Sarah POV
September 1997, Gedung SMP Bunga Senja
Hari ini pasti adalah hari paling memalukan dalam hidupku. Bisa-bisanya aku menembak ketua OSIS SMK- Aku pasti sudah gila. Aku tidak bermaksud melakukannya tetapi pernyataan itu hanya keluar dari mulutku tiba-tiba.
Dan tentu saja jawabannya pasti tidak. Mana mungkin dia mau pacaran dengan anak SMP sepertiku! Mengapa aku bisa keceplosan menembaknya hari ini?
PUK-
"Sarah, ada apa? Kau se-merah tomat hari ini," ujar temanku, Dea yang menepuk pundak ku. "Apa itu karena kau keceplosan menembak ketua OSIS SMK hari ini?"
Yang paling memallukan adalah seisi sekolah tahu akan apa yang kulakukan. Beritanya menyebar bagai api tertiup angin kencang. Lantas, aku ingin menyembunyikan wajahku kemanapun aku pergi.
Ini sangat memalukan. Statusku sebagai ketua MPK dalam situasi ini memperumit segalanya.
"Deaa, hidupku belum hancur kan?"
"Belum lah. Dunia aja belum kiamat. Salah mu sendiri keceplosan bilang. Kok bisa keceplosan?"
"Mana kutahu. Waktu itu kan kami lagi kemas barang berduaan ajaa sehabis upacara bendera. Habisnya, nggak ada yang bantu. Terus-"
"Kebawa perasaan dan tanpa sengaja di dengar orang sekitar yang lagi numpang lewat?" Dea mengedipkan matanya 2 kali. Mengiyakannya, ia tertawa terbahak-bahak dan mencubit pipiku. "Kamu ini.. Memangnya kamu suka apa sih dari dia? Suka sekali ya sampai keceplosan?"
"Apaan sih? Berhenti bercanda. Aku suka dia karena dia itu orangnya baik banget. Plus, dia itu ramah kan orangnya?"
Dea menopang dagunya dan mengangguk setuju. Mengatakan ketua OSIS SMK memanglah orang yang baik, ia lalu menanyakanku sejak kapan aku menyukainya. Awalnya, aku tidak pernah memikirkan sejak kapan perasaan ini dimulai. Tetapi, kalau aku harus bilang, kurasa ini bermula dari suatu hari hujan sepulang sekolah.
"Hari itu hujan deras dan sesuatu romantis yang menggerakkan hatiku terjadi. Itu saja yang bisa kuberitahu. Sisanya adalah privasi"
"Hadeh.. segitu doang ceritanya?"
"... Iya." Aku tersenyum tipis, mengulum lidahku. Mengetahui Dea akan mencandaiku habis-habisan selama seminggu, aku memutuskan untuk tidak memberitahunya.
Aku memainkan jariku, mengganti topik pembicaraan dengan canggung. Tetapi perbincangan tersebut tidak bertahan lama sehingga kami lompat dari satu topik ke topik lain selama 5 menit. Setelah itu, kami berdua terdiam.
Terus terang. Aku dan Dea bukankah teman dekat. Kami bertemu karena sama-sama masuk MPK. Kami berada dalam hubungan netral yang baik dan hanya sebatas teman gossip saja untuk menghabiskan waktu.
Ditambah, aku mendapatkan banyak informasi seputar apa yang terjadi disekolah darinya. Walaupun kami terkadang masih canggung, aku menikmati waktuku bersamanya.
"Hei, Dea.. Ada gossip apa hari ini selain tentangku?"
"Tidak ada yang menarik. Ah, kecuali tentang si anak jenius itu"
"Siapa? Yang lompat kelas?"
Dea menjentikkan jarinya. Menghadapku dengan mata berbinar-binar, ia menceritakanku dengan semangat tentang anak jenius yang terkenal di sekolah Bunga Senja. David Deonus—— lelaki sebaya denganku yang lompat kelas satu tingkat. Kini ia bersekolah di SMA Bunga Senja dengan nilai yang katanya luar biasa tinggi.
Aku tidak terlalu mengenalnya. David pindah ke SMP Bunga Senja saat kelas VIII dan lompat begitu saja ke kelas X. Dia sedikit aneh dan pemurung. Dia bahkan tidak bisa dikatakan sebagai saingan. Aku tidak sebanding dengannya.
".. Anak itu diluar jangkauanku. Memangnya ada rumor apa?"
"Nggak besar-besar amat sih. Tadi pagi, kabarnya aku dengar dia terlibat masalah dengan anak SMA dikantin. Kabarnya, dia tanpa sengaja menumpahkan sup ayam ke celana ketua geng motor SMA"
"Terus? Dia udah minta maaf kan?" Aku memiringkan kepalaku, membuat Dea menatapku kebingungan. Menanyakan maksudku, aku menjawabnya masalah tersebut hanyalah masalah kecil yang dapat diselesaikan dengan mudah. Aku tidak melihat mengapa ia harus menggosipkannya.
Dea menyikutku, mengingatkan bahwa geng motor SMA Bunga Senja tidaklah sama dengan geng motor lain. Dibandingkan dengan geng motor SMK tetangganya ataupun sekolah lain, geng SMA Bunga Senja terkenal yang paling ganas dan liar diantara semuanya.
"Aku yakin dia akan babak belur hari ini. Mana ada murid yang pernah tidak lepas dari tonjokan geng itu kalau terlibat dengan mereka"
"Bukankah itu tindakan kekerasan yang menyedihkan? Mereka mempermasalahkan masalah kecil itu?"
"Hmm, sekolah tidak menindaklanjuti kasus ini. Kepala sekolah saja tidak peduli dan anak-anak SMK tetangganya saja menganggap mereka sebagai hantu pengganggu gentayangan"
"Tetap saja itu tidak baik kan? Harusnya nggak boleh dong dibiarkan. Sekolah kita memang tidak becus ya?"
Dea mengangkat bahunya, menahan tawa. Menanyakan mengapa ia berpikir masalah ini lucu, ia mengomentari betapa naifnya diriku.
Sekolah tidak akan mau susah payah mengurus masalah ini dan tidak peduli sedikitpun akan apa yang terjadi. Mereka menerima fakta bahwa anak-anak SMA Bunga Senja rata-rata bermasalah dan menjelaskan bahwa mereka tidak melihat ada solusi lain untuk mendidik mereka terkecuali dengan melanjutkan apa yang sedang terjadi.
—— Menutup mata dan berpura-pura bersikap normal seakan-akan semuanya baik-baik saja.
Itu tindakan paling menyedihkan dan memalukan yang bisa pihak sekolah ambil paling terakhir. Ini mengecewakan.
"... Jadi, bagaimana kabarnya sekarang?"
"David? Kudengar dia dipanggil ke atap. Pasti sekarang dia sudah-"
BLAAMM!!!
"SEMUANYA DENGAR!!"
!!!!...
Suara sebuah bantingan pintu memecahkan perhatian satu kelas. Menoleh pada seorang murid tak dikenal terengah-engah, semua orang bertanya-tanya apa yang terjadi. Dia bukanlah murid dari kelasku. Tetapi semua orang tahu siapakah dia dari penampilannya. Rambutnya yang dicat dan telinga tindiknya menandakan dia bagian dari geng motor SMA Bunga Senja meskipun dia masih SMP.
Mengapa dia ada disini? Apa dia sedang mengunjungi temannya disini atau.. ada alasan lain apa?
Kelihatannya, ada sesuatu yang ingin ia katakan. Tetapi, lelaki itu hanya terdiam selama beberapa menit sebelum menyadari semua mata tertuju padanya dan mulai berbicara dengan meledak-ledak disertai gerakan tubuh ekspresif.
"D.. Dea, apa kau tahu apa yang sedang terjadi?"
"Tidak sama sekali. Tidak ada satupun yang menangkap apa yang ia bicara."
Sekitar 3 menit berlalu dengan kelas kami tercengang lebar. Lelaki tersebut kini berbicara dengan lebih stabil dan menenangkan dirinya. Kelelahan dan tidak nyaman, aku langsung menanyakan maksud kedatangannya dan menyuruhnya ke inti sewaktu menyadari ia akan bercerita panjang lebar lagi dari awal.
"Kami tidak punya waktu mendengarkan ocehanmu"
"Intinya! Barusan ada yang melompat dari-"
BRUKK!!
!!!!... H, Huh?
Seisi kelas dan siapapun yang berada di tempat membelalakkan matanya terkejut ketika melihat sesosok familiar meninju wajahnya. Menutup mulutku dengan tangan, aku menemukan jejak amarah dan ekspresi yang tidak pernah kulihat dari seorang ketua OSIS SMK yang terkenal baik dan ramah.
Apa yang membuatnya beraut wajah begitu?
"——Kembalikan dia, kau bedebah sialan"