Chereads / don't blame us / Chapter 25 - make it done!

Chapter 25 - make it done!

Lama tak berkabar, Erik meminta bertemu dengan Edward di tempat barunya di sebuah apartemen mewah yang terletak di pusat kota.

"Bagaimana kabar Emily? Sorry, ya, Ed, dalam kondisiku seperti ini, aku nggak bisa ketemu sama dia."

"Nggak apa-apa, Rik. Dia udah mulai baikan."

Suasana seketika hening.

"Rik, jadi yang perkosa Emilu itu...,"

"Udah! Jangan bahas itu. Aku marah mendengernya, aku udah tau dari para anak buahku kemarin. Rama biadab! ... sekarang semuanya tergantung padamu, Ed. Aku serahkan Rama padamu!"

Semua anggota Kartel tahu jika Rama punya tujuan lain, tapi mereka tetap menerimanya karena penasaran dengan tujuan akhirnya. Nahas, mereka kewalahan hingga akhirnya memakan korban.

Ed memiliki satu permintaan lain.

"Erik, aku mau kau jujur, siapa itu Elang dan anak Elang?"

*****

Satu setengah tahun yang lalu, Erik sempat terkejut karena dia satu sekolah dengan anak kembar Elang, Edison dan Emilia. Ia sempat cemas karena berada satu lingkungan dengan mereka, mengingat keluarga Elang tak tahu siapa ayah mereka sebenarnya. Elang pandai bermain dan dia rapih. Dia memiliki kekuasaan di atas semua orang dengan harta yang melimpah. Elang tak akan kesulitan jika mendapatkan masalah karena semuanya bisa di bereskan dengan uang dan kepalan tangan. Layaknya Elang, Widyo selalu terbang tenang dengan cakar yang siap mencengkram siapa pun mangsa yang membuatnya gusar.

Setelah kepergian Elang yang misterius. Dokter Erna di pilih menjadi kandidat terkuat untuk menggantikan Elang, mengingat mereka berdua lah pendiri Kartel ini.

Elang dan Madam bertemu saat kuliah dulu. Mereka menjadi kawan baik hingga Elang berpaling darinya dan menikahi Lastri.

Saat itu, Madam tak bisa mengedepankan masalah pribadi dalam bisnis karena sudah banyak orang yang tertarik dan berminat untuk bermitra dengan mereka. Akhirnya, Erna menikahi salah satu koleganya, Emmanuel Fly Santosa, ayah Eriko.

Kisah cinta mereka yang kandas membuat hubungan dua insan itu tak pernah harmonis dalam bisnis. Mereka bersaing sehat untuk saling menjatuhkan di tengah kesejahteraan Kartel yang semakin melegit. Banyak pemasok dari luar negeri yang tertarik untuk bekerja sama. Jaringan yang mereka buat sangatlah rapih dan kuat hingga bisnis mereka tumbuh menjadi yang paling suskes se-antero negeri. Namun, tak ada yang tahu jika semua ini akan hancur saat adik Elang, si Tikus Pengerat meruntuhkan kerajaan yang mereka bangun.

Sejak saat itu, Erik sangat berambisi untuk mendekati anak yang berpotensi akan membuat Kartel kembali jaya atau sebaliknya. Secara perlahan Erik ingin memberitahu jika Edward adalah anak yang istimewa dan diawasi oleh banyak mata-mata di Kartel ini. Mereka tak sepenuhnya percaya pada Madam hingga Kartel pecah menjadi dua kubu, yang mana kubu Widyo jatuh pada genggaman adiknya, si tikus pengerat. Mereka berupaya untuk membawa kembali Widyo junior agar bisa kembali menyejahterakan Kartel.

Erik sendiri memihak Widyo karena ia memantau jika ayah dan ibunya tidak becus mengurus organisasi itu dengan sembarangan merekrut orang. Dan, hal yang paling fatal mereka putuskan adalah mereka tak pernah tahu jika Rama merupakan anak Rusdi, manager sekaligus mata-mata Widyo kala itu.

*****

"Aku masih belum bisa jawab, Ed. Maafkan aku."

Ed hanya diam menatapnya kosong penuh kecewa.

"Kalo begitu, boleh kulihat transaksi empat tahun lalu yang dilakukan YN0?"

Edward bertanya mengenai situs itu, dia ingin melihat transaksi empat tahun lalu yang dilakukan ayah Aldi, Kapolsek.

Erik meringis, dia senang semuanya makin jelas bagi Edward. Erik menunjukan data itu. Ed membandingkannya dengan data yang Aldi berikan dan keduanya sama, Edward terus mencari semua inisial nama itu.

Erik ceroboh karena laptopnya adalah pusat semua informasi. Dia memberikan Edward akses sepenuhnya yang bisa membuatnya salah paham dan membahayakan nyawanya. Namun, tak ada yang berubah di antara mereka, meskipun kini Erik menjadi bandar narkoba, Ed tetap berteman dengannya karena ia percaya Erik di pihaknya.

