Roy teringat kembali akan malam tersebut, malam dimana dia pertama kali bertemu dengan Jagt, sekaligus malam dimana dia terakhir kali bertemu dengan adik kesayangannya.
Malam itu, Adiknya pergi berburu di hutan terdekat. Mereka saat itu kebetulan sedang kekurangan uang untuk kebutuhan sehari-hari mereka, jadi mereka terpaksa mencari bahan makanan di hutan.
Meski mereka tidak selalu mendapatkan bahan makanan yang mereka inginkan, tapi pada akhirnya mereka memutuskan untuk tetap bersyukur atas apa yang dapatkan. Tidak ada gunanya bagi mereka untuk mengeluh tentang hal tersebut, karena masih ada banyak orang lain yang mungkin keadaannya lebih buruk dari pada mereka.
Pada hari itu mereka memutuskan untuk mencari mangsa mereka secara terpisah. Untuk mempermudahkan perkerjaan memburu mereka, mereka memutuskan untuk menggunakan mode hewan buas mereka.
Tidak akan ada orang yang akan datang ke hutan seperti ini di malam hari, jadi meski mereka mengungkapkan wujud asli mereka, seharusnya mereka tetap tidak apa-apa. Mereka juga sudah sering melakukan hal ini dan hal ini terbukti aman, setidaknya sampai malam itu.
Pikiran mereka yang masih muda, membuat mereka sangat naif, mereka tidak berpikir bahwa keberadaan mereka akan diketahui oleh ATS.
Roy sangat ingin memukul dirinya saat dia mendengar suara teriakan minta tolong dari adiknya di kejauhan.
"Kakak! Tolong!"
Meskipun teriakannya berasal sangat jauh, tapi berkat pendengaran super milik Roy, dia dapat mendengar suara minta tolong adiknya dengan sangat jelas.
Roy berlari secepat mungkin ke arah suara adiknya berasal. Perasaan tidak enak kembali menghantui Roy. Dia sudah lama tidak mengalami perasaan yang sangat tidak enak ini, perasaan ini sama seperti pengalamannya di masa lalu, dimana dia akan kehilangan anggota keluarganya yang berharga.
Dalam hitungan detik, Roy sudah sampai di tempat suara adiknya berasal.
Di sana, dia melihat adiknya yang sudah dibekap oleh tiga orang anggota ATS dalam wujud manusianya.
'Ini gawat!' Pikir Roy saat dia melihat kondisi adiknya yang wujud manusianya sudah ketahuan oleh ATS.
Meskipun malam ini mereka bisa lolos dari ATS, tapi dengan wujud manusia adiknya yang sudah ketahuan, maka tak akan butuh waktu lama bagi ATS untuk menemukan mereka lagi. Mereka mungkin harus bersembunyi di dalam hutan untuk waktu yang lama agar mereka bisa lolos dari kejaran ATS.
Tapi sejak awal tidak ada pilihan bagi Roy untuk meninggalkan adiknya sendirian, maka bagaimanapun caranya dia harus bisa membebaskan adiknya dari dekapan mereka.
"Lepaskan dia!"
Roy berkata dengan nada yang terdengar sangat marah. Dia menatap para ATS dengan tubuh besar dan menakutkan miliknya. Akan mudah baginya, jika mereka bisa terintimidasi dengan penampilan mengerikannya, tapi sepertinya itu adalah sesuatu yang tidak mungkin. Mereka adalah pemburu profesional, mana mungkin mereka akan mundur hanya dengan intimidasi dari Roy, jika itu berhasil, maka dia tidak akan mengalami hal-hal yang menyakitkan selama ini.
"Oi, oi! Mana mungkin kami akan melepaskan mahluk menjijikan dan berbahaya seperti kalian begitu saja!"
Salah seorang anggota ATS berjalan mendekati Roy tanpa rasa takut sama sekali. Roy sudah menduga bahwa akan ada orang seperti dirinya, jadi dia sama sekali tidak terkejut melihat hal tersebut.
"Mahluk menjijikan seperti kalian memang seharusnya dimusnahkan saja... kalian hanyalah hama di dunia ini!"
Pria yang berusia sekitar 40 tahun lebih itu nampak sangat sombong dengan pedang besar di tangannya. Dia memakai baju pelindung yang sama seperti yang lain, meski dia tidak mengenakan helm.
