Chereads / Dunia Monster : Kehidupan Manusia Serigala dimulai / Chapter 113 - Setelah Malam Pertempuran (ATS)

Chapter 113 - Setelah Malam Pertempuran (ATS)

Setelah bertarung mati-matian dengan Roy, tubuh Jagt langsung terjatuh ke tanah. Beruntung bagi dirinya, karena baju besinya memiliki sistem yang membuat daya tahan tubuhnya meningkat, jadi racun milik Roy tidak langsung menyebar ke seluruh tubuhnya dan membunuh dirinya.

Rekan-rekan Jagt yang bertugas untuk memberi dukungan pada pertempurannya tadi, segera membawa tubuhnya untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Meskipun luka tidak separah milik Jagt, tapi Raya juga mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Setelah malam pertempuran itu, satu hari penuh dihabiskan oleh Jagt untuk tertidur dan menyembuhkan dirinya.Selama waktu itu juga, tim medis milik ATS berjuang sekuat tenaga untuk mengeluarkan semua racun yang berada di dalam tubuh Jagt dan membuat penawarnya.

Jagt baru kembali membuka matanya saat 24 jam lebih telah berlalu. Meski kesadarannya sudah kembali, tapi sayangnya dia tidak dapat menggerakan anggota tubuhnya yang manapun.

Sepertinya dia diberikan obat bius dan penghilang rasa sakit hingga dirinya hampir tidak bisa merasakan sedikitpun anggota tubuhnya. Hal itu mungkin bertujuan agar Jagt bisa menyembuhkan dirinya lebih cepat dan supaya dia tidak bisa merasakan rasa sakit yang seharusnya lebih menyakitkan dari pada luka sehabis tertabrak mobil.

Di mulutnya terpasang alat bantu bernafas agar dirinya tetap bisa mendapatkan oksigen dengan stabil. Dia juga bisa melihat selang infus yang terpasang ke tangan kanannya yang membantunya untuk mendapatkan nutrisi selama dia koma.

Dia tidak melihat siapapun di ruangan tempatnya berada. Dia hanya sendirian di ruangan serba putih ini, tapi dia dapat melihat cermin dua arah yang terpasang di salah satu sudut. Sepertinya para dokter menggunakan cermin tersebut untuk mengawasi kondisi tubuhnya tanpa membuat dirinya khawatir tentang apa yang terjadi di balik cermin tersebut.

Sejak awal Jagt tidak terlalu peduli, jika ada manusia yang mengawasinya atau tidak, jadi dia hanya akan mengabaikan keberadaan dari cermin tersebut.

Karena tidak ada hal yang bisa dia lakukan di situasi seperti ini, Jagt memutuskan untuk kembali tidur. Dia harus cepat sembuh, karena ada hal yang harus segera dia lakukan saat ini.

Dirinya akhirnya bisa dijenguk oleh orang lain, setelah seminggu penuh dia habiskan di ruangan serba putih tersebut.

"Ayah, apa kau baik-baik saja?"

Meskipun dia tidak memiliki hubungan yang baik dengan putrinya, tapi putrinya yang cantik itu tetap bertanya dengan nada khawatir saat dia mengunjungi tempat Ayahnya dirawat.

"Ya, tentu saja... Aku masih harus melakukan sesuatu, jadi Aku harus cepat keluar dari tempat ini!"

Putrinya, Arany, menampakan wajah sedih saat dia mengatakan hal tersebut.

"Ada apa? Apa kau ingin mengatakan sesuatu?!"

"Ti... tidak... tidak ada apa-apa..."

"Begitukah... kalau begitu, kau bisa tetap diam saja seperti biasanya!"

Meskipun Jagt tahu bahwa putrinya itu menyimpan sesuatu untuk dia katakan pada Ayahnya, tapi Jagt memutuskan untuk tidak mempedulikan hal tersebut. Jika putrinya memang tidak ingin mengatakan apapun, maka dia tidak akan memaksanya.

"Anu... apakah Aku boleh bertanya?"

Seorang pria yang datang mengjenguknya bersama dengan putrinya mengangkat tangannya dan menanyakan hal tersebut.

Hubungan dirinya dengan Arany masih belum membaik dan Jagt dapat melihat dengan jelas suasana canggung di antara mereka berdua.

"Ya, ada apa?"

"Musuh yang kita lawan minggu lalu... apakah kau mengenalnya?"

"Ya, Aku memang mengenalnya... memangnya ada apa dengan hal tersebut?"

"Apa Aku boleh bertanya, apa yang terjadi di antara kalian berdua?"

Pemuda bernama Raya itu nampak ragu apakah dia menanyakan pertanyaan itu atau tidak.

Hal yang berbau mahluk seperti lawan mereka adalah hal yang sangat sensitif bagi Jagt, jadi Raya tahu bahwa dia tidak bisa sembarangan menanyakan hal tersebut pada pria yang menjadi pembimbingnya tersebut selama dia berada di ATS.

"Tidak ada hal istimewa yang terjadi... Aku bertemu dengannya saat Aku melaksanakan tugasku seperti biasanya!"

