"Kakak..."Panggil Naura kepada kakak tersayangnya dengan suara lirih. Naura adalah adik Rino Sasongko. Hubungan mereka sangat dekat. Naura terdiam melihat kondisi kakak laki-lakinya. Kakak laki-lakinya diam dan tak sadarkan diri tertidur tanpa bergerak di atas ranjang Rumah Sakit. Hati Naura pilu melihat kondisi semuanya. "Rino, Adrine sangat malang kak! mereka membawanya."Naura terus menitikan air mata tiada henti.
Setelah mengunjungi kakak laki-lakinya bergegas Naura datang mengunjungi kakak iparnya. "Ya ampun.. apa semua ini? kenapa bisa terjadi? Adarina....," Naura menitikan air mata. Kakak iparnya yang terbaring tiba-tiba terbangun. Jarum Infus yang melekat pada lengan kanannya hampir lepas karna gerakan yang spontan.
"Adrine...!" teriak Adarina memanggil putri semata wayangnya. "Jangan bawa cintaku sayang, bidadari kecilku..Adrine!" Adarina terus meronta memanggil anak kesayangannya. "Akan ku cari kau semua!" ucap Adarina mengancam. Dengan sigap Naura memeluk Adarina kakak iparnya dengan kuat. "Tenang kak, aku akan cari sampai ketemu kesayangan kita. Adrine akan kembali ke kita. Dia akan makan sup dengan sosis. Roti panggang dengan cokelat. Kita pasti bertemu"ujar Naura menenangkan.
"Adrine, Sayang... Naura temukan semua penjahatnya. Please, temukan Adrine" ucap Adarina pada Naura sambil menangis. Naura terus memeluk Adarina dan berusaha menenangkannya. Tidak lama kemudian dokter datang untuk memeriksa Adarina dan memberikan obat penenang. Naura keluar dari ruangan Adarina lalu duduk menunggu dokter keluar dari ruangan untuk memeriksa.
Lima menit berlalu, datang tiga polisi menghampiri Naura. Mereka ingin memastikan keadaan Adarina dan Rino untuk dimintai beberapa pertanyaan. Namun kondisi masih belum stabil, keadaan masih belum membaik. Naura menghampiri polisi tersebut dan mengajukan beberapa pertanyaan.
****
Malam...
Lelaki bersepatu hitam dengan celana jeans hitam mendekati Adrine yang terbaring lemah di atas ranjang dengan cairan infus yang mengalir memasuki tubuh Adrine. Dengan sangat hati-hati lelaki tersebut membopong Adrine dan keluar dari tempat tersebut. Rumah sama halnya gudang. Para penjahat yang sedang bermain kartu tidak menyadari adanya penyusup yang membawa lari Adrine. Sangat cantik cara menyelamatkan Adrine. Hampir tidak terdengar suara gaduh hanya sempat menjatuhkan infus yang menggantung.
"Bang Alex, gua mau kencing dulu. kebelelet nih." ujar Baron salah satu dari empat kawanan.
"Eeehhhh... kebiasaan lu kencing mulu." sahut Bondan kesal. Empat kawanan itu berkurang satu. Keasyikan dan kenyamanan mereka sirna. Baron berlalu meninggalkan kerumunan beranjak ke toilet. Lepas dari buang air kecil Baron berinisiatif memeriksa gadis kecil malang yang telah mereka culik. "Kebiasaan, Bagol pasti gak tutup pintu bocah ini. Gua periksa dulu ah siapa tau udah sadar atau jangan-jangan mati lagi. Oh, bisa-bisa kita yang dimakan si bos." ujar Baron kemudian memasuki ruangan Adrin. Ketika sampai di ruang tersebut sontak Baron panik. "Bocah, bocah, di mana lu bocah. Kemana lu bocah?" kaki dan dua bola mata Baron menghinggapi semua sudut ruangan. Bagai orang gila berteriak-teriak.
"Bagol, Alex, Bondan.. sial ini sial." teriak Baron panik. Bagol, Alex dan Bondan mendengar teriakan Baron dan kemudian mereka beranjak mendekati Baron.
"Lu kenapa?" tanya Bondan heran.
"Bocah itu ilang, ga ada di tempat tidurnya. Padahal kan masih belum sadar!." ucap Baron sangat panik. Kemudian Bagol masuk dan memeriksa jendela ruangan tersebut. "Jendela masih dikunci bang."
"Cari!, cari,! cari! cari sampai dapat" ucap Alex memerintahkan mereka bertiga. Mereka berempat mencari sampai di kebun di luar markas mereka namun sangat disayangkan tidak menemukan apapun atau jejak apapun.
"Sial!!!! kita pasti dimakan sama Si Bos Khetek. Apa yang kita perjuangin sia-sia!" Alex marah kemudian memukul Baron.
"Nanti malam Bos Khetek ke sini. Bocah itu gak ada kita mau bilang apa?" Alex kelimpungan. Seolah nyawanya akan lenyap begitu saja. Seolah ketakutan yang mengerikan.
Satu jam berlalu...
