boleh menyebut kata selain 'papah', tapi kali ini Abian tak bisa berkutik apapun.
Ia tak tega melihat raut wajah sebahagia itu lalu ia buat pudar. Abrial yang berada disamping Abian paham betul bagaimana perasaan kakaknya. Lalu ia mengusulkan bagaimana jika mengajak Alvan dan Dara jalan-jalan sore.
"Bang, kita ajak Dara dan Alvan ke mall yuk. Tapi jangan sampai mamah tau, karena mamah ga suka sama Dara. Padahal Dara gadis yang polos, tetapi mungkin mamah keberatan ia tinggal disini." ajak Abrial.
"Dara ga punya tempat tinggal?" jawab Abian.
"Belum Bang, gua masih bantu dia cariin kost yang biayanya pas dikantong. Jadi gimana Bang ajakan gua tadi?"
"Tunggu, Dara tinggal di rumah gua aja. Rumah gua yang disini, sekalian jadi babysitternya Alvan. Kan ada tuh kamar kosong. Boleh ayo, sekalian gua tawarin kerjaan baru buat dia."
"Wah serius Bang? Pahlawan banget ya lo." jawab Abrial tak percaya, sembari menepuk-nepuk pundak Abian. Lalu ia mulai menghampiri Dara dan Alvan yang masih asyik bermain. Sedangkan Abian kembali ke kamar untuk bersiap-siap menyiapkan beberapa peralatan yang dibawa.
*Barra*
Sesampainya ia di rumah, Barra segera mencari keberadaan mamah dan papahnya. Ia sedikit berteriak dan terus memanggil-manggil. Sampai akhirnya Barra merasa ada sebuah tarikan yang cukup kencang dari arah kiri telinganya.
"Jangan jadi kebiasaan ya Barra, sudah besar tapi sikapnya tidak berubah. Selalu saja seperti anak kecil." ucap Lexa Viviana selaku ibu dari Barra.
"E-eh, eh, sakit Mah. Habisnya Barra panggil ga ada sautan sama sekali. Papah kemana Mah?" jawab Barra sambil mengusap-usap pelan telinganya.
"Tuh di ruang tv," jawab Lexa singkat.
Otomatis Barra dan Lexa berjalan menuju ruang tv, betul disana memang ada target yang Barra cari sedang membaca majalah.
"Halo Pah," sapa Barra basa-basi.
"Ada apa Barr?" jawab Elvan yang seakan-akan tau maksud Barra menemuinya.
"Rere jadi ambil cuti minggu depan? Tadi dia telepon Barra, tapi belum sempat ngobrol banyak, Barra sibuk."
"Jadi, sudah papah pesankan tiket kok." sahut Elvan.
"Mamah kan mau ajak Rere buat kue strawberry kesukaannya." ujar Lexa.
''Oh, bagus deh kalo Karen balik. Jadi ada teman ribut di rumah." balas Bara sembari meninggalkan orang tuanya menuju kamar.
"Kangen kan sama Rere?" goda Elvan.
"Ga!" sahut Barra dengan berteriak.
Elvan dan Lexa hanya tertawa, mereka paham betul jika Barra sangat merindukan adiknya yang sudah hampir 2 tahun tidak bertemu.
Beberapa jam berlalu, Elvan baru teringat akan kejutan yang ingin ia beri kepada Barra. Elvan pun memanggil Barra agar segera menemuinya di ruang makan. 2 menit menunggu, akhirnya Bara pun datang.
"Ada apa Pah? Emang sudah jam makan malam?" tanya Barra bingung.
Lalu ia menoleh ke arah dapur, ternyata disana Lexa masih sibuk memasak yang dibantu oleh asisten.
"Papah sebelumnya berterima kasih karena kamu mau melanjutkan bisnis papah, dan telah mengelolanya dengan cukup baik. Tapi papah lihat, akhir-akhir ini kamu kewalahan mengurus data, kamu hanya mengandalkan Abrial yang tentunya Abrial juga ada tugasnya sendiri."
"Papah sudah mencarikan sekretaris khusus yang akan membantu semua pekerjaanmu nanti, besok ia akan datang." tambah Elvan.
Barra mengangguk setuju, "dia besok datang interview ata-" ucapnya terpotong.
"No, dia sudah mulai bekerja."
"Loh kok Papah main terima aja sih, kenapa ga melibatkan Barra ikut proses interviewnya?" jawab Barra kesal.
"Kamu meragukan pilihan papah? Sudah lah kalo kamu tidak cocok, bilang saja ke papah. Pasti langsung papah berhentikan. Lagi pula perusahaan itu masih jadi tanggung jawab papah, bebanmu jadi lebih ringan kan?" balas Elvan.
Ditengah keributan antara ayah dan anaknya, Lexa pun datang menghidangkan makan malam untuk mereka.
"Sudah Barr, jangan diperpanjang. Betul kata Papah kalo tidak cocok kamu bilang nanti Papah carikan yang baru." sahut Lexa.
Barra hanya diam, ia segera mengambil makan malamnya.
"Kalo mamah lihat-lihat rambutmu sudah gondrong, bosan deh mamah lihatnya. Hitam pekat. Sekali-kali coba model baru Barra, biar kamu merasa fresh." tutur Lexa mengalihkan topik.