Chereads / Thaumaturgy (INA) / Chapter 38 - LEICHENHAUFEN

Chapter 38 - LEICHENHAUFEN

Di tengah perkuburan tersebut, terdapat sebuah bukit dengan tebing curam di satu sisi dan landai di sisi lain. Di atasnya berdirilah sebuah kastil tua terbengkalai menaungi semua batu nisan di bawah kaki tanahnya. Tidak ada seorangpun di kastil tersebut kecuali sesosok manusia yang sedang menatap pertempuran yang hidup melawan yang mati di balik jendela batu tak berkaca. Agosh Grendi, yang selama ini bersemayam di kastil itu sangat gemas melihat pemandangan berdarah itu. Merasa rencananya akan gagal, tapi ia pun tak bisa menahan rasa semangatnya melihat semua kekacauan yang ditimbulkannya. Sengiran lebar tak wajarnya tetap terpampang rapi di wajahnya, tak memendek sedikitpun.

Ia melihat Alicia dari kejauhan mendekatinya. Agosh terkekeh-kekeh, mengetahui dia biang kerok tentara jenazah gentayangannya tak berkutik. Tapi paling tidak, rencananya tak sepenuhnya gagal.

Agosh mengambil tongkatnya. Tengkorak yang menjadi pangkal tongkatnya menganga dan matanya berkobar-kobar merah jahat. Seketika semua mayat hidup yang merayap di tanah dan melayang di udara menjadi patung tanpa pengaruh gravitasi.

Para pasukan manusia pun ikut berhenti sesaat diliputi rasa bingung. Strongbark melihat sesuatu yang bersinar di balik jendela kastil yang jauh yang ternyata adalah tongkat sang 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳.

"Lihat! Itu si 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳 jahanam!" katanya.

"Tunggu apa lagi? Ayo kita serbu dia!" kata seorang penyihir lain.

Haddock menahan mereka, "Berhenti!" katanya. "Tidak ada yang mendekatinya tanpa perintah! Itu mungkin saja jebakan!"

Alicia, keluarga dan sahabatnya pun juga gamam dibuatnya. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Donar.

Masih berdiam di kastil, Agosh kembali berbicara dalam bahasa absurdnya.