Meski Raya nampak khawatir dengan jawaban yang akan diberikan oleh Jagt, Jagt sendiri malah memberikan jawaban santai. Seolah-olah dia tidak terlalu peduli dengan lawan yang telah membuatnya kerepotan itu.

"Tapi, kau nampak mengenalnya lebih dari pada lawanmu yang biasanya..."

"Yah, kurasa kau memang benar tentang hal tersebut... Aku memang mengenalnya lebih dari lawanku yang biasanya... meski alasannya benar-benar membuatku kesal!"

"Alasannya?"

"Itu karena dia berhasil menghancurkan Squad dimana dirinya bertugas sewaktu Aku bertemu dengan dirinya... bahkan atasanku langsung tewas di peristiwa tersebut!"

Raya dan Arany nampak sangat terkejut dengan hal yang baru saja mereka dengar tersebut.

"Meski berkat hal tersebut, Aku dapat naik pangkat, tapi sayangnya hal tersebut tidak bisa membuatku lupa akan apa yang telah dia perbuat!"

Mata penuh kebencian dapat terlihat diri Jagt saat dia mengatakan hal tersebut.

Sejujurnya, Arany nampak sangat takut saat dia melihat mata tersebut. Sementara Raya hanya bersikap tenang saat melihat mata tersebut, karena dia sudah mulai terbiasa dengan mata penuh kebencian tersebut.

"Pada malam pertemuanku dengan dirinya, kami berhasil menangkap adiknya, jadi sebagai ganti rasa kesalku dengan kakaknya tersebut... Aku menyiksa adiknya dan menanyakan berbagai macam hal tentang kakaknya... pada awalnya dia tidak mau mengatakan apapun tentang kakaknya tersebut, tapi pada akhirnya dia tidak sanggup dengan siksaanku dan mengatakan semuanya tentang kakaknya... namanya, dimana mereka tinggal selama ini, apa yang mereka biasanya lakukan setiap hari, apa kelemahan kakaknya, keunggulannya dan berbagai macam hal lainnya... sejujurnya Aku merasa sangat bahagia saat melakukan hal tersebut... meski Aku tidak membutuhkan informasi tersebut, tapi melihat adiknya yang mengkhianati kakaknya adalah pemandangan yang sangat memuaskan bagiku!"

Arany tahu bahwa Ayahnya bukanlah orang yang baik, tapi dia tidak tahu bahwa Ayahnya adalah mahluk sekotor ini. Bagaimana bisa dia mengatakan hal yang mengerikan seperti itu dengan wajah yang tersenyum.

"Kenapa... kenapa kau bisa mengatakan hal itu dengan wajah yang bahagia?! Tidak ada hal yang bagus dari apa yang kau katakan itu, Ayah!"

"Tidak ada hal yang bagus? Apa yang kau bicarakan? Apa kau tidak mengerti bahwa melihat wajah mahluk menjijikan sepertinya terlihat tersiksa adalah hal yang sangat bagus dan menyenangkan?!"

Tidak salah lagi, Ayahnya pasti sudah gila. Tidak akan ada orang normal yang bisa mengatakan hal tersebut seperti itu adalah pengetahuan umum.

Raya yang berada tak jauh dari Aranya dan Ayahnya berada hanya mengawasi percakapan antara Ayah dan anak tersebut. Dia tidak memberikan jawaban setuju atau tidak dengan pendapat milik Jagt, dia hanya terdiam tanpa membuka mulutnya sedikitpun.

"Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?! Apa kau sungguh adalah manusia!?"

Arany bahkan tidak sanggup memanggil pria di depannya dengan sebutan Ayah.

"Apa kau sungguh tidak tahu apa yang terjadi pada Ibumu!?"

Jagt menatap tajam Putrinya. Kemarahan dengan jelas nampak pada wajahnya yang membuat siapapun yang melihatnya akan ketakutan, karena wajahnya saat ini benar-benar menyeramkan.

"Aku tahu bahwa Ibuku terbunuh oleh salah satu dari mereka, tapi apakah hal itu sudah cukup untuk membuatmu melakukan hal keji seperti itu!? Senang saat melihat orang lain tersiksa?! Bukankah itu tindakan yang tak berperikemanusiaan!?"

"Kalau begitu, apakah kau mau mendengar cerita lengkapnya!? Bagaimana cara Ibumu terbunuh dan alasan kenapa Aku sangat membenci mahluk menjijikan seperti mereka!? Apa kau ingin tahu semua itu?"

Arany menelan ludahnya. Arany akan berbohong, jika dia tidak tertarik dengan apa yang ditawarkan oleh Ayahnya. Dia memang ingin mengetahui hal tersebut, meskipun hal itu adalah hal yang terakhir dia tahu dari Ayahnya.

Dia tidak pernah mendapatkan kesempatan bagus untuk menanyakan hal tersebut, jadi ini adalah kesempatan emas baginya. Jadi tidak mungkin dia menolak tawaran tersebut.

"Ya, Aku ingin tahu!"

Setelah Arany memberikan jawaban tersebut, Jagt mulai menceritakan masa lalu kelamnya. Masa lalu yang tidak bisa dia hapuskan dengan cara apapun, meskipun dia sangat ingin menghapusnya. Sebuah masa lalu yang merupakan mimpi terburuk baginya.