Chereads / merubah masa depan / Chapter 4 - Chp-4

Chapter 4 - Chp-4

Saat di depan gerbang, Rey meminta Rudi untuk yang membukakan pintunya.

Ia memberi tahu dimana letak kunci gerbang dan kunci rumahnya.

Tak lama akhirnya mereka masuk kedalam, Saat di hidupkan lampu. Ada 2 makhluk berbulu halus yang mendekati mereka dengan sangat cepat.

Mereka berdua membuat Rudi kaget, karena ia duluan yang masuk kedalam rumah sebelum Rey.

Rey bingung kenapa Rudi berdiam seperti patung di depan pintu tanpa melangkah maju ke depan.

"Hey Rud, kenapa diam mematung seperti itu"

Rey menyenggol sedikit punggung Rudi lalu sedikit jinjit untuk melihat apa yang ada di depan Rudi.

"Saya pernah baca, kalau kucing di bukakan pintu maka ia akan langsung keluar. Kalau mereka keluar dan tak kembali maka itu akan sangat merepotkan" Sembari menoleh kesamping untuk menjelaskan situasinya.

"Ohh, gk perlu khawatir seperti itu. selama gerbang di tutup, mereka tidak akan bisa keluar."

*note: pintu gerbang rumah Rey bertema modern dan sangatlah tinggi dan besar, dan juga sangatlah rapat, jika ada celah, celah itu tidak terlalu lebar untuk di masuki kucing.

Rey mendorong tubuh Rudi masuk kedalam agar ia juga bisa masuk karena ia melihat langit sudah mulai gelap dan sudah terdengar suara adzan Maghrib mulai berkumandang.

setelah masuk ia langsung mendatangi kucing nya dan membawa mereka ke ruang tamu. lalu ia duduk di atas karpet yang ukurannya cukup besar.

Terlihat Ruang tamu yang dimilikinya cukup lah besar. Di tengah ruangan terdapat karpet merah yang bertekstur kasar yang di atasnya terdapat sebuah meja yang berukuran sedang. Dan di pojok ruangan terdapat sebuah smart tv yang berada di atas meja, dan di samping kanannya terdapat 2 buah speaker yang berukuran sama dengan tinggi tvnya.

tak banyak barang di ruang tamunya, bahkan foto dan lukisan juga tak terlihat ada untuk menghiasi ruangan yang sepi itu.

***

"Ululuu apa kabar kucing-kucing ku" Mukanya terlihat sangatlah bahagia.

Rey membuka sepatunya dan berjalan ke dapur untuk mencari dry food untuk kucingnya.

Sebelum ia naik keatas untuk ganti baju, ia memberi makan kucing-kucingnya terlebih dahulu.

Rudi melihat Rey yang memberikan makanan secara manual seperti itu sedikit merasa greget padahal ia tahu kalau Rey mampu untuk membeli mesin otomatis khusus untuk memberikan makanan kucing.

"Anu pak... Bapak kan bisa beli alat untuk ngasih mereka makan pak, kenapa bapak harus repot-repot seperti ini" Tanyanya sambil melepaskan sepatu dan berjalan ke dapur

"Aku tak sempat membelinya. Ku sudah trauma untuk beli online, karena barang ku sering tak sampai dan tak sesuai dengan apa yang di foto"

"Mau saya yang belikan?" Rudi menawarkan diri karena kasihan melihat Rey yang membagikan makanan seperti itu.

"Kalau kau tak merasa di direpotkan tentu saja boleh"

Seketika Rudi merasa senang ketika dirinya berguna, rasa senang itu terlihat dari wajahnya yang datar.

Rey melirik kearah Rudi, ia melihat Rudi yang terlihat senang itu pun hanya bisa tersenyum. Rudi sangat jarang bisa mengekspresikan emosinya sendiri.

Tiba-tiba Rudi ingat akan satu hal.

" Tuan, tempat sampah dimana ya? Tadi diluar saya gk melihat ada tempat sampah"

"Oh di dapur ada kok, di samping tempat kompor, Kalau gk ada berarti di daerah deket pintu kolam biasanya bu Ijah meletakkannya disana"

"Baik Tuan terima kasih" Rudi langsung segera ke dapur.

