Chereads / merubah masa depan / Chapter 3 - Chp-3

Chapter 3 - Chp-3

Setelah sampai di lantai atas, ia segera menuju mejanya dan memberikan kopi yang Hanin pesan tadi.

Lalu ia segera masuk kedalam ruangan Presdir untuk meletakkan kopi yang juga beliau pesan. Ia meletakkannya di atas meja kerjanya.

Saat berada di dalam ia tak sengaja melihat sebuah bingkai poto yang di dalamnya ada sebuah foto keluarga nya Rey. Terlihat ada kakeknya lalu ibundanya, dan juga ada Rey waktu kecil. tapi ada seseorang yang berada di dalam Foto yang sengaja di robek. Ia tak tahu itu siapa. Karna tak mau berlama-lama didalam, ia pun keluar.

Disisi lain, ada yang membuat Hanin merasa terganggu. Ia belum sempat mengucapkan terima kasih pada Rudi, karena Rudi terlihat buru-buru untuk masuk ke dalam ruangan Presdir. Saat melihat Rudi telah keluar, ia segera berdiri untuk mengucapkan rasa terima kasihnya pada Rudi.

"Pak... Makasi ya atas kopinya"

"ya sama-sama" Jawabannya singkat

Ia kembali duduk, dan situasi pun kembali canggung seperti biasa. Karena Hanin adalah orang yang tak suka dengan situasi canggung ia mencoba membuka topik agar situasi diantara mereka sedikit cair.

"Pak, nanti di lain waktu saya yang traktir bapak ya, pak!"

"Eh... Gk usah. Saya minum kopi kalau sedang mood saja" ia teringat karena bukan uangnya yang dipakai untuk membeli kopi tadi, ia merasa tak enak mendapatkan traktiran dari Hanin.

"Oke..." Hanin terdiam karena bingung untuk berkata apa lagi.

Tepat saat jam makan siang telah usai, Rey kembali. Saat berjalan menuju ke ruangannya, ia tak sengaja melihat ada kopi di meja Hanin dan Rudi.

"Waah... Makasi Rud, uda mau nganterin ya"

ia berkata spontan ketika ia melihat ada kopi di samping mereka

Rudi segera berdiri ketika mendengar perkataan Rey yang tiba-tiba saja datang menghampiri mereka

"Makasih pak" Ucapannya untuk membalas perkataan Rey.

Seketika Hanin tau kalau kopi yang di berikan oleh Rudi tadi memang dari Presdir tapi beliau minta dititipkan juga.

Karena sudah merasa tau hanin segera berterima kasih pada Presdir "Makasih pak atas kopinya"

"iya sama-sama" Jawab Rudi dengan senyumannya

Banyak pertanyaan yang tiba-tiba saja muncul di kepala Hanin tentang kopi itu. Tapi ia berusaha untuk mengalihkan pikirannya ke pekerjaannya dan berusaha untuk berpositif thinking.

Setelah itu Rey masuk kedalam ruangannya. Tiba-tiba ada suara samar-samar muncul di kepala rey.

"Hey Rey, ada yang masuk ke ruangan ini tadi" Suara samar-samar yang terdengar cukup berat

Karena Rey sudah biasa akan hal itu, ia pun menanggapi suara itu dengan santai.

"Siapa?" Tanyanya dengan nada ketus.

"Rudi"

"Ah dia cuman nganter kopi, tenang lah. Pergilah dan jangan ganggu konsentrasi ku!"

Tak lama suara itu pun hilang dari kepala Rey.

***

Jam pulang pun tiba, di perusahaan memiliki peraturan bagi setiap karyawan untuk pulang tepat waktu, kecuali jika ada lembur atau ada hal lain baru di perbolehkan untuk pulang belakangan.

Beberapa karyawan sudah mulai turun, termasuk Hanin. Hanin melihat kalau Rudi masi sibuk bekerja, ia melihat Rudi begitu serius menatap komputernya.

"Hmm ... Pak Rudi saya duluan ya" Ucap Hanin karena ia segan untuk pulang duluan tanpa berpamitan.

"Iya, duluan saja. Hati-hati dijalan" Jawab Rudi dengan nada sedikit ketus.

Hanin pergi meninggalkan Rudi dan pergi menuju lift untuk turun ke basement.

