Berhadapan kembali dengan Jagt yang dibantu pemuda bernama Raya di malam hari ini, membuat Roy teringat dengan malam yang sangat menyakitkan tersebut.
Saat ini kemampuan Roy sudah berkembang sangat jauh, jika dibandingkan dengan masa lalu, tapi lawannya juga memiliki upgrade senjata yang tidak dia miliki di masa lalu.
"Pertarungan malam ini, benar-benar mengingatkanku akan masa lalu! Aku masih mengingat jeritanmu yang tak dapat menolong adikmu dengan jelas, bahkan sampai hari ini!"
Jagt terus berbicara sambil mengayunkan pedangnya. Sementara Roy yang sudah kehilangan katananya hanya dapat menghindari dan mencari celah di pertahanan lawannya.
"Tidakkah kau merasa sangat kesal saat ini! Orang yang membuatmu tidak bisa berbuat apapun, sekarang ada di depanmu dan siap untuk membunuhnya yang masih tidak berdaya sama seperti dulu!"
Meskipun Jagt mengatakan hal seperti itu, tapi sebenarnya hal itu tidaklah benar sama sekali. Roy yang saat ini tidaklah seperti dirinya yang hanya bisa mengamuk dan membiarkan instingnya menguasai tubuhnya.
Roy dengan tenang mengamati lawannya dan mencari celah di setiap gerakannya, setiap kali dirinya melihat ada celah, dia akan mencoba untuk menyerangnya, meski terkadang dia dihalangi oleh tembakan dari pemuda yang bernama Raya.
Meskipun usianya pasti tak beda jauh dari Arya, tapi pemuda itu memang memiliki bakat yang luar biasa. Jika mereka berdua bertarung, maka mungkin Arya bisa dikalahkan olehnya. Itu jika Raya dilengkapi dengan baju besi seperti Jagt.
Roy menerima beberapa luka tembakan dari Raya. Jika hanya luka goresan yang dia terima, maka luka tersebut bisa sembuh dalam waktu yang singkat, tapi sayangnya hal tersebut tidak berlaku untuk luka yang disebabkan oleh peluru yang bersarang di dalam tubuhnya.
Roy merasakan lukanya terbakar saat peluru bersarang di dalam tubuhnya. Apakah peluru itu menyimpan semacam cairan yang dapat menyebabkan fenomena seperti itu?
"Sepertinya dirimu tidak akan bertahan lebih lama lagi!"
Jagt berkata sambil melihat pada luka-luka yang tidak bisa Roy sembuhkan dengan cepat.
Meskipun Jagt mengatakan hal tersebut, tapi sebenarnya keadaannya juga tidaklah lebih baik dari pada Roy.
Baju besi yang sebelumnya nampak sangat kokoh, sekarang memiliki banyak penyok di sana-sini akibat pukulan dari Roy. Baju besinya mungkin tidak akan bertahan lebih lama lagi.
"Apakah kau ingin menyerah?"
Jagt berkata sambil mengacungkan pedangnya ke arah Roy.
Menyerah sama saja dengan mati, maka tidak mungkin Roy memilih hal tersebut. Dia setidaknya harus menyebabkan luka yang parah pada Jagt, sebelum dia mati.
Mengerahkan sisa-sisa tenaganya, Roy kembali menerjang ke arah Jagt.
Tidak ada peluru dukungan yang ditembakan ke arahnya saat dia berlari menuju Jagt. Roy tidak begitu yakin dengan apa yang terjadi. Apa mungkin Raya sudah kehabisan peluru untuk ditembakan? Pikir Roy saat dia melirik sebentar ke arah Raya yang bersiap dengan posisi menembaknya.
Saat Roy berada sekitar 10 cm dari Jagt, Jagt segera mengayunkan pedangnya pada Roy.
Roy dengan sigap menahan pedang tersebut dengan tangan kirinya. Meskipun pedang tersebut dapat menembus daging di tangan kirinya, tapi pedang tersebut tidak bisa menembus tulangnya yang sangat kuat dan keras, jadi tangan kirinya masih tersambung dengan tubuhnya.
