Kejadian itu terjadi saat Jagt masih berusia sekitar 30 tahun. Dirinya saat itu masih belum mengetahui keberadaan dari para mahluk berbahaya yang bisa menyamar menjadi manusia dan hidup normal seperti manusia pada umumnya.
Sejujurnya, dia awalnya adalah orang yang tidak pernah percaya dengan mahluk yang bernama monster dan sejenisnya. Jadi dia sama sekali tidak pernah percaya dengan berbagai rumor tentang mahluk-mahluk itu, meskipun itu datang dari mulut sahabatnya sendiri.
Sampai suatu hari, hal itu berubah. Peristiwa itu hanya berlangsung selama satu malam, tapi malam tersebut dapat merubah keseluruhan hidupnya. Dia berubah menjadi pria yang sangat berbeda pada malam tersebut.
Istrinya yang baru saja pulang ke rumah, setelah dirinya melahirkan Putri mereka, Arany, saat ini sedang dikelilingi oleh teman-temannya yang ingin melihat Putri cantik mereka.
Jagt sendiri saat itu sedang membereskan barang-barang yang mereka bawa dari rumah sakit. Senyum bahagia tidak lepas dari wajahnya saat dia melihat kebahagian yang dipancarkan dari Istrinya.
Arany adalah putri pertama mereka, jadi wajar bila mereka merasa sesenang ini.
"Nah, Aria... apakah kau ingin kubelikan sesuatu?"
Jagt bertanya pada istrinya, setelah dia selesai membereskan barang-barang.
Para Ibu yang mengunjungi rumah mereka masih terlihat mengelilingi istrinya untuk melihat putri mereka yang sangat imut.
"Hmm, sebaiknya apa yang harus dibeli di saat seperti ini?"
Istrinya bertanya pada teman-temannya yang telah menjadi Ibu sebelum dirinya.
"Jelas adalah popok untuk bayi!"
"Susu untuk Ibu menyusui!"
"Jangan lupa soal baju untuk Ibu menyusui, kau sudah memilikinya atau belum?"
Satu-satu para Ibu memberikan saran apa yang sebaiknya dibeli untuk merawat seorang bayi.
Jagt meminta mereka untuk mengulangi perkataan mereka, lalu mencatatnya di buku catatan miliknya.
"Kalau begitu, Aku pergi dulu, ya!"
Setelah mencatat semua barang yang dibutuhkan dan memastikan bahwa dia memiliki uang yang cukup untuk membeli semuanya, Jagt meninggalkan rumah dan istrinya yang masih bersama dengan teman-temannya, untuk membeli semua keperluan mereka.
Berbelanja semua barang-barang kebutuhan mereka dan bayi mereka benar-benar membutuhkan banyak waktu dan cukup sulit untuk membawa semuanya seorang diri, tapi untung saja dia bertemu dengan teman lamanya saat sedang berbelanja.
"Yo, Jagt... sepertinya kau membeli banyak barang, ya."
"Ya, ini semua untukku, Istri dan bayi kami!"
"Jadi bayimu telah lahir, ya... selamat, Ayah baru!"
Pria bernama Bruce itu memberinya selamat, setelah dia mengetahui kabar bahwa istrinya telah melarikan bayi mereka. Senyum terpampang jelas di wajah Jagt saat mendengar ucapan selamat dari sahabat lamanya itu.
"Ini hanya awal saja, setelah hari ini, kurasa akan Aku akan menjadi lebih repot dari pada ini!"
Jagt berkata sambil menunjukan barang belanjaannya yang terlihat sangat berat. Ke depannya mungkin dia harus membeli barang yang lebih banyak dari pada yang dia beli saat ini.
"Apakah masih ada belanjaan yang ingin kau beli? Apakah kau mau kubantu?"
"Hmm.... Aku ingin membeli hadiah kejutan untuk istriku... kira-kira apa yang cocok untuknya, ya?"
Jagt berpikir keras untuk menentukan hadiah apa yang cocok untuk istrinya. Istrinya baru saja melahirkan putri tercinta mereka dengan selamat, jadi dia harus mendapatkan hadiah atas perjuangannya.
"Apa kau ingin memberikannya perhiasan? Tidak ada wanita yang tidak suka dengan perhiasan, kan?"
"Itu memang benar, tapi perhiasan macam apa yang cocok untuknya, ya?"
"Kalau begitu, kita periksa saja dulu toko perhiasannya! Siapa tahu kita menemukan sesuatu yang cocok untuknya!"
"Kau benar... mari kita periksa!"