Setelah sampai di dapur, ia membuang sampah plastik yang ia bawa dari tadi. Ia merasa karena sudah di dapur, sekalian saja ia masak makan malam untuk Rey. Tapi ia lupa, dirinya belum ganti baju.

Disisi lain, Rey naik keatas menuju ke kamarnya untuk ganti baju. Ia juga tak tahu kalau Rudi masak tanpa mengganti baju yang ia kenakan saat di kantor tadi.

Setelah ia selesai ganti baju, ia turun dan menghampiri kucing-kucingnya yang masih berada di ruang tamu. Ia meluangkan sedikit waktunya untuk bermain dengan mereka.

Tiba-tiba Rey mencium aroma yang sangat wangi yang sangat harum dari arah dapur, ia tidak tahu kalau Rudi pandai memasak beberapa makanan.

Ia berdiri lalu berjalan menuju dapur sembari kucing-kucingnya juga mengikutinya dari belakang. Ia sempat mengira kalau bu Ijah mampir sebentar untuk memasak makan malam, tapi itu tak mungkin pikirnya.

Ia kaget karena melihat Rudi berada di dapur dan sedang memasak. Tapi lucunya, Rudi lupa mengganti pakaiannya.

"Rudi! Lihat dirimu itu, kau masak tapi tak mengganti baju mu, kau lupa kalau harga setelan yang kau pakai itu harga cukup lumayan" ia menyenderkan badannya ke tembok sambil melihat Rudi yang sedang mengaduk sup yang ada di panci.

"Oh ini.. sebenarnya saya sudah sadar saat ingin memakai celemek ini, tapi karena sudah terlanjur merebus ini jadinya tak bisa saya tinggal" menoleh ke arah Rudi.

"Sini biar aku saja yang nungguin. Sana ganti bajumu itu"

"Baik tuan, dan terima kasih" Rudi melepaskan celemek nya dan segera pergi ke kamarnya untuk mengganti baju.

Setelah selesai mengganti baju dan berniat untuk turun dari lantai 2. Rudi tak sengaja melihat pintu kamar Rey terbuka sedikit, ia hanya berniat untuk menutup pintunya saja.

Tapi saat ia tiba di depan pintu kamarnya, ia merasa kalau kamar Rey berantakan, ia tahu walau lampu kamar tak dihidupkan. Ia ingin membereskannya tapi ia belum izin ke Rey.

Akhirnya ia mengurungkan niatnya dan hanya menutup pintunya lalu turun.

Setelah Rudi datang, Rey kembali ke ruang tamu sembari memancing kedua kucingnya keluar dari dapur agar mereka tak mengganggu Rudi.

Rey terlihat sangat senang bermain dengan mereka. Ia juga kerap memfoto dan mengabadikan tingkah lucu kucing-kucingnya menggunakan ponsel miliknya dan menguploadnya ke salah satu media sosial yang dimilikinya.

Rudi seperti melihat seorang bocah yang senang dengan hewan peliharaannya.

Rey menyadari jika ia terus ditatap Rudi dari dapur. Wajahnya terlihat kesal kala itu.

Karena ia penasaran apa yang membuatnya kesal, ia pun bertanya padanya.

"Kenapa kau menatapku dengan wajah seperti itu? Kau kesal padaku?"

Rudi kaget karena Rey mengatakan seperti itu padanya. Justru saat ini ia merasa senang karena melihat tuannya bahagia bersama kucing-kucingnya

"Tidak, tuan. Saya hanya merasa senang"

"Pfftt... senang tapi wajahmu seperti itu"

"Maaf tuan. Saya memang kurang bisa mengekspresikan emosi yang saya rasakan sekarang"

Seketika Rey tertawa terbahak-bahak ketika mendengarkan pernyataan dari Rudi.

Tak berapa lama akhirnya makanan pun selesai dibuat dan dihidangkan di atas meja makan.

Ruang makan dan dapur di gabung menjadi satu, tapi ukurannya ruangan tersebut cukup lah luas.