Dengan posisi tersebut, Roy meninju Jagt dengan sekuat tenaganya. Dampak yang dihasilkan memang tidak sebesar yang bisa Roy lakukan di saat dia berada di kondisi puncaknya, tapi dia tetap bisa mengirim Jagt terbang sejauh beberapa puluh meter.
Pedang milik Jagt juga terlepas dari tangan Roy saat si pemilik pedang itu terbang.
Saat Roy akan berlari ke arah Jagt terbang, sebuah granat tiba-tiba dilemparkan ke arahnya. Tidak perlu bagi Roy untuk mencari siapa pelempar granat tersebut, karena hanya ada satu orang yang dapat melakukannya di saat seperti ini.
Roy segera menendang balik granat tersebut ke arah si pelempar sebelum granat itu meledak.
Melihat granat yang melayang ke arahnya, Raya segera melompat menjauhi lintasan granat tersebut.
Granat itu meledak beberapa meter dari tempat Raya mendarat. Ledakan yang dihasilkan oleh ledakan tersebut tetap mengenai Raya, meskipun dia sudah mencoba untuk menghindar.
Sejujurnya Raya sudah mencapai batasnya. Dia bisa pingsan kapan saja, jika pertarungan ini tetap berlanjut.
Untung saja Roy nampak mengabaikan Raya dan hanya fokus untuk menyerang Jagt.
Pertarungan Jagt dan Roy kembali berlanjut saat Jagt bangkit kembali, setelah dia diterbangkan tadi.
Jagt masih dengan lincahnya mengayunkan pedangnya sambil menghindari pukulan dan begitu juga sebaliknya. Meskipun Jagt sudah sangat tua, tapi tidak ada tanda-tanda dia akan melemah sedikitpun. Dia masih bisa menandingi Roy, meski baju besinya sudah bobrok.
Di sisi lain, Roy mulai kembali menggunakan ekornya untuk menyerang. Meskipun dampak yang diberikan oleh tusukan ekornya tidak sebesar pukulannya, tapi ekornya masih dapat membuat Jagt kesulitan untuk menghindarinya.
Stamina mereka seharusnya sudah habis, setelah bertarung selama beberapa jam, tapi mereka tidak nampak menurunkan kecepatan mereka sedikitpun, malahan setiap gerakan yang mereka lakukan terlihat semakin cepat.
Raya yang berada cukup jauh dari tempat mereka bertarung hanya bisa mengamati pertarungan mereka tanpa bisa melakukan apapun.
Dia sudah menghabiskan semua pelurunya, jadi dia tidak mungkin memberikan tembakan pendukung apapun. Dia mungkin hanya bisa memberikan ancaman pada Roy dengan berpura-pura akan menembaknya, tapi dengan keadaan Roy yang hanya fokus pada Jagt membuatnya hal tersebut akan percuma saja.
Dia juga tidak mungkin melemparkan granat, karena ledakannya tidak hanya akan melukai Roy, tapi juga Jagt.
Pertarungan antara Roy dan Jagt baru menunjukan perubahan arus pertarungan saat Jagt berhasil melayangkan serangan menyilang ke tubuh Roy.
Darah Roy berterbangan di udara, sebelum akhirnya membasahi tanah.
Dengan tubuh yang terlihat akan rubuh kapanpun juga, Roy memaksakan dirinya untuk tetap berdiri.
Meski darah terus mengalir dari luka di tubuhnya yang tidak bisa lagi disembuhkan dengan cepat, karena Roy sudah kehilangan banyak stamina dan kemampuannya sudah menurun, tapi semangat bertarung Roy masih tidak berkurang sedikitpun.
Roy kembali melayangkan tinjunya pada Jagt, tapi sayangnya Jagt dapat menahan tinjunya dengan pedang miliknya. Meski begitu, Roy tidak menyerah. Dia masih memiliki serangan yang mungkin akan melukai Jagt.