"Å̵̗̰̟̰͚̒͜s̶̨͇̉́̎̀̋̈́͑p̷̨͎͖̭̦̙͇͈̟̜̩͕̩̪͖̽̎̀i̵̫̠̯͇̒̅͒͜͠ŗ̴̮̗̣̺̲̦͓̀̋͗̈́̾͂̏̍̀̅̅̈́͠͠ỏ̸̧̪̮̘͖̖̈́̑t̶͇̼̘̞̰͇̟̘̼͉̭̤̰͈͛̾ͅh̸̨̡̦̳͎̞̙̪̥͇̝̰̍͑̈́͛͜ ̸̛̜̱̱̀̋̇̀̏̐̐̄͠͠H̴̹͚͓̯̮̟̭͎̠́ͅǫ̵̰̳̯̣̩͎̫̮̣͂̎̅̈́͒͛͛͆́̈́͋͛̏͝g̷̤͉͎̱̞̣̭͈͇͚̣͙̠̼̐̂͑̍̀̌̓̔͗̄̋̿̎͝͝o̸͚͊̔͊̈͋͒̿̈̊t̵̢̪̻̖̻̹̪̬̥̰̪̫͉̭̀̋͆̇͛͋̾̓̒ẖ̶̠̥̹̭̦̻̞̤͖̬̱̹̪̓̏̅̂ ̵̧̢̨̛̛̘̝̜̘̘̹͈͎͎̬̃͂̀̽͒̃̎̑͐̈́͘͜͝͝ṭ̷̨̠͍̳͙̙͗̉̚a̷̡͈̟̝̭͂̉̍̐r̸̢̮̥͓̫͓͍̻̖̠̳̽̃̅͊̃̈̊͜͜a̷͓̝̱̾͗͠z̶̡̞̰̦̖͕͕̰̲̹̬͔͌͜͝e̵̛̱̳̊̈̈̈́̌̃͌̀̽́̕ẍ̴͍̩̩͉͎̠̪͉̹͈͖́̋͒̔̚y̶̜̼͖̜̆͆̑͑̾́̅̈́̐̅̿͝͝ñ̵̨̝̼͙̩͂̏̇̇͘͝ͅͅx̸̦̯̟̺͚̮̫̤̒͐͌́͋̚t̵͖̖͍̝͇͉͔͈͇̥͆́̐̔̂͂͆͂͂́̓̅̈͊̃͜į̴̨̢͎͍͍̫̼͎͚̘́͂̿͆̐̌͑̑̂̍͜ś̷̨̪̤̱̪͙̪͖͋s̸̡̛͇̦̑̔ŷ̷̢̡̧̥̜̦̹͉̱̫̭̟͔͓̓̈̌̈́͒̐͌͝͠!̵̧̢̙̼̫̼̱̯̩͓̞̅͗̎͆̍̑̆̀̂̄̇͂̃͘͜͝ͅ ̶̡̢̢̱̬̖̘͍͚͎̭͖͉̳̠̂̈́̂͛̔̀̌͑͑̏͐͠͠M̷̨̠͖̣̫̭̱͙̪̗̯̖̭̗̱͋̍͑̒́͝ṷ̴̖̝͍̪̱̈́̍̀̆̿̂͝i̵̪̳̔̄̈̾̑̀x̴̪̍̆̉̇͌̕ȃ̷̧̖̪͇̟̜̩̺̜͍̽̾͋̇͜d̸̛̰͓̭͔̬̺̱̫̀̈́̀̀̀̑̉̈́̐̔̈̈͘͝l̷̹̻̙̃̈̓̑̈̒̀͗̈́͋̌͌̕ą̴̙̝̩̝̰͔̻̩̦̟̍̂̔̀f̷̺̺͇͑u̸̧̠͈͖̾̋̀̃̏̋̃̕͘͝w̷̠͇̬̻̞̮̺͕̹̟̼̭̃̐͜͜͜ö̸̟̯͑̈́̽̌̇̈́̕̚͘͝ë̴̛̖͖̰̫͇̭̺̭͕͙͕̩̲̪́̋́͆̅͑̽̈́͆͑͜͝i̵̤̺̞̙̦͉̬͔͓̞̲̰͍͓̔̇̽͆͆̂̍͠p̶̣͓͙̪̼̈́́̊͐̀̍͝ṟ̴̩̥̻͇̫̜̤̺̹̳̃̈̏͊̐̉̑͑͂͂̏̄̋̕̚͜ ̴͙͖͈̿́̀̈͋͐͛̈ͅg̸̞̭̭̤̘̹͕̥̳̜̖͚͕̲͒̋̒̿͑̈́̓͌̽̾͝͠h̷̢͇̭̓͐̄͐̎ţ̵̱͈̗̲̺̑̈́o̵̢̼̜̖̝̺͙͔̺̥̞̯̳̟̓̅͗̇̋́̋͑̍͐̚͠͝ͅz̷̳͍̝̝͈̫̐̇͛̔̿̉͛̈̒̑̈͝ḽ̸̛̏͒̀̒̐̏̋̐͆̕̕á̶̧̧̢͚̥̩̙̩̥͖̺͈͈̙̱̉̄̐̇̐a̶̡̨̛̤͖̱̤͚̤̓̋̀͠ͅȩ̸̪̀̽̏̍ẁ̶̡̭̐͌̏͗͐̈́́̇͘ȓ̷͔̘̥̹͓̝̾̽́̓̊̒́̋̉̚͜͝͝e̸̪̼̪̪̞͎͌͘͜͜ċ̶͚̀̅̌͗͛͂͐̔̀̃͛̕͝.̷̡̲̯̣͍͉̳̻̠͈͙̒̈́̓͒͌̌̂̎͌̚ͅb̷̢̨͓͇̹̙̹͍̼̜͔͌ẑ̴̳̈̂̊͋̉͂̊̇͆́̕͝≠̢̢̩͎̻̟̯̘̙͖̖̊͗̔̓̌͌̓]̵̟͖͚͌̊́̆̂̂́͘̕͘"̡̟̘̖̗͎̻͉̙̱͙̪

Para mayat hidup beralih membelakangi mereka. Mereka berlari, berkumpul pada satu titik dekat tebing bukit. Mahluk-mahluk hina itu melakukan sesuatu diluar ekspetasi pasukan orang hidup, membuat mereka berdecak kagum sekaligus merinding: Mayat-mayat hidup menumpukkan diri mereka, saling merekatkan diri satu sama lain. Pelukan, dekapan, jepitan, cengkraman, gigitan, apapun yang membuat mereka saling menempel. Jumlah mereka ribuan banyaknya, semakin banyak dengan munculnya macam-macam rupa mayat dari sobekan dimensi, perlahan membentuk sebuah humanoid setinggi gedung tiga tingkat yang tersebar di Eidyn. Makhluk raksasa yang terdiri dari onggokan daging, tulang, dan bagian tubuh manusia yang terurai itu memiliki tujuh mata. Semuanya adalah bagian-bagian mayat hidup yang bersatu padu dengan cara semenjijikan yang bisa dibayangkan.