Tak berapa lama setelah Hanin pergi, Rey keluar dari ruangannya. Ia melihat Rudi sendirian yang masih bekerja di saat jam pulang sudah tiba.

"Hey Rud, kau tak mau pulang? perasaan hari ini ku tidak banyak memberikan tugas untuk mu" Tanya Rey karena melihat sekeliling sudah sepi.

"Walaupun anda tak memberikannya, tapi tetap saja, ada beberapa yang masuk" Rudi menjawab tanpa menatap wajah Rey, ia terus fokus ke komputernya.

"Ayo pulang, nanti aku tak bisa makan. Itu bisa dikerjakan di rumah" Rey mulai bercanda untuk mencairkan suasana.

Karena terus di paksa pulang oleh Rey, mau tak mau Rudi ikut pulang padahal ia sedang fokus-fokusnya mengerjakan pekerjaannya.

Saat mereka turun ke lantai satu, ada satu hal yang ingin Rudi tanyakan pada Rey. Tapi ia merasa tak enak.

"Pak.. anu" Karena sudah mengganggunya dari tadi, akhirnya Rudi memutuskan untuk bertanya.

"Kenapa?" menoleh kebelakang

"Bapak tadi kan keluar, nah kenapa kita tidak pulang naik mobil bapak saja"

"Oo itu yang mau kau tanyakan dari tadi?"

Rudi kaget karena Rey bisa menebak isi kepalanya.

"Ah jangan memasang wajah kaget seperti itu, dari wajahmu sudah kelihatan sejak kita turun kebawah tadi"

"Maaf pak..."

"Aku tak mau menggunakannya, karena mobil itu akan ku pakai kalau ku ada perlu saja. Dan lagi pula rumah ku tidaklah jauh, apa kau tak suka jalan?"

"Bukan begitu pak..." Rudi merasa sedikit bingung untuk menjawab pertanyaan Rey.

"Hahaha sudahlah, kau kaku sekali. Santai saja" Rey menepuk punggung Rudi agar ia tidak merasa bingung lagi.

*Drrttt....*

Suara dan getaran ponsel berbunyi. Rudi mengira itu adalah ponselnya yang bergetar, tapi saat di cek bukan ponsel miliknya.

Ia melihat kearah Rey, dan ia yakin kalau suara dan getaran itu memang berasal dari Rey.

"Pak, ada panggilan masuk dari ponsel bapak"

Ucap Rudi pada Rey, karena Rudi berpikir kalau Rey tak menyadarinya.

"Oh iya tau, aku malas mengangkatnya, telpon dari orang yang tak penting" Seketika nada bicara Rey berubah menjadi sedikit ketus.

Rudi hanya diam saja saat mendengar perubahan nada suara Rey yang awalnya ceria menjadi ketus.

Selama di jalan pulang, Rey dan Rudi tidak berbicara sedikit pun. Mereka terus diam tanpa ada yang ingin membuka topik pembicaraan.

Saat di lampu merah, Rey tak sengaja melihat ada sebuah street food dan beberapa food court di seberang jalan.

Setelah lampu berubah menjadi merah, ia langsung menyebrang tanpa menunggu Rudi yang berjalan di belakangnya.

"Pak tungguu..." Rudi sedikit kaget karena Rey tiba-tiba jalan.

Rey tak mendengar suara Rudi, ia terus berjalan keseberang. Rudi segera mempercepat langkah kakinya.

setelah sampai di sebrang jalan, Rey menghampiri salah satu street food yang ada disana. Ia membeli makanan cukup banyak, tapi tak ada satu pun makanan yang ia beri saus kedalamnya walaupun Rey suka makanan pedas.

Lalu pergi lagi ke salah satu food court yang tak jauh dari tempat ia berdiri. Rudi yang melihat Rey cukup banyak membeli makanan membatin.

"Tuan ingin makan apa mungkbang? beliau membeli makanan terlalu banyak"

Tak berapa lama Rey selesai membeli beberapa makanan. Ia juga baru sadar kalai Rudi tak ada di dekatnya, ia mencari sekeliling tapi Rudi tam terlihat.

"Tuaan" Teriak Rudi dari arah yang cukup jauh darinya.

Rey langsung menoleh kearahnya. Rudi segera menghampiri Rey dan bertanya.

"Pak... kenapa membeli ini semua? bapak tadi kalap?"