"Oi, Jagt! Jangan memprovokasinya!"
Seorang pria lainnya yang nampak seperti atasannya memarahi pria yang bernama Jagt itu.
Di sisi lain, Jagt hanya memandang atasannya dengan pandangan kesal. Tak terlihat sedikitpun perasaan takut di matanya.
"Berisik! Jika kau takut, kau bisa menjauh!"
"Oi! Jangan mengabaikan perintahku!"
Jagt mengabaikan perkataan atasannya, lalu mengambil sebuah helm yang terletak di tanah dan memakainya dengan satu tangan.
"Oi, kau mendengarku! Jangan bertindak sendiri!"
Pria yang bernama Jagt sekali lagi mengabaikan perkataan atasannya, dia sudah bersiap bertarung dengan Roy menggunakan pedangnya.
"Mati kau!"
Saat Jagt menyerangnya dengan pedangnya, Roy segera menghindarinya dengan melompat ke belakang.
Tidak ada keraguan sedikitpun pada ayunan pedang milik Jagt yang membuatnya sangat menakutkan.
Ini adalah pertarungan pertamanya melawan ATS, setelah sekian lama dia hanya melarikan diri.
"Kakak!"
Roy melihat ke arah adiknya yang meneriakan namanya dengan nada khawatir.
Meski ini adalah pertarungan nyata pertamanya, tapi Roy tetaplah orang yang kuat. Jadi dia tidak akan dengan mudah dikalahkan, meski lawannya adalah seorang pertarung profesional sekalipun.
"Jangan khawatir, Aku akan menyelamatkanmu!"
Roy berkata dengan nada yang tenang. Jika dia sedikit saja menunjukan perasaan takut, dia hanya akan membuat adiknya semakin khawatir, hal itu juga bisa dimanfaatkan oleh lawannya sebagai celah untuk mengalahkannya. Jadi dia harus tetap tenang dan menunjukan keberaniannya.
Di sisi lain, Jagt hanya melihat adik Roy dengan sudut matanya. Dia nampak tidak begitu tertarik dengan adiknya. Meski begitu, dia tetap memberikan perintah pada rekannya yang lain.
"Kalian, cepat singkirkan mahluk di sana! Jika tidak, akan terjadi hal yang buruk!"
"Baik!"
Salah satu dari rekannya menjawab perintah Jagt. Dia dan dua rekannya yang menahan adiknya, Riki, mencoba untuk menyingkirkannya dari hadapan Roy.
Tentu saja Riki tidak tinggal diam, dia mencoba untuk memberontak dan melepaskan dirinya dari mereka, tapi tiga orang dewasa yang menahannya memiliki tenaga yang lebih besar darinya.
"Kakak!"
Riki mengulurkan tangannya ke arah Roy berada.
"Riki!"
Roy ingin segera menghampiri adiknya, tapi sayangnya Jagt menghalangi langkahnya. Dia kembali mengayunkan pedangnya yang membuat Roy harus menjauh dari adiknya untuk menghindari serangannya.
"Kakak!"
Ketakutan dan kekhawatiran bercampur aduk di dalam suara adiknya.
Kemarahan terlihat jelas di mata Roy, sementara senyum mengejek muncul di wajah Jagt.
Roy menerjang ke arah adiknya berada tanpa mempedulikan Jagt, tapi sayangnya Jagt tidak membiarkannya melewati dirinya sedikitpun.
Pedang besar milik Jagt diayunkan dengan sekuat tenaga pada Roy, tapi karena Roy merasa tidak ingin menghindar lagi, jadi dia memutuskan untuk menangkap pedangnya, meskipun dia harus melukai tangannya.
Tangan Roy sudah sepenuhnya berubah menjadi seperti monster, meski begitu dia tidak bisa menghancurkan pedang tersebut, meskipun dia telah mengerahkan seluruh tenaganya. Sebetulnya terbuat dari apa pedangnya itu.
"Tim A dan Tim B! Cepat beri dukungan pada Jagt!"
Setelah mendapatkan perintah tersebut dari atasan mereka, 10 orang tiba-tiba membuat formasi di kejauhan. Di tangan mereka sudah terdapat senjata api yang siap menembak ke arah Roy.
Seakan tidak peduli dengan nyawa Jagt, orang-orang yang seharusnya adalah rekan dari Jagt malah tanpa ragu menembakan peluru ke arah mereka berdua berