Rangga POV
Mengapa?
"HEI, APA KAU GILA?!!"
Mengapa aku hidup di dunia ini tanpa pernah melakukan apapun? Mengapa aku sangat tidak berguna? Mengapa baru sekarang aku menyadarinya? Itu lucu aku ingin membuat hidupku berguna dalam cara yang tak pernah kupikirkan dalam hidupku.
Diriku dimasa lalu pasti menertawakanku terbahak-bahak.
"BISA-BISANYA KAU MEMBUANG NYAWAMU BEGITU SAJA- AKU MEMBENCI MU!!"
Sakit. Tenggorokan ku sakit dari teriakan yang ku keluarkan pada orang asing. Mengapa aku membuang waktuku yang berharga untuk seorang pecundang tak dikenal?
Aku tidak tahu. Ini bukan saat yang tepat memikirkan semua itu. Satu-satunya hal yang ada dipikiranku sekarang adalah menyelamatkannya dari kematian.
——Tapi apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku melakukannya apabila orang tersebut yang menginginkan kematian itu?
"OI, ANGKATLAH DIRIMU. AKU TIDAK MAMPU MENAHAN BEBANMU SENDIRIAN"
"..." Lelaki tersebut menatapku kosong. Ia benar-benar tidak memiliki niat untuk hidup. Ia bahkan tidak berusaha menggenggam tanganku dan akulah orang yang tidak melepaskannya.
"... Mengapa? Ini bukan masalahmu. Mengapa kau merepotkan dirimu?"
"INI MASALAHKU— MENGAPA KAU MEMBENCI HIDUP SEBEGITUNYA?!!"
Sial, sial- SIAL!!
Ugh, mengapa dia tidak melakukan sesuatu selain mengoceh?! Naiklah!!
"KAU BELUM MELAKUKAN APAPUN DALAM HIDUPMU DAN KAU MENGINGINKAN KEMATIAN?!!"
"!! Jangan.. JANGAN BERBICARA SEOLAH-OLAH KAU TAHU APA YANG KUALAMI- KAU TIDAK BERHAK MENGATAKAN ITU!!"
SREETT-
!!! "OI- KAU GILA?!!"
Aku menahan tanganku di ujung gedung, menguatkan kaki agar aku tidak terjatuh. Lelaki itu harus menarik tanganku ke bawah dengan gegabah, membuatku hilang keseimbangan.
Apa-apaan dengannya?!! Apa dia ingin membunuhku?!! Dia luar biasa memuakkan!! Apa seharusnya aku membuangnya saja?!!
"KAU PIKIR AKU TIDAK PERNAH BERUSAHA?!! AKU SUDAH MENGUSAHAKAN YANG TERBAIK DALAM HIDUP DAN KEBERUNTUNGAN TIDAK PERNAH MEMIHAK KU!!!"
Lelaki itu berteriak padaku sekencang mungkin. Di titik ini, aku tidak peduli lagi pada ucapannya. Jantungku berhenti sejenak ketika matanya berkaca-kaca-- tidak mampu lagi menahan air matanya.
Ah...
Dia telah melalui sesuatu yang belum pernah kulalui. Sesuatu yang menyakitkan. Aku tidak bisa berkomentar apapun. Mulutku terbungkam dan tanganku hanya bisa menahan bebannya tanpa mampu mengangkatnya.
Apa dunia ini tidak adil dihadapannya sampai-sampai ia ingi. menghakhiri hidupnya?
"Kau... adalah sekedar orang asing. Kita bahkan tidak akan pernah bertemu jika bukan karena ini. Aku..."
——Tidak mempunyai alasan lagi untuk hidup
.
.
.
Haha.. Lucu sekali.
"JANGAN MENGATAKAN HAL ITU PADAKU!! APAKAH ITU MASIH PENTING JIKA KAU MENGENALKU ATAU TIDAK?!!"
Aku tidak peduli aku ini orang asing baginya. Aku tidak peduli apabila ia tidak memiliki alasan atau tidak. Di tempat pertama, apakah hidup memerlukan alasan?
Aku tidak pernah memikirkan hal itu karena aku telalu sibuk bertahan hidup dan menjalaninya.
"Jika kau tidak memiliki alasan- Aku bisa menjadi alasanmu!! Aku ingin kau hidup-- Tidak peduli apakah aku ada dalam hidupmu atau tidak!!"
Kau tidak perlu mengakhirinya. Kau bisa memulainya dari awal lagi. Karena setelah kematian, tidak akan ada lagi apapun yang bisa kau lakukan.
"Aku bisa memberikan ribuan alasan agar kau bisa hidup!! Kau.. Kau bisa memakan makanan enak! Kau bisa menghirup udara segar ataupun tertawa bersama orangtuamu d, dan mendengar musik favoritmu-"
"Aku- Aku tidak pernah mempunyai semua itu!! Aku.. selalu hidup terperangkap dalam kemiskinan dan kesusahan!! Bagaimana aku bisa... melakukan semua itu?"
!!!
Ah.. ini buruk- Ini buruk!!
Aku tidak mampu lagi menahannya. Tenagaku mulai terkuras. Dalam diriku terasa sebuah perasaan campur aduk yang naik secara konstan setiap kali ia membuka mulutnya. Badanku mulai terseret mendekatinya perlahan-lahan.
Tetapi, aku tidak bisa mengangkatnya naik. Ini menyebalkan. Satu-satunya cara adalah agar dia naik adalah dengan kemauannya sendiri.
Bagaimana? Aku sudah sampai di batasku. Apakah dia bisa mendengarkanku untuk sekali saja?
"Kau.. tidak bisa membantuku.."
Menyebalkan. Hentikan itu.
"—— Aku bisa memberikan semuanya!! Jadi kumohon- HIDUPLAH!!!"
TAP, TAP, TAP.. SLIPP-
!!! Eh?
"!!!.. Ah.."
Badanku bergerak searah menuju gravitasi. Wajah orang di depanku membuatku tersadar aku telah melepaskan diri dari lantai atap. Suara langkah kaki di belakangku terdengar samar-samar disertai suara orang yang memanggilku.
Tanpa sempat memproses apa yang terjadi, aku menarik tangan yang memegangku mendekat secara refleks sembari badanku jatuh bebas ke tanah. Posisi kami tertukar sehingga aku tidak lagi bisa melihat tanah. Merasa terjatuh dalam lubang, aku melihat siluet sahabatku dari ujung pandanganku.
"RANGGAAA!!!"
BRUKK!!!
Sakit. Tubuhku sakit sekali. Jari-jemari ku mendingin dan aku bisa merasakan pandanganku menghitam. Tulang pungggungku remuk semua. Selamat bagiku pasti adalah keajaiban bahagia. Lagipula, kepalaku terbentur sangat kuat di tanah.
Tapi ini aneh. Aku bisa merasakan sesuatu yang hangat menyentuh tanganku. Dirga pernah mengatakan untuk tidak ikut campur urusan remaja. Itu membuatku bertanya-tanya sekarang.
—— Mungkinkah pilihanku salah untuk menyelamatkannya?