"Kamu cari siapa, sih, Ed?" tanya Erik santai.

"Orang," jawabnya datar.

Setelah mencari beberapa saat, dia mendapati inisial terdekat. Huruf itu bercampur dengan angka bertuliskan WwTbG174. Edward tak pernah melihat laman ini sebelumnya dan username mereka pun lebih rumit di situs ini. Saat Edward menbuka profil itu, dia sangat terkejut melihat Wandi Christoper Wardiana, pamannya terpampang tengah tersenyum.

"Rik, kenapa ada pamanku ?!" tanya Ed dengan nafas yang menggebu-gebu.

Erik menjelaskan jika dia adalah mantan pelanggan yang kini menjadi pemegang terbesar di atasnya. Dalam kata lain, Wandi adalah dalang semuanya. Sebelum menjadi pemegang, ia hanyalah bawahan yang tak memiliki jabatan sama sekali. Tercatat transaksi terakhirnya saat menjadi pembeli adalah Morfin yang ia pesan di hari yang sama dengan kematian Elang dan Rusdi.

Ed terdiam dan menangis, dia tak bisa menerima kenyataan bahwa pembunuh ayahnya adalah pamannya sendiri. Erik kembali memainkan dramanya. Dia mengatakan jika kejadian itu di tutupi polisi karena mereka mendapat untung banyak dari kasus itu.

Ed mendorongnya. "Terus kalo kamu tahu kenapa kau diam saja?! Kenapa kau tidak memberi tahuku kalo si berengsek ini pembunuhnya?! Kau pasti memantauku, kan, selama ini? Kenapa kamu nggak lindungi Willy, Alisya, dan Emily, Hah?! Anjing!" Edward tak kuasa menahan tangis dan amarah.

Erik terus menjelaskan dengan nada yang bijak dan santai. Ia tidak tahu jika tujuan mereka sama. Erik pikir, Rama hanya psikopat gila yang mencari fantasi dengan menyabotase, menusuk dan memperkosa orang lain.

Erik meminta maaf atas semua ini.

"Ed ... sebenernya semua ini berawal dari...,"

Ssrt Srrtt Srrt!

Terlanjur di lahap api amarah, Edward menusuk Erik dengan pisau buah di atas meja. Ed menusuknya hingga Erik mengalami pendarahan hebat.

"Edward...,"

Sebelum anak buahnya datang, Ed mencuci tangan, muka, dan mengganti pakaian di lemari Erik. Dia memakai sarung tangan, masker dan kacamata hitam miliknya. Ed bergegas pergi dan membawa pistol Erik di balik jaketnya. Ed kehilangan kesadarannya, dia tengah di rasuki sosok yang selama ini ia tahan keberadaannya. Semuanya sudah di ambang batas. Dunia kejam padanya, dunia hanya mempermainkannya, dunia hanya memperalat anak naif dan anti sosial sepertinya.

Saat keluar elevator, Ed bertemu dengan Abdul. Sikap Edward berubah drastis, ia tiba-tiba menangis.

"Dul, aku takut ... kamu harus membantuku...,"

"Kenapa, Ed?" Abdul tampak memberikan penghormatan dan perhatian yang berbeda padanya setelah ia tahu jika Edward adalah majikan yang sesungguhnya.

Ed meminta Abdul mengikutinya ke toilet karena ada sesuatu yang harus di sampaikan. Tanpa banyak kata, Ed mendorong dan mencekik Abdul seperti yang ia lakukan sebelumya. Menyadari suasana sangat sepi, Edward memasukkan pistol ke dalam mulut Abdul yang tengah menangis dan menarik pelatuknya.

Dor!

Abdul tewas di tangan Edward

Suara tembakan itu teredam oleh kerongkongan Abdul yang memuncratkan banyak darah hingga membanjiri toilet. Abdul tewas dengan mata yang melotot dan ekspresi penuh ketakutan dan air mata menetes dari mata kanannya. Tak ada ampun baginya, Edward telah menghakiminya.

Edward sama sekali tak merasa bersalah dengan tindakannya. Dia bergegas pulang ke rumah dan bersiap menyusun strategi untuk menghabisi semua orang yang terlibat. Pikirannya di penuhi dengan amarah dan dendam. Edward yang kita kenal sudah tiada.

*****

Tiba di rumah, Emily menghampiri dan memeluknya erat. "Makasih, ya, Bang, buat semuanya."

Emily tahu jika Edward sibuk mencari kebenaran akhir-akhir ini dan dia hanya ingin kakaknya istirahat. Edward menangis meluapkan semua isi hatinya. Emily tak akan sadar jika kakaknya baru saja berubah menjadi sosok paling mengerikan yang membuat dirinya memiliki alter ego yang sangat menyeramkan.

*****