Setelah itu mereka pergi menuju toko perhiasan terdekat. Karena Jagt adalah orang yang sangat pilih-pilih, jadi mereka baru selesai mendapatkan hadiah yang cocok untuk istri Jagt saat matahari telah terbenam.
"Kau tidak perlu membalas bantuan kecilku itu!"
Kata Bruce saat Jagt memaksanya untuk ikut ke rumahnya agar Jagt dapat membalas bantuannya dengan memberikannya makan malam.
"Tidak, kau telah membantuku membawa barang belanjaanku, jadi setidaknya Aku harus mentraktirmu dengan makan malam!"
"Sudah kubilang, itu tidak perlu!"
"Aku memaksamu! Kita adalah teman lama, jadi wajar jika kita makan malam bersama! Lagi pula, sudah lama sekali kita tidak mengobrol... jadi bukan ide yang buruk untuk menghabiskan waktu bersama, kan?"
"Kuharap itu memang bukan ide yang buruk..."
"Apa yang kau bicarakan, tentu saja itu bukanlah ide yang buruk!"
Jagt merasa aneh dengan jawaban yang diberikan oleh temannya itu. Kenapa dia berpikir bahwa menghabiskan waktu bersama dengan teman adalah ide yang buruk? Jagt baru mendapatkan jawaban dari pertanyaan itu begitu mereka sampai di rumah Jagt.
Bulan purnama bersinar dengan terang di langit malam yang berwarna gelap. Jagt entah bagaimana merasakan perasaan tidak enak saat melihat sinar bulan tersebut.
"Jagt, apakah itu kamu?"
Jagt mendengar suara istrinya yang bertanya padanya dari arah tempat tidur mereka.
"Ya, ini Aku... memangnya ada apa?"
Jagt menjawab istrinya dari pintu masuk. Dia juga memberi isyarat pada temannya untuk ikut masuk ke dalam rumahnya bersama dirinya.
Bruce hanya mengikutinya dalam diam. Aneh sekali, dia tidak berbicara sama sekali saat dia sampai di rumah Jagt. Meski merasa begitu, tapi Jagt hanya mengabaikannya.
"Aku membawa seorang teman, tak apa-apa jika dia ikut makan malam bersama kita, kan?"
Jagt bertanya pada istrinya sambil berjalan ke kamar tempat istrinya berada.
"Iya, tak apa... tapi tolong bantu Aku... Arany sedari tadi tidak mau berhenti menangis!"
"Uweeekkk!!"
Jagt melihat ke arah putrinya yang sedang menangis di pangkuan Ibunya. Dia sudah mendengar suara tangisan putrinya itu dari luar, jadi dia sama sekali tidak terkejut saat istrinya meminta permintaan tersebut.
"Hello, Arany... hello!"
Jagt mencoba menyapa putrinya, lalu membuat wajah aneh untuk menenangkannya, tapi sayangnya hal tersebut tidak berhasil sedikitpun.
"Uuuuweeeekkk!!!"
Suara tangisannya semakin kencang.
"Gawat, Aku tidak tahu cara menghentikan tangisan bayi... Bruce, apa kau tahu caranya?"
Jagt bertanya pada temannya yang sedang berdiri di luar kamar.
Bruce masih tidak membuka suaranya, bahkan saat Jagt bertanya padanya secara langsung.
"Bruce? Ada apa?"
Wajah Bruce nampak sangat pucat dan tidak terlihat baik-baik saja, keringatnya juga nampak mengucur dari pori-pori yang berada di tubuhnya. Dia seperti orang yang sedang sakit atau menahan rasa sakit.
"Bruce! Apa kau mendengarku?!"
Jagt sekali lagi mencoba untuk memanggil temannya itu, tapi dia tidak terlihat mendengarkan sama sekali. Dia tidak memberikan respon apapun.
Jagt mencoba menghampiri temannya itu, lalu mengguncang sedikit bahunya.
"Bruce..."
Jagt memanggil nama temannya dengan pelan.
Seakan baru tersadar dari mimpi buruk, Bruce menatap wajah Jagt dengan tercengang.
"Ada apa?"
Bruce bertanya dengan ekspresi bingung.
"Ada apa? Itu seharusnya adalah pertanyaanku! Apakah kau baik-baik saja? Kenapa kau sedari tadi terus terdiam?"
Bruce mengalihkan pandangannya dari Jagt dan tidak menjawab pertanyaan Jagt sama sekali.
"Nah... apa kau mendengarku?"
Jagt mencoba untuk bertanya pada Bruce sekali lagi. Dia memberikan respon tadi, jadi kali ini dia pasti mendengar suaranya.