Lalu tak seperti meja makan orang kaya pada umumnya. Meja makan milik Rey sangatlah minimalis tapi juga memberikan kesan yang modern dan elegan. Mejanya berukuran kecil dan hanya di peruntukan untuk 4 orang saja.

Meja makannya terbuat dari kaca, dan memiliki 4 kaki yang terbuat dari besi berwarna hitam. Meja makan tersebut di lengkapi dengan 4 buah kursi kecil yang berada di bawahnya

Walaupun ia memiliki rumah yang cukup besar tapi semua perabotan miliknya sangat minimalis. Ia tak ingin membeli barang-barang yang terlalu memakan banyak tempat, karena ia orangnya yang tak suka bila memiliki banyak barang dan membuatnya terasa sesak.

***

"Makasih telah mau repot-repot masak, Rud"

"Tidak apa, tuan. Bu Ijah yang menyuruh saya untuk memasak, ia tak mau jika anda terus memakan mie instan selama ia tak ada"

"Eh gk kok, aku bisa keluar dan membeli makan. Kalau perlu bisa mesen lewat ojol juga" Mengambil sup yang ada di mangkuk.

"Oiya tuan, ngomong-ngomong tentang bu Ijah. Beliau ada menyampaikan sesuatu pada saya"

"Apa itu?" Sembari memakan sup dan menatap Rudi yang ada di depannya

"Bu Ijah bilang kalau tidak salah seperti ini. Jika anda bangun pagi, lalu saat keluar dari kamar memang muka yang aneh, seperti kesal, bingung, dan lain-lain. Pasti ada sesuatu hal yang terjadi saat anda tidur, karena sebelum tidur anda terlihat baik-baik saja. Jadi apa yang terjadi pada and-" Rey tiba-tiba memotong pembicaraan Rudi karena ia tahu pertanyaan Rudi akan mengarah kemana

"Sstt.. makan la, tak sopan bila makan sambil berbicara. Pamali" Nada bicara Rey seketika berubah menjadi sedikit ketus, ia terlihat seperti menyembunyikan sesuatu dari Rudi.

Rudi merasa tak enak hati karena ia merasa kalau hal yang ia tanya adalah sesuatu yang sensitif bagi Rey.

Suasana di antara mereka sedikit suram setelah pembicaraan itu berakhir.

Untuk pertama kalinya sejak Rudi bekerja untuk membantu Rey, ia duluan untuk membuka topik pembicaraan.

"Anu pak ... kucing bapak dimana?"

"Oo mereka? Sedang tidur"

"Ooo okey"

"Apa kau tertarik pada mereka berdua?"

"Eh gk pak..." Rudi bingung untuk kata" selanjutnya

Setelah selesai makan, Rey pergi naik keatas untuk kembali tidur. Disisi lain ia ingin bertanya tentang satu hal tapi ia tak mau membuat Rey kembali kesal. Akhirnya ia mengurungkan niatnya lagi untuk bertanya pada Rey dan mencari waktu yang tepat.

***

Pukul 04:48 pagi

Rey bangun terlebih dahulu daripada Rudi. Ia turun lalu pergi ke dapur. Mengambil gelas untuk mengisi air minum, tapi ia tak menemukan adanya air hangat.

Karena tak ingin membangunkan Rudi yang sedang tertidur pulas, akhirnya ia yang memasak air.

Sambil menunggu air mateng, ia duduk di kursi meja makan miliknya. Ia duduk sambil mengingat mimpi yang ia alami tadi.

Rey meraba saku celananya tapi tak menemukan adanya kertas. Ia segera pergi keruang baca dan mengambil sebuah buku kosong dan pena yang berada di laci meja yang berada di ruang baca.

Lalu ia kembali ke dapur. Ia mengisi waktunya sembari menunggu air yang ia masak tadi hingga mateng dengan menulis mimpi yang ia lalui selama ia tidur tadi di atas meja makan.

pukul 05:00 pagi

Rudi terbangun dari tidurnya dan berjalan ke kamar Rey untuk mengecek apakah tuannya itu sudah bangun atau belum dengan cara mengetuk pintu kamarnya.

Karena tak ada respon, ia segera turun menuju dapur. Ia melihat Rey senang menulis sesuatu di atas meja makan.