Chereads / Gairah Putra Mahkota / Chapter 12 - Keluarga Terhormat

Chapter 12 - Keluarga Terhormat

Thomas menatap Martha yang sedang duduk termenung di dalam mobil. Thomas sengaja menjemput Martha untuk mengajak perempuan itu jalan-jalan sebelum mereka resmi menjadi suami istri.

"Masih memikirkan Ares?"

Martha yang sedang asik menatap ponselnya spontan memandang Thomas. "Tidak!" ucap Martha tegas.

"Kau pikir, aku masih memikirkannya?" sambungnya lagi.

"Tentu saja, walaupun kau mengatakan tidak memikirkan Ares, namun bisa saja kau sedang mengiginkan lelaki itu kembali," gerutu Thomas kemudian. Martha menghela napas panjang.

"Aku sudah tidak ingin, dia tidak bisa membahagiakanku," ucap Martha. Thomas menjalankan mesin mobilnya. Dia bergegas meninggalkan kediaman keluarga Smith.

"Dua hari lagi kita akan menikah, kau harus mempersiapkan dirimu," ucap Thomas.

"Tentu saja!"

Thomas tersenyum, akhirnya dia bisa mendapatkan Martha. Sejak dulu, dia benar-benar menginginkan perempuan itu menjadi istrinya. Namun sialnya, Martha malah terjebak pernikahan dengan Ares. Lelaki miskin yang menjadi saingannya.

Dring!

Ponsel Martha bergetar. Dia bergegas mengambil benda persegi itu.

"Ada apa kak?" sahut Martha kepada Ladifa.

"Ayah akan bertemu dengan keluarga Yuan, kau dan Thomas sudah tahu?" sahut Ladifa melalui sambungan telepon. Martha menatap Thomas yang sedang fokus menyetir.

"Aku tidak tahu, apakah ayah akan menjalin kerja sama?" sahut Martha.

"Ya, tentu saja Martha. Kamu bagaimana sih? Seharusnya tahu bahwa keluarga Yuan akan menguntungkan bisnis kita!" gerutu Ladifa.

"Tapi …,"

"Kau dan Thomas harus cepat pulang, aku ingin menjelaskan bagaimana cara mendekati keluarga Yuan agar kita bisa bekerja sama dengan keluarga kaya itu!" ucap Ladifa kemudian. Martha menghela napas panjang.

"Aku dengar, putra mahkota keluarga Yuan adalah lelaki tampan," ucap Ladifa kemudian.

"Jika informasi itu benar, aku akan mencoba mendekatinya!" sambung Ladifa. Martha menghela napas panjang.

"Bukankah kakak sudah memiliki Antoni?"

"Putra mahkota keluarga Yuan lebih menguntungkan dari pada Antoni, kau tenang saja! Aku akan mencoba mencari tahu tentang putra mahkota keluarga Yuan," jelas Ladifa. Thomas sesekali menatap ke arah Martha.

"Okelah kak," jawab Martha. Telepon terputus. Martha menyimpan ponselnya di dashboard mobil sambil memijit pelipisnya yang terasa berat.

"Ada apa?" tanya Thomas. Dia menghentikan laju mobilnya.

"Ayahku akan bertemu dengan keluarga Yuan," jawab Martha.

"Lalu?" seru Thomas kemudian.

"Kak Ladifa ingin mendekati putra mahkota keluarga Yuan, aku penasaran saja, soalnya kak Ladifa sudah memiliki Antoni," jelas Martha lirih. Thomas tertawa mendengarkan ucapan Martha. Dia sangat tahu otak Ladifa. Perempuan yang gila harta dan akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Tapi Thomas, berlian yang kau berikan benar-benar palsu, aku sudah tanyakan kepada temanku. Kau membohongiku!" ucap Martha. Tatapannya sangat tajam memandangi Thomas.

"Ya, aku akan membelikan yang asli jika kau menjadi istriku secara resmi!" gerutu Thomas sambil menyetir mobil.

Martha menghela napas panjang. "Aneh saja, Ares bisa tahu bahwa berlian itu palsu hanya sekali memandang," gerutu Martha sambil memijit pelipisnya.

"Ya, tentu saja lelaki miskin itu tahu mana yang asli, soalnya dia pencuri, Martha! Kau harus tahu bahwa Ares tidak mungkin membeli berlian asli kalo bukan mencuri!" ucap Thomas sambil menatap Martha.

"Tapi, kalo dia …,"

"Lelaki miskin seperti Ares, tidak akan membahagiakanmu. Jadi, jangan ceritakan lagi tentang lelaki itu!" ucap Thomas kemudian.