"Ya, ada apa?"
"Apakah kau sakit? Apa perlu kupanggilkan dokter?"
"TIDAK PERLU!!!"
Jagt dan istrinya sangat terkejut saat tiba-tiba Bruce meninggikan suaranya.
Suara yang dibuat oleh Bruce membuat Bayi yang berada dipelukan istri Jagt menangis semakin kencang.
"Uweekkkk!! Uweeekkk!"
"Ah, sayang... cup! cup! Tenanglah, sayang!"
Aria, istri Jagt, mencoba untuk menenangkan bayi yang menangis. Wajahnya merasa sangat panik saat dia tidak berhasil menenangkan bayinya yang baru lahir itu. Meskipun dia sudah mengoyang-goyangkan bayinya agar dia tenang, tapi sayangnya hal itu tidaklah berguna sedikitpun.
Jagt yang melihat hal tersebut menjadi kesal pada Bruce.
"Sebetulnya ada apa denganmu?! Kenapa kau tiba-tiba berteriak seperti itu?!"
Jagt mencoba untuk meraih lengan Bruce, tapi pria itu segera menyingkirkan tangan Jagt, begitu tangan tersebut menyentuh tubuhnya.
"Jangan sentuh Aku!"
Bruce menatap Jagt dengan pandangan yang menakutkan. Ini adalah pertama kalinya Jagt menerima pandangan seperti itu dari temannya itu.
"Argh!"
Beberapa detik kemudian, dia memegangi kepalanya dan terlihat sangat kesakitan. Seperti dugaan Jagt, ada yang tidak beres dengan temannya itu.
"Oi, apa kau baik-baik saja!"
"Agrhh!"
"Oweekk!! Oweekk!"
Hanya suara geraman Bruce dan tangisan Arany yang mengisi rumah Jagt saat itu. Dia sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan di situasi seperti ini.
Jagt dan istrinya saling berpandangan dengan wajah yang kebingungan. Sepertinya istrinya juga tidak tahu apa yang sebaiknya mereka lakukan saat ini.
"Apa perlu kuantarkan kau ke rumah sakit!"
Saat Jagt kembali mencoba menyentuh tubuh temannya itu, dia segera dihempaskan olehnya. Kali ini bukan hanya tangannya, tapi seluruh tubuhnya yang dihempaskan olehnya.
Dia sama sekali tidak menyangka bahwa temannya memiliki kekuatan yang dapat membuatnya bisa menghempaskan tubuhnya.
Tubuhnya menabrak dinding dan dia mendengar suara seperti tulang yang patah.
"Jagt!"
Istrinya menerikan namanya, tapi sayangnya Jagt tidak memiliki kekuatan untuk mengeluarkan suaranya. Tubuhnya terasa sangat sakit saat dia mencoba menggerakannya, dia hanya dapat melihat wajah ketakutan istrinya tanpa bisa melakukan apapun.
Dia kemudian melihat ke arah temannya. Entah sejak kapan temannya itu memiliki banyak bulu di tubuhnya.
Beberapa detik kemudian, pemandangan yang tidak dapat dia percaya terjadi. Bulu-bulu di tubuh temannya semakin bertambah banyak, bukan hanya itu, bentuk tubuhnya juga berubah menyerupai serigala yang berwarna hitam. Tidak akan salah jika mengatakan bahwa dia adalah manusia serigala.
Perasaan Jagt menjadi sangat buruk saat melihat sosok tersebut. Dia tahu apa yang akan terjadi pada istri dan bayinya, meski dia tidak ingin memikirkan kemungkinan tersebut. Temannya yang telah berubah menjadi monster akan membunuh mereka.
"Hen... ti... henti.... kan!"
Dengan mengerahkan nafasnya sekuat tenaga, dia mengeluarkan kata-kata tersebut. Dia tidak bisa menggerakan anggota tubuhnya, jadi hanya itu saja yang dapat dia lakukan untuk mencoba menghentikan temannya itu.
Tentu saja hal tersebut tidak akan berhasil. Sosok monster itu terus mendekati tubuh istrinya yang gemetaran ketakutan.
Sambil memeluk bayi yang masih menangis dengan kencang, dia mencoba untuk menjauh dari sosok tersebut.
Akan tetapi, bagaimanapun dia mencoba untuk menjauh, pada akhirnya manusia serigala itu lebih cepat darinya.
Sebelum dia dapat melarikan diri, kakinya sudah ditangkap oleh tangan bercakar milik manusia serigala itu.
"To.... tolong! Toloooonggg!"