"Tidak juga, aku membeli cukup banyak dari bapak-bapak penjual street food dari pada yang food court ini. Aku kasihan dengan beliau, jadinya aku beli banyak" Ucap Rey dengan wajah yang cukup senang.

"Kalau tak habis bagaimana? apa di buang?"

"Kita kasih ke orang yg membutuhkan, jangan di buang!"

"Ok.."

Tak berapa lama saat di jalan pulang, Rey tak sengaja melihat ada seekor kucing yang sedang tertidur di sebuah bangku taman.

Saat Rey mendekatinya, kucing itu bangun dan hendak untuk pergi karena takut, tapi ia mencium aroma makanan yang ada di dalam plastik yang di beli oleh Rey tadi.

Ia mengeong untuk meminta makan yang Rey beli.

Ia meminta Rudi untuk mengambil beberapa bakso yang di belinya tanpa saus tadi untuk diberikan ke kucing tersebut.

Rudi menuruti permintaan Rey, ia memberikan beberapa bakso itu, dan ia merasa sedikit senang karena melihat kucing itu makan dengan cukup lahap.

"Berikan iya beberapa bakso lagi" menyodorkan satu plastik yang berisikan bakso.

Rudi mengambil plastik tersebut dan mengambil beberapa bakso yang ada di dalamnya.

Setelah habis beberapa plastik dan kucing itu juga sudah terlihat kenyang. Mereka meninggalkannya dan berjalan pulang.

Saat di jalan Rey memakan makanan yang ia beli tadi dan menawarkannya ke Rudi, tapi Rudi menolaknya.

"Tidak, makasi Taun. Tidak baik makan sambil berdiri, apa lagi sambil berjalan seperti ini"

Sindiran itu sangat mengenainya, karena ia makan sambil berjalan. Setelah disindir seperti itu oleh Rudi, Rey berhenti makan dan kembali berjalan lagi.

"Oiya apa kau ada minum?" tanya Rey karena tiba-tiba tenggorokannya merasa kering karena kebanyakan makan.

"Tidak Tuan" Jawab Rudi dengan nada datar

Rey baru teringat kalau ia lupa memberikan kucing tadi minum, ia kebingungan sambil melihat sekelilingnya apa ada air atau tidak.

Rudi menyadari kalau Rey sedang mencari sesuatu.

"Tuan kehilangan sesuatu?"

"Tadi aku lupa memberi kucing itu minum, mumpung jarak kita masi dekat darinya, jadi aku ingin mencari sebuah keran air atau apa lah untuk kucing itu minum"

Rudi terheran dengan penjelasan Rey, ia sempat membatin kenapa hanya seekor kucing yang lupa diberi minum setelah selesai makan, ia bisa sampai panik ini.

"Aah ketemu juga, wastafel taman" Rey menyerahkan plastik yang ia pegang dari tadi pada Rudi.

Ia mencari plastik bekas di sekitar wastafel untuk dijadikan wadah menampung air, dan ia menemukan sebuah gelas plastik yang cukup lebar. Ia segera mengisi gelas plastik tersebut dengan air wastafel.

Setelah terisi penuh, ia berlari ke arah kucing tersebut untuk memberikan air yang telah ia tampung.

Sekitar 20 menit menunggu, akhirnya Rey kembali. Rey melihat Rudi tetap berdiri di tempat tadi tanpa meninggalkannya.

"Loh ku kira kau pulang duluan, ternyata masi menunggu" Ucap Rey pada Rudi.

"Tidak tuan, saya akan menunggu anda sampai anda kembali. Jika saya pulang duluan tetap saja saya tak bisa masuk kedalam karena kunci gerbang dan kunci rumah sama anda" Jawab Rudu dengan wajah datar yang ia miliki.

"Hahaha aku lupa maap, maap juga tiba-tiba ku tinggal tadi" Mengambil kembali plastik yang di pegang Rudi

"Tak apa, tuan"

Dan seperti biasa mereka diam sampai mereka tiba di rumah Rey.

Saat melihat kejadian tadi, Rudi memiliki suatu pertanyaan yang dari tadi mengganggu pikirannya. Ia ingin bertanya tapi selalu tak menemukan waktu yang tepat, bukan waktu yang tepat ia hanya bingung untuk memulainya seperti apa.