Chereads / Gairah Putra Mahkota / Chapter 18 - Makan Malam Keluarga Yuan

Chapter 18 - Makan Malam Keluarga Yuan

Ladifa memandangi dirinya dari pantulan cermin. Dia tersenyum puas. Hari ini, dia akan bertemu dengan keluarga Yuan. Tentu saja dia akan bertemu dengan putra mahkota keluarga Yuan. Lelaki itu harus dia dapatkan. Segala cara harus dilakukan Ladifa.

"Aku harus pergi, Martha. Mengapa kau tampak murung belakangan ini?" tanya Ladifa yang memandangi adiknya. Martha menggeleng.

"Bukankah besok adalah hari pernikahanmu?" sahutnya lagi. Martha menghela napas panjang.

"Ya," jawabnya singkat.

"Oke," ucap Ladifa. Dia kemudian berjalan keluar kamar. Di ruang tamu, tuan Robert sudah siap. Dia menatap Ladifa yang memakai riasan terlalu berlebihan.

"Bukankah ini hanya makan malam biasa? Mengapa berpenampilan seperti itu?" tanya Robert. Ladifa memandangi dirinya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia tersenyum puas dengan penampilannya.

"Ayah rasa ini sedikit berlebihan," ucap tuan Robert lagi. Ladifa menghela napas panjang. Dia menggelengkan kepala.

"Tidak masalah, ayah. Jangan banyak protes!" ucap Ladifa.

Mereka kemudian berjalan menuju mobil. Martha hanya bisa melihat kakaknya dari jauh. Sejujurnya, Martha tidak suka sifat Ladifa yang terlalu ambisius. Namun, jika dia tidak melakukan itu, perusahaan ayahnya akan bangkrut.

Ladifa menikah dengan Antoni karena lelaki itu memberikan modal yang cukup besar di perusahaan ayahnya. Antoni harus bertugas di luar Barcelona dan Ladifa memiliki kebebasan sekarang.

Di dalam mobil, Ladifa tidak henti-hentinya menatap dirinya melalui pantulan cermin. "Aku yakin, putra mahkota keluarga Yuan akan memilihku. Aku akan mengodanya, ayah!" ucap Ladifa.

Tuan Robert hanya terdiam, membiarkan Ladifa mengekspresikan dirinya. "Kau harus ingat Antoni, dia bekerja keras untuk perusahaan ayah juga," ucap tuan Robert setelah terdiam cukup lama.

Ladifa menghela napas panjang. "Jika aku mendapatkan lelaki yang kaya raya, mengapa tidak, ayah?" sahutnya.

"Ya, tidak masalah juga. Namun, Antoni termasuk lelaki baik," jawabnya.

"Jangan terlalu membela Antoni ayah, aku yakin dia tidak akan memberikan kekayaan yang banyak seperti putra mahkota keluarga Yuan," jelasnya.

Sesampai di kediaman keluarga Yuan, Ladifa bergegas turun. Pemeriksaan di pintu gerbang cukup ketat. Hanya ada tiga keluarga besar yang diundang.

"Sungguh sangat indah rumahnya, ayah!" bisik Ladifa.

***

Ares menatap dirinya dari pantulan cermin. Dia memakai topeng hitamnya. Anne yang mengintip dari balik pintu membulatkan mata.

"Mengapa dia harus memakai topeng itu?" batinnya.

"Seharusnya menunjukan wajahnya tidak masalah kan, kecuali dia …,"

"Ah, bisa saja dia memiliki masalah di Barcelona. Aku akan mencari tahu semua ini," ucap Anne. Dia terus mengintip Ares dari balik pintu. Dua jam lagi, makan malam akan terlaksana. Tamu sudah berdatangan dan seharusnya Anne berada di dapur namun dia mengendap masuk ke dalam rumah dan mencari kamar putra mahkota.

"Anne!"

"Anne!"

"Kau buat apa di sini?" suara sumbang itu membuat Anne membulatkan mata. Bibi Fani sudah berdiri di belakangnya. Perempuan itu menepuk pundak Anne dan membuatnya kaget bukan main.

"Aku mencarimu, kau seharusnya membawah piring-piring itu!" protes bibi Fani. Dia menatap Anne sambil menyipitkan matanya. Anne menghela napas panjang. Dia menggeleng.

"Aku tersesat, rumah ini sungguh luas," ucap Anne berasalan.

"Bohong, seharusnya kalo kau tersesat, kau tidak akan berada di depan kamar tuan muda," protes bibi Fani. Anne menghela napas panjang.

"Aku …," Anne mengigit bibir bawahnya.

