"Selamat datang kembali, Anak Elang!"
"Idrus, aku nggak pernah tahu jika kau anggota kami!" ucap Edward.
"Saya adalah salah satu mata-mata di sini, Anak Elang. Bersama dengan anak ini...,"
Idrus menunjuk seorang gadis yang Edward jelas ingat.
"Airin?!" matanya melebar dengan pipi memerah.
"Salam, Anak Elang."
Edward tak percaya selama ini hidupnya benar-benar berada dalam pengawasan kartel yang selalu menjaganya dari semua bahaya dalam ketidaktahuannya. Kedua kubu kini telah bersatu, mengingat mereka sangat merindukan sosok pemimpin yang memiliki kharisma sejati seperti yang di miliki Edison dan ayahnya.
"See? You're so famous here."
"I think I already famous even before this miracle happened."
"Hahaha."
Erik memberinya gelas sampanye dan mereka bersulang bersama menikmati acara itu.
Edward merasa ini adalah titik akhir dari perjalanan tanpa arah yang selalu ia tuju. Tragedi dan rasa sakit yang ia rasakan sejak kematian ayahnya adalah titik awalnya dalam menemukan jati diri yang sesungguhnya.
Dari kejauhan, nampak dua wanita berjalan dari arah cahaya. Mereka baru saja tiba dengan helikopter di atas gedung. Edward menyipitkan matanya dengan seksama untuk melihat siapa mereka. Setelah berjalan semakin dekat, ia bisa melihat itu adalah Emily dan Lastri dengan gaun terbaik yang mereka kenakan.
Ed tersenyum lebar mengetahui dirinya kembali hidup setelah mengalami hidup yang kritis.
"Selamat datang, Keluarga Elang!" ucap semua anggota seraya membungkuk sembilan puluh derajat.
Langkah kaki Lastri berhenti tepat di depan Edward. Suasana berubah hening hingga Lastri memeluknya di ikuti oleh Emily dan sorakan semua anggota kartel yang bersemangat dengan era baru mereka.
"Welcome to our real world, Alvin, terima kasih karena sudah menjadi Edward yang berhasil menyelamatkan kami semua," bisik Lastri pada anaknya.
Alvin mengikik mendengar bisikan ibunya.
-The End-