"Oh, sial," gumam Leith yang masih diam membeku di balik bayang-bayang tumpukan zombi raksasa.

"Yap, matilah kita," Gilmore menimpal dengan matanya masih melotot tak percaya.

"Perkenalkan, Leichenhaufen! Ini adalah karya seni menganyam 𝘕𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘺! Sungguh indah, bukan?" teriak Agosh Grendi riang. "Akan lebih indah lagi ketika kalian ikut bersatu dengannya!"

Agosh terbang menuju pundak Leichenhaufen lalu melontarkan hinaan kepada mereka yang melihat dari bawah. "Terimalah, terimalah, terimalah kehormatan ini!"

Tanah Eidyn bergetar seraya Leichenhaufen mulai berlari dan menepis para penyihir yang tak cukup lincah darinya.

Haddock mendekati Alicia yang tampaknya masih tak bergeming setelah melihat Leichenhaufen.

"Kau tidak mengatakan kalau kita akan berhadapan dengan tumpukan mayat berjalan, Grand Magus!" seru Alicia.

"Apa yang kau harapkan saat melawan seorang penyihir, Alicia?" balas Haddock, "kau melawan penyihir, bukan sekedar pecandu partikel Protos. Ini pelajaran baru untukmu: Selalu siap akan mantra sihir yang tak terduga, Alicia!"

Keduanya memperhatikan para penyihir sibuk menghujani Leichenhaufen dengan letusan plasma Arcane. Bagian tubuh sang raksasa dengan mudahnya terburai akibat tembakan-tembakan tersebut. Banyak mayat jatuh bergelimpangan menyisakan banyak lubang di tubuhnya. Tentu saja Agosh tidak menciptakan Leichenhaufen untuk hancur semudah itu. Selama totem-totem tersebut masih menyala, ribuan mayat hidup lainnya akan keluar dan menggeliat, menggantikan mereka yang gugur. Tidak butuh waktu lama pula mereka menambal semua lubang-lubang itu.

"Makhluk raksasa itu tidak akan hancur sebelum ketiga totem di belakangnya hancur, bukan?" Alicia menelan ludanya. "Dia tidak akan membiarkan kita mendekati totem tersebut."

"Ganti rencana, kalau begitu," kata Haddock, "Aku akan fokus mengalihkan perhatian Agosh DAN tumpukan daging busuk itu. Tetap fokus menuju totem itu Alicia."

Haddock mencengkram keras pundak Alicia, "Kau boleh ragu dalam pikiranmu, nak. Tapi jangan membuat tubuhmu ikut ragu pula. Buktikan kepada mereka kau memang yang dipilih oleh kekuatan Arcane!"

Alicia memasang wajah seolah tegar sambil mengangguk pelan. Haddock menepuk pundaknya sebelum kembali meluncur ke udara.

Anggota tubuh demi anggota tubuh milik Leichenhaufen meleleh karena hujaman Arcane murni. Baik para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 dan pelindung sipil mengepung dan mencoba mengitari tumpukan mayat berjalan itu supaya memberikan mereka jalan menuju ketiga totem yang dilindunginya itu.

"Menyedihkan, menyedihkan, menyedihkan! Apakah itu saja kemampuan kalian mengendalikan Arcane murni? Kalian tidak lebih baik dari jalang Crimsonmane itu!" Agosh mencemooh mereka dari balik tumpukan jenazah yang saling menggeliat seperti cacing kepanasan. "Leichenhaufen, biarkan mereka mengecap potongan daging yang mereka hamburkan itu!"

Tumpukan ribuan mayat tersebut membentuk lubang buatan yang menyerupai bukaan mulut, lalu dimuntahkanlah lendir merah kehitaman ke mereka bagaikan semburan air terjun. Cairan itu ternyata adalah campuran darah serta lendir organ-organ yang telah membusuk namun dengan efek korosif layaknya cairan asam. Ya, potongan organ-organ tak ketinggalan menghujam mereka. Semburan itu sangat besar sehingga hampir menyirami seluruh pasukan garis depan. Sayangnya mereka yang kurang cekatan harus menerima nasib kehilangan anggota tubuh atau mati naas bermandikan asam dengan tongkat yang masih mengalirkan kekuatan Arcane.