Aria mencoba berteriak meminta tolong, tapi sayangnya suara tidak sampai pada siapapun, kecuali suami dan sosok monster yang sudah mencengkram kakinya.
Sekarang satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah mencoba untuk melindungi bayinya agar tidak dibunuh oleh monster itu. Dia memeluk bayi dengan kencang, lalu melindunginya dengan tubuhnya.
Dia mencoba melepaskan kakinya dari cekraman monster itu, setelah berhasil lepas, dia segera membentuk bola sambil memeluk bayinya agar monster tersebut tidak dapat menyentuhnya.
Di sisi lain, Jagt hanya dapat melihat monster tersebut mulai melukai istrinya tanpa bisa menolong atau melindunginya.
Dia terus-terusan mendengar suara jeritan kesakitan milik istrinya dan suara tangisan tak henti dari bayinya.
Air mata terus mengalir dari kedua matanya saat dia sadar bahwa tidak ada cara baginya untuk menyelamatkan nyawa istri dan bayinya.
"Tolong... hentikan...."
Suara kecil lolos dari bibirnya.
Entah karena doanya terkabul atau itu memang murni kebetulan, sosok temannya yang telah berubah menjadi monster itu berhenti menyakiti istrinya dengan cakarnya yang sekarang telah berubah warna menjadi merah, karena tercampur dengan darah milik Aria.
DIa menatap bingung pada tangannya yang berlumuran darah, lalu pada Jagt yang tidak bisa bergerak sama sekali, lalu pada Aria yang sudah tak bernyawa.
"ARGGGGHHH!!!"
Bruce meraung dengan kencang. raungan itu sangat kencang hingga membuat gendang telinga Jagt seperti akan pecah. Bahkan dia tidak bisa mendengar suara tangisan dari putrinya, karena tertutup oleh raungan tersebut.
Beberapa detik kemudian, Jagt akhirnya kehilangan kesadarannya.
Dia tidak tahu apa yang menyebabkan dia kehilangan kesadarannya, tapi saat dia sadar, dia sudah berada di ruangan serba putih.
Dia ingin menganggap bahwa apa yang baru saja terjadi padanya, sebelum dia kehilangan kesadarannya adalah mimpi buruk, tapi sayangnya tubuhnya yang terasa sangat sakit dan tidak bisa digerakan sekarang adalah bukti nyata bahwa apa yang baru saja terjadi padanya bukanlah mimpi. Itu adalah kenyataan yang sangat kejam.
Orang yang seharusnya adalah temannya, malah berubah menjadi monster yang sangat menakutkan dan membunuh istrinya di depan matanya.
Dia masih bisa mendengar suara tangisan samar dari putrinya, sebelum dia kehilangan kesadaran, jadi seharusnya putrinya masih hidup.
Saat dia bertanya pada perawat yang bertugas untuk merawatnya bagaimana keadaan bayinya, dia menjawab bahwa bayinya baik-baik saja.
Sambil mengeluarkan air mata, karena lega bahwa dia masih memiliki putrinya di dunia ini, Jagt juga bersumpah untuk membalaskan dendam istrinya.
Dia tidak bisa melupakan apa yang terjadi pada malam itu, meskipun dia ingin mengoperasi otaknya untuk menghapus memori tersebut. Dia harus tetap mengingat kenangan menyakitkan tersebut agar dia bisa membalas dendamnya pada semua mahluk menjijikan seperti sosok yang dia kira adalah temannya.
Setelah mencari lebih lanjut, dia mengetahui kebenaran tentang mahluk apa sebenarnya orang yang dia kira adalah temannya itu. Dia adalah salah satu dari monster yang bersembunyi di dunia ini.
Berani-beraninya mahluk seperti mereka menyamar menjadi manusia dan membunuh manusia saat mereka tidak bisa mengendalikan diri mereka. Semua mahluk menjijikan seperti itu lebih baik dimusnahkan saja dari muka Bumi ini.
Belum lagi dengan jumlah mereka yang ternyata sangat banyak saat ini sedang bersembunyi di berbagai tempat di dunia ini dan hidup seperti layaknya manusia biasa. Hal itu membuat Jagt sangat mual dan ingin muntah.
Dia ingin segera memusnahkan mahluk menjijikan seperti mereka dengan tangannya sendiri.
Setelah kejadian itu, tak butuh lama bagi Jagt untuk menemukan keberadaan organisasi bernama ATS, lalu memutuskan bergabung dengan organisasi tersebut dan menjadi salah satu pemburu terbaik di sana.
Itu adalah awal mula dari legenda Black Hunter Jagt.