Chereads / Starting From Today / Chapter 29 - Chapter 27.1 : The Problem of Every 12th Grade Students

Chapter 29 - Chapter 27.1 : The Problem of Every 12th Grade Students

Tahun terakhir di SMA atau tahun ketiga adalah tahun keramat dan tahun terpenting dalam sejarah pendidikan wajib 12 tahun bagi seluruh siswa di seluruh antero Indonesia. Tahun ini lah yang menentukan kemana mereka akan menjalankan kehidupan mereka sebagai orang dewasa baru.

Bagi murid kelas 12, seharusnya tidak ada yang lebih penting dari belajar untuk mendapatkan universitas atau kampus yang mereka impi-impikan. Permasalahannya adalah pasti ada saja murid-murid yang belum tahu apa impian mereka. Apa tujuan hidup mereka dan kemana mereka akan menghabiskan waktu selama beberapa tahun untuk menekuni suatu bidang khusus.

Permasalahan ini disebabkan oleh terlalu banyaknya pilihan dan kurangnya waktu untuk mengeksplor. Anak SMA diwajibkan untuk mempelajari lebih dari 10 pelajaran selama kurang lebih dua tahun dan dipaksa untuk memilih satu hingga dua jurusan satu tahun kemudian.

Para murid kelas 12 di SMA Nusa Bangsa juga tidak dikecualikan. Hampir setengah populasi murid masih bingung dengan pilihan jurusan mereka. Ada yang sudah menemukan jurusan yang mereka minat, tetapi merasa tidak memiliki bakat dalam minat tersebut atau bahkan tidak disetujui oleh kedua orang tua mereka.

Murid yang tidak memiliki minat dan mengetahui bakat mereka pun tidak terhitung jumlahnya. Oleh karena itu, pihak sekolah mengadakan tes bakat dan minat serta konseling mengenai jurusan kuliah.

"Kalo gue pengen jadi dokter kayaknya udah telat banget yak," celoteh Cherryl dengan nada kecewa.

"Lo anak IPS anjir, mana bisa. Dengan kepintaran lo, gue yakin lo bisa survive di IPA. Kenapa gak ambil IPA aja tahun kemaren?" tanya Lia penasaran.

"Dulu pas SMP, gue nangis tiap pelajaran IPA, makanya sekarang ambil IPS. Tapi gara-gara nonton drakor kemaren, gue pengen jadi dokter sekarang."

Obrolan Cherryl dan Lia membuat Lareina dan Sean yang mendengar percakapan tersebut terkekeh. Cherryl merupakan tipikal murid tidak perlu melakukan banyak usaha untuk meraih ranking lima besar di kelas atau dapat dibilang Cherryl ini adalah murid pintar alami. Sedikit mirip dengan Lareina, bedanya Lareina memang suka belajar, sedangkan Cherryl belajar seperlunya.

Meskipun kepintarannya di atas rata-rata murid-murid lainnya, ia tidak memiliki minat terhadap suatu bidang khusus. Ia juga tidak memiliki cita-cita spesifik. Cita-citanya selalu berubah tergantung film atau drama apa yang sedang ia tonton.

Berbeda dengan Lia, gadis itu sudah memantapkan dirinya untuk melanjutkan pedidikannya di jurusan pariwisata sejak ia berada di bangku SMP. Ia tertarik dengan sejarah dan spot turis di berbagai negara dan ingin menjadi tourist guide, maka dari itu ia bersikeras untuk masuk kelas IPS demi meraih cita-citanya. Di tambah dengan fakta bahwa keluarganya memiliki usaha travel, jalannya menuju cita-citanya akan lebih mudah.

"Kalo gue tidak lain tidak bukan adalah jurusan Pariwisata di Universitas Mandala. Gue harus masuk sana gak mau tau!" sahut Lia sembari mengangkat kepalan tangannya dengan semangat.

Cherryl memajukan badannya untuk mendekat ke arah bangku didepannya, "Lo berdua mau masuk mana?"

"Gue sih Hukum," balas Sean singkat dan yakin.

Lareina terdiam. Di dimensi dan kehidupan aslinya, gadis itu merupakan lulusan dari jurusan Fisioterapi dari Universitas ternama yakni Universitas Abinawa. Ia melakukan lintas jurusan karena jurusan yang ia inginkan termasuk jurusan MIPA.

Ia sendiri tidak menyukai jurusan yang ia tekuni. Awalnya ia merasa jurusan Fisioterapi adalah jurusan yang menarik untuk dipelajari. Namun, hanya dalam semester pertama, Lareina menyadari bahwa Fisioterapi bukan lah jurusan yang cocok dengannya. Di tambah dengan kenyataan bahwa Lareina memilih untuk melanjutkan karirnya sebagai aktris, ia merasa bahwa kuliahnya selama empat tahun terbuang sia-sia.

"Gue… kayaknya mau ambil Ilmu Komunikasi," jawab Lareina setelah memutuskan untuk mengubah jurusannya.

Byur!

Sean yang sedang meminum air dalam botolnya itu tersedak karena hampir tertawa mendengar jawaban Lareina.

"Sean! Jorok ih!" protes Lareina karena terkena cipratan air dari Sean.

Sean segera mengeluarkan tisu dari tasnya lalu mengelap rok Lareina yang terkena cipratan air dari mulutnya. "Sorry-sorry! Lagian lo ada-ada aja."

"Ada-ada apaan?"

Sean tertawa sinis, "Ilmu Komunikasi? Lo? Ngomong sama orang aja gak pake filter dulu, mau masuk Ilmu Komunikasi?"

Lareina menoyor pelan kepala pria yang baru saja mengejek kemampuan komunikasinya. "Emang lo pikir, jurusan Ilmu Komunikasi cuma belajar ngomong doang?" tanya Lareina kesal.

"Tapi itu basicnya."

"Mana ada."

"Berantem mulu nih pasturi baru," sahut Radithya menghampiri bangku Lareina dan Sean.

.