Leichenhaufen juga menggelengkan kepalanya, membuat aliran cairan najis itu terciprat lebih luas lagi ke pasukan baris belakang. Sudah begitu saja, formasi mereka buyar. Para pasukan kocar-kacir menyelamatkan diri. Belum lagi bau yang dikeluarkan oleh cairan tersebut, yang ternyata adalah bagian dari sihir, menyengat saraf penciuman mereka, sampai mengganggu saraf indera dan motorik mereka.

Alicia terkapar karena tidak tahan dengan baunya. Dirinya belum sepenuhnya pingsan, namun bagaimana ia bisa tahan dengan semerbak tersebut? Telinganya kembali berdenging sama seperti kemarin, matanya merasakan perih padahal kacamatanya masih terpasang pada batang hidung. Ia bahkan tak mampu mengangkat lengannya yang terkulai lemas untuk mengusap matanya.

"Alicia!" Donar dan Leith mendarat. Nadine dan Gilmore turut menghampirinya, "Oh tidak, bertahanlah, Alicia!"

Dengan semua permohonan untuk tidak tunduk pada kegelapan, mereka tidak lebih baik darinya. Walaupun mencoba menutup hidung dan mulut, bau tersebut tetap masuk dan ikut meracuni mereka pula.

"Aku … tidak bisa melihat … telingaku … baunya ...." Nadine serta yang lain terbatuk-batuk dan pingsan tak berdaya. Tapi Alicia tidak bisa bergabung dengan mereka. Tidak, ia sama sekali tidak boleh, karena semua orang bergantung kepadanya. Justru saat-saat inilah mereka sangat membutuhkan keajaiban Arcane! Dengan sisa kesadarannya, Alicia langsung membentuk medan gaya daya suci, dan bau racun yang didalamnya langsung menghilang.

"Belum … cukup!" Alicia mengerahkan kekuatannya lebih keras lagi. Dirinya dan Orb memperluas cakupan medan gaya Arcane hingga hampir seluas satu blok!

"Semuanya, masuk ke sini!" seru sang gadis. Mereka yang masih bertahan langsung memasuki bunker maha besar, terhindar dari efek sihir yang lebih parah. Leichenhaufen memuntahkan lebih banyak cairan ke lingkaran pelindung, yang dimana membuat Alicia kembali merasakan sensasi nyeri luar biasa sama seperti sebelumnya.

Alicia mendesah dan meringis. Air matanya keluar menahan semua rasa sakit itu.

Namun ia melihat kebanyakan dari mereka terluka parah. Mereka yang kelelahan parah bahkan tak mampu mengangkat tongkat sihirnya. Ia melihat pasang-pasang mata yang menyesal. Ia melihat tatapa yang masih ingin berjuang namun limbah beracun membuat mereka hampir lumpuh. Ia melihat seribu satu arti tatapan mata para pejuang itu karena mereka menatap balik sang gadis yang sedang berjuang keras.

Seluruh tubuhnya mungkin boleh hancur tak berbentuk, tapi tidak dengan rasa bangganya dalam dirinya karena tindakan pengorbanan untuk saudara perjuangannya. Ia tak lagi buncah memikirkan cara agar tidak mati, tapi bagaimana caranya agar para korban tetap selamat, bagaimana kota Eidyn selamat.

Alicia menggertakan giginya kuat, ia membiarkan semua tikaman akibat gesekan Khaos dan Arcane menghancurkan saraf-sarafnya.

Tiba-tiba Haddock, Bartholomew dan unit 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 penyerang udara masuk ke wilayah aman tersebut. Bartholomew dan lainnya hampir terkapar dan terbatuk-batuk. Haddock melihat Alicia yang gemetaran menahan beban gesekan Khaos dan Arcane langsung menggoyangkan tongkatnya.

"𝘐𝘈𝘕𝘐𝘛𝘖𝘙!"

Haddock menciptakan lapisan pelindung lainnya dengan sihir 𝘞𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥𝘳𝘺-nya. Diperkokoh dengan kekuatan Arcane, sihir milik Haddock tak kalah kuat menahan terpaan cairan menjijikan itu. Namun membuat pelindung sebesar satu blok dengan akses Arcane terbatas merupakan tugas yang mustahil untuk waktu yang lama.