Roy kembali menyalurkan kekuatannya pada ekornya, lalu dengan kuat menusukan ekornya pada Jagt.
Untuk pertama kalinya sejak mereka bertarung, akhirnya Roy dapat menembus baju besi milik Jagt.
"Heh...."
Senyum kemenangan muncul di wajah Roy saat dia melihat hal tersebut.
Jagt nampak sangat kesal saat dia merasakan rasa sakit akibat tusukan ekor Roy pada tubuhnya, belum lagi dia juga bisa melihat senyuman menjijikan di wajah Roy.
Seperti kalajengking sungguhan, ekor milik Roy juga memiliki racun. Tentu saja racun yang dimiliki oleh Roy bukanlah racun sembarang, karena jika tidak segera diobati, maka kurang dari satu jam, orang yang terkena racun itu akan meninggal.
Roy sekali lagi mengayunkan tinjunya pada Jagt dan membuat tubuh pria tua itu kembali melayang.
Pada saat itulah, sekali lagi sebuah granat dilemparkan ke arahnya, akan tetapi kali ini Roy tidak memiliki tenaga untuk menendang balik granat itu.
Duuuarrr...
Suara ledakan dari granat itu membuat telinga Roy sangat sakit, belum lagi ledakannya yang membakar tubuh Roy.
Meski begitu, Roy masih bisa berdiri dengan kedua kakinya. Dia masih bisa menggerakan tubuhnya.
Tapi sayangnya hal itu tak bertahan lama.
Jagt yang seharusnya sudah tidak bisa bergerak, karena terkena racun dari Roy saat ini berlari dengan sangat cepat ke arahnya dengan bantuan dari baju besinya. Padahal dia baru saja diterbangkan oleh Roy dengan tinjunya, tapi kenapa dia masih bisa bertarung kembali hanya dalam hitungan detik. Apakah Jagt benar-benar hanya manusia biasa?
Roy yang sudah tidak memiliki tenaga untuk menghindari serangan tersebut hanya dapat membiarkan Jagt menusuk jantungnya dengan pedangnya.
Tapi bukan Roy namanya jika dia meninggal begitu saja. Meskipun dia mungkin tidak bisa lagi selamat, tapi setidaknya dia harus memastikan bahwa Jagt akan ikut bersamanya.
Dengan sisa-sisa tenaganya yang sudah sangat tipis, Roy menahan tubuh Jagt dengan kedua tangannya. Lalu kembali menusuk tubuh Jagt dengan ekornya yang beracun.
"Argh!"
Jeritan menahan sakit milik Jagt dapat dengan jelas didengar oleh Roy.
Pada saat Roy yakin bahwa dia akan berhasil membawa Jagt ke alam baka bersamanya, dia tiba-tiba saja mendengar suara tembakan dari arah belakang punggungnya, lalu beberapa detik kemudian, dia merasakan puluhan hingga ratusan peluru menembus punggungnya.
Beberapa detik kemudian, pegangan Roy pada tubuh Jagt melemah dan Jagt bisa terbebas dari kekangannya.
Hal yang terakhir dia lihat adalah Jagt yang mencabut pedangnya dari jantung Roy, lalu mengayunkannya ke lehernya.
Meskipun dia akan segera kehilangan nyawanya, tapi entah mengapa dia tidak merasa takut sama sekali, dia malah merasa lega.
Akhirnya dia bisa bertemu kembali dengan keluarganya. Meskipun sangat disayangkan bahwa dia tidak bisa bertemu dengan Arya dan yang lainnya untuk terakhir kalinya, tapi dia tidak memiliki penyesalan apapun lagi.
Mungkin itu hanya ilusi, tapi sebelum pedang Jagt menyentuh lehernya, dia bisa melihat semua anggota keluarganya yang tersenyum padanya. Senyuman hangat yang menyambut kedatangan Roy ke tempat mereka berada.
Sebuah senyuman juga menghiasi menghiasi wajah Roy di saat-saat terakhirnya berada di dunia ini.