"Ya, aku memang tidak tertarik lagi, hanya penasaran saja."

"Oh yah, Martha. Aku melihat Ares sedang berada di kantor tuan Davidson. Dia juga sudah di pecat di pekerjaanya itu. Jadi, Ares benar-benar sudah jadi gembel saat ini," ucap Thomas sambil tertawa.

Saat berada di jalan, Thomas spontan menghentikan laju mobilnya. Dia secara tiba-tiba menarik tangan Martha dan membuat perempuan itu kaget bukan main. Tanpa berpikir panjang, Thomas kemudian mencium bibi Martha. Ciuman yang penuh gairah.

"Thomas, apa yang kau lakukan?" gerutu Martha kemudian.

"Kau sekarang jadi milikku Anne, jangan lagi ada Ares di antara kita. Lelaki itu benar-benar miskin!" sahutnya.

***

-Musim Gugur, Seoul Korea-

Di bandara udara internasional Incheon, Anne menarik kopernya dengan sangat bersemangat. Bellatric mengikutinya dari belakang. Tidak lupa, bibi Cho Hee berjalan dengan sangat lemas di belakang Anne. Dia menatap gadis itu dengan perasaan sedih.

"Hyun Aw, kau serius?" tanya bibi Cho Hee masih tidak percaya.

"Sudah berpuluh tahun aku dan kamu bersama di Korea, apakah secepat itu pergi meninggalkanku?" gerutu bibi Cho Hee. Bola matanya tiba-tiba berkabut. Dia menatap Anne yang tampak tidak ragu dengan keputusannya.

"Aku sudah yakin bibi! Aku yakin dengan keputusan ini!" sahut Anne. Dia menatap paspor yang sudah diurusnya. Bahkan tiket sudah berada di tangannya saat ini. Bibi Cho Hee tidak bisa menahan Anne. Dia hanya bisa mengantar putri angkatnya itu menuju bandara.

"Sudah lama aku mencari keluarga Yuan, setelah melakukan aksi kejinya, mengapa mereka bergegas meninggalkan Korea, ini benar-benar tidak adil!" ucap Anne sambil menatap bibi Cho Hee.

"Mereka sudah meminta maaf, Hyun Awa. Jangan seperti ini, aku khawatir jika …,"

"Bibi Choe Hee, jangan cemas tentangku!" potong Anne kemudian.

"Aku harus bertemu keluarga Yuan, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan kepada mereka!" tegas Anne. Semangatnya sangat membara.

"Kau bisa menghubungiku jika kekurangan dana di Barcelona," ucap Belattric sebelum berpisah dengan sahabatnya itu. Anne memeluk Bellatric, dia menganggukan kepala mengerti.

"Kau tahu kan, selesaikan urusanmu dengan keluarga Yuan dan segera pulang!" ucap Bellatric. Dia menitihkan air mata menatap Anne.

"Jangan menangis Bellatric, bukankah kau selalu meninggalkanku saat ayahmu mengajak liburan di Portugis?" gerutu Anne. Dia menyeka bulir air mata di pipi sahabatnya.

"Tapi, saat di Barcelona nanti, kamu akan lama, Anne."

"Aku takut, rencanamu gagal," sambung Bellatric. Anne tersenyum dan memeluk Bellatric.

"Aku akan baik-baik saja, Bellatric. Jangan khawatir," ucap Anne. Dia kemudian menatap wajah Cho Hee. Perempuan paruh baya itu tidak kuat menahan air matanya. Bibi Cho Hee menangis sambil memeluk Anne.

"Aku akan masuk, bibi!" ucap Anne sambil tersenyum.

"Hyun Aw, jaga dirimu!" ucap bibi Cho Hee, Anne menganggukan kepala. Dia kemudian menarik kopernya lalu masuk ke ruang pemeriksaan tiket. Bibi Cho Hee melambaikan tangannya. Hatinya sangat berat melepaskan Anne. Bahkan bibi Cho Hee sudah membujuk Anne untuk membatalkan niatnya ke Barcelona.

Anne segera menuju ruang tunggu setelah semua administrasinya selesai. Dia duduk sambil menatap koran kusam yang selalu berada di ranselnya.

"Putra mahkota keluarga Yuan?"

"Kau akan tahu, aku akan menuntaskan seluruh sakit hatiku!" gerutu Anne. Dia mengepal tangannya dengan kuat sehingga urat tangannya terlihat jelas. Tidak lupa, Anne mengeluarkan sebuah foto yang sangat kusam. Dia tersenyum menatap foto lama itu.

"Ayah!"

"Ibu!"

"Anne akan benar-benar membalaskan dendam ini!" sahutnya.

Bersambung …