Setelah empat kawanan itu pontang panting mencari dan tidak menemukan apapun, kemudian Bos mereka datang dengan membawa rombongannya. Alih-alih menambah kawanan pengamanan. Bos Khetek adalah orang paling ditakuti segala penjahat. Dia adalah pimpinan dari penjahat bahkan dia sangat dikenal di dunia kriminal karna selalu selamat ketika telah sampai ditangan polisi. Bahkan dulu pernah hampir ditembak mati tapi seseorang membantunya sehingga selamat dan keluar dari penjara. Pernah pula tertembak di bagian betis kanannya namun sembuh bahkan seolah tidak pernah tertembak.
Ketika Kethek menghampiri Alex, dengan leher dilipat Alex mengatakan bahwa anak gadis kecil yang dimintanya hilang tanpa jejak. Padahal Khetek telah mengirim dokter kepercayaannya untuk memberikan perawatan dan Alex beserta kawanannya hanya cukup menjaga dan memeriksa agar gadis kecil itu baik-baik saja. Tapi sangat disayangkan takdir berbicara lain. Dia hilang tanpa jejak. Kemudian Khetek memukul Alex tiga pukulan karna kesal.
"Mau tidak mau kalian dapatkan anak itu dengan cepat. Entah dengan cara apa kalian membawanya kembali!" ujar Khetek memerintahkan.
*****
Bumi berputar sesuai tugasnya. Matahari telah memunculkan sinarnya kembali setelah gelap menyelimuti. Sungguh tak disangka Adrine selamat dari kawanan itu. Dan setelah malam yang menegangkan membawa lari gadis kecil yang tak sadarkan diri dengan kehabisan banyak darah. Wajahnya yang pucat pasi kini telah mulai sedikit memerah hanya tinggal menunggu siuman.
"Sufi, bagaimana anak ini?"tanya Ghandi pada Sufi. Sufi adalah istri Ghandi.Dia pernah menjadi supir pribadi keluarga Sasongko dan sangat setia dengan keluarga ini bahkan ketika dia pernah tidak sengaja mendengar seseorang akan menghancurkan Rino Sasongko dia dengan keras akan menggagalkannya. Tapi siapa sangka anak perempuan Ghandi meninggal karna seseorang menabraknya dan kemudian lari.
Setelah musibah menimpa, Ghandi mengundurkan diri dari keluarga Sasongko dan lebih memilih berdagang menjaga warung kelontong milik sendiri yang selama ini dikelola oleh istrinya.
"Sudah sedikit membaik sepertinya. Wajah pucat semalam sekarang memerah. Lihat betapa cantiknya Adrine. Jika anak kita masih hidup pasti sebesar dia. Mereka bisa jadi teman baik." ucap Sufi membayangkan impiannya. "Aku mencintai anak ini suamiku. Apakah kamu akan mengembalikkannya?" Ghandi tersenyum mendengar pertanyaan Sufi, mendekat padanya dan memeluk Sufi seraya mencium kepala Sufi.
"Tidak Sufi, kita tidak akan mengembalikkannya untuk sekarang ini. Ini masih terlalu berbahaya untuk Adrine yang masih kecil. Bahkan ayahnya masih koma di Rumah Sakit. Dan ibunya masih sangat shok atas peristiwa ini. Dia akan menjadi anak kita untuk sementara waktu. Kita yang akan merawatnya hingga keadaan membaik.
"Lalu bagaimana jika Naura tahu Adrine ada di tangan kita?" tanya Sufi cemas
"Aku akan bicara jika Naura mengetahui. Sementara tenang sedikit dan fokus agar Adrine lekas siuman."
"Ayah... Momy.. Ayah... Momy.... Ayah..." Adrine meracau. Sufi dan Ghandi kemudian mendekati Adrine. Ghandi membelai rambutnya dan Sufi memegang tangan Adrine. Lembut sangat lembut. Bola mata Sufi berkaca-kaca, hatinya bahagia melihat Adrine segera siuman.
"Adrine, sayang... ini tante nak, tante Sufi dan om Ghandi ayah Bila" Sufi menjelaskan. Adrine membuka matanya dilihatnya Ghandi dan Sufi. Segera Ghandi memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Adrine.
"Kalian siapa?di mana ayah dan ibuku?"tanya Adrine sedikit heran dirinya telah berpindah tempat.
"Ayah sedang istirahat nak. Nanti ayah Adrine pasti datang untuk Adrine." ucap Sufi menenangkan. Kemudian dokter memeriksa kondisi Adrine.
Setelah dokter selesai memeriksa lalu Ghandi bertanya kondisinya. Dan memastikan bisa segera pulang karna menurutnya di Rumah Sakit tidak aman. Polisi maupun kawanan penjahat pasti akan mencarinya hingga dapat. Dokter menyarankan 2 hari lagi bisa pulang tapi jika kondisinya kemudian sehat dan stabil bisa pulang keesokan harinya.
Tapi ternyata kondisi Adrine lebih cepat sehat dari perkiraan. Sufi dan Ghandi membawa pulang Adrine ke rumah mereka.