"Semua yang masih bisa mengangkat tongkatnya, gunakan kekuatan Arcane untuk menciptakan sihir pelindung!"

Bangkitlah puluhan dari mereka. Para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 itu meminjamkan sihir mereka dan merapal mantra yang sama.

"Alicia, sudah hentikan! Berhenti menyiksa dirimu, kami bisa melakukannya," tutur Haddock.

Alicia menuruti perkatannya. Medan gaya Arcane miliknya sirna digantikan oleh medan pelindung yang lain. Ia langsung tumbang ke tanah, tapi para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 yang lain menangkapnya sebelum badannya terbentur batu. Haddock mengeluarkan sebotol elixir kecil dari sakunya lalu melemparnya ke salah seorang penyihir wanita untuk disodorkan kepada Alicia.

"Alica, tolong minumlahm" kata Haddock selagi ramuan itu diberikan kepada sang gadis. Alicia membuka sedikit mulutnya dan meneguk ramuan tersebut dibantu oleh penyihir lain. Sontak wajahnya menjadi masam dan terbatuk-batuk seolah ingin muntah.

"P-pahit …"

"Aku tahu itu pahit, tapi itu adalah ramuan langka untuk memulihkan mannamu sepuluh kali lipat. Itu seharusnya digunakan untuk saat-saat terakhir, namun mengingat kami sangat membutuhkanmu, kurasa ini saat yang tepat untuk menggunakannya."

Tidak lama bagi Alicia untuk merasakan efeknya. Ia perlahan merasa sedikit bugar dan dapat menggerakkan anggota tubuhnya tanpa rasa nyeri. Alicia dapat duduk tanpa bantuan sandaran. "B-biar kutebak, ini pasti mengandung kamomil Stillmajik kesukaanmu," sahutnya pelan.

Senyuman tersungging pada wajah Haddock. "Kau hampir membuatku mengira aku sedang berbicara dengan ibumu."

Alicia akhirnya kembali berdiri walaupun masih ada secercah rasa lelah yang memberontak, memaksanya untuk berbaring.

"Terima kasih banyak atas bantuannya, Grand Magus," kata Alicia, "Sekarang ayo kita pulihkan yang lain dengan ramuan itu!"

"Uhh … tidak semua kebagian ramuan itu, nak. Sudah kubilang itu barang langka."

"Tunggu, apa maksudmu?"

"Ramuan itu hanya dimiliki oleh para penyihir elitku, dan lebih sedikit penyihir Magisterium lainnya. Setiap orang hanya punya satu."

"Jadi ramuan tadi …? Kau …."

"Oh, jangan pedulikan aku, nona Crimsonmane!" Haddock berlagak kuat di depan sang gadis, walaupun beliau memang kuat adanya. "Aku hampir tidak pernah meminum jatahku sejak perang sihir terakhir. Mereka tidak mungkin mengangkatku sebagai Grand Magus jikalau aku tidak bisa menampung banyak manna dalam diriku!"

"Aku berhutang banyak padamu, Grand Magus!" Alicia yang sudah prima mulai memasang kuda-kudanya, siap memelesat menuju ketiga totem jahanam itu.

"Kau bisa melunasinya dengan menghancurkan totem-totem itu lalu mengalahkan Agosh Grendi sialan itu!" balasnya semangat. "Baiklah, rencana baru lagi, kurasa! Karena hanya sedikit yang bisa bangkit, sebagian penyihir termasuk aku terpaksa akan melepaskan sihir pelindung dan membiarkan sisanya bertanggung jawab akan sihir pelindung ini! Timku dan Barthie akan kembali mengalihkan perhatian mahluk itu. Alicia, kau akan terbang dengan unit lain, memelesat ke arah ketiga totem itu dan segera hancurkan mereka!"

"Aku … akan naik sapu terbang?"

"Tentu saja, sudah saatnya seorang penyihir sepertimu mencoba sapu terbang, bukan?"

"Tapi aku takut akan ketinggian!"

"Oh begitu? Sayang sekali! Apakah ketinggian lebih menakutkan bagimu daripada tumpukan ribuan mayat yang membentuk raksasa bermata tujuh?"

"Entahlah. Mungkin?"

"Kalau begitu kau tetap akan terbang, Alicia. Aku tidak mau tahu."

"Oh, Ayolah!" []