"Ya, cepatlah kau selesaikan tugasmu malam ini dan jangan menguntit di sini lagi!" perintah bibi Fani. Anne bergegas pergi. Untung saja keributan itu tidak didengar oleh tuan muda. Jika hal itu terjadi, Anne bingung harus menjelaskan apa. Tidak mungkin identitasnya akan terbuka begitu saja.

Beberapa tamu undangan keluarga Yuan sudah berada di aula penyambutan. Anne membawah nampan berisi makanan ringan dan meletakkan di meja makan yang sangat luas. Ada yang mengusiknya. Entah mengapa Anne merasa seseorang memandanginya dari jauh.

Anne meletakkan makanan ringan itu lalu berjalan meninggalkan area meja makan. Saat kakinya melangkah ke arah dapur. Sebuah tangan kekar menghentikan langkahnya.

"Kau~"

"Kau pelayan yang menjatuhkan minumanku itu?" ucap Victor. Dia menatap Anne dengan pandangan tajam. Anne yang memegang nampan spontan menunduk ke bawah. Tatapan Victor selalu membuatnya ketakutan.

"I-iya!" jawab Anne dengan suara terbata-bata. Victor meletakkan tangannya di pipi perempuan itu. Dia mencoba mencondongkan wajahnya. Menatap Anne dengan jarak yang cukup dekat.

"Kau berbeda dengan pelayan lain," sahutnya. Anne mengangguk. Dia tidak berani menatap wajah Victor.

"Mengapa kau bisa menjadi pelayan di sini?" tanya Victor. Suaranya serak dan penuh penekanan. Anne menghela napas panjang. Dia menongakan wajahnya dan memberanikan diri menatap tatapan tajam itu.

"K-karena aku …,"

"Karena apa?" sahut Victor segera.

"Aku adalah peloncong yang tersesat di sini dan membutuhkan uang untuk pulang," ucap Anne. Dia menunduk lagi. Bulu kuduknya merinding. Tubuh Anne terasa menegang. Dia tidak bisa berbuat apapun.

"Oke, pergilah!" ucap Victor dan Anne bergegas pergi meninggalkan lelaki itu. Victor masih terus menatapnya.

***

Ladifa mencoba mencuri pandangan ke arah putra mahkota keluarga Yuan. Namun, lelaki itu tampak dingin dan sama sekali tidak menatapnya. Ladifa mencoba untuk menyapanya namun lelaki itu segera pergi.

Ladifa berdecak lidah.

"Sial, apakah dia memiliki kepribadian yang aneh?" batinnya dalam hati.

"Mengapa dia sama sekali tidak ingin menatapku?" sambungnya. Ladifa menghela napas panjang. Selama makan malam, dia tidak memiliki kesempatan berdekatan dengan lelaki itu. Bahkan Ladifa sudah mencoba untuk mendekat namun putra mahkota malah pergi begitu saja. Membuat Ladifa kesal.

"Ayah, mengapa putra mahkota keluarga Yuan selalu terdiam?"

"Apakah dia bisu?" bisik Ladifa.

"Ust, jangan bicara yang sembarangan, tidak mungkin dia bisu. Hanya saja, dia belum mau berbicara," ucap tuan Robert. Dia sedang fokus mendengarkan pidato tuan Alderic.

Ladifa mencoba mencuri pandangan namun, lelaki itu sama sekali tidak berselera. Sepertinya Ladifa akan sangat sulit mendekati putra mahkota keluarga Yuan jika seperti ini.

Setelah makan malam, Ladifa bergegas pulang. Putra mahkota sudah tidak terlihat lagi. Entah ke mana lelaki itu. Yang Ladifa pahami, bentuk wajah lelaki itu tidak terlalu familiar. Dia pernah mengenal seseorang yang memiliki bentu wajah seperti itu.

"Tapi siapa?"

"Di mana?" pikirnya.

Anne bergegas meninggalkan area dapur saat pekerjaannya selesai. Dia masuk ke dalam kamar lalu merengangkan otot-ototnya. Seharian di dapur membuatnya stress. Tidak pernah dia bekerja seperti ini.

Anne melepaskan seragamnya dan berganti pakaian. Dia akan mencari tahu alasan putra mahkota memakai topeng. Apa yang ditutupinya? Mengapa dia melakukan itu? Pikirnya.

Setelah tamu pulang, Anne bergegas berjalan menuju ruang utama. Di sana, tuan muda akan duduk dan merenung. Anne merasa, lelaki itu memiliki banyak masalah. Tebakannya benar, saat Anne menuju ruang utama, tuan muda duduk sambil menunduk dan sesekali mengusap kepalanya. Sepertinya dia sedang banyak masalah saat ini.

Brak!

Sial, Anne menjatuhkan satu pot bunga kecil yang menjadi hiasan di ruang utama dan spontan lelaki itu menoleh ke arahnya.

"Siapa kau?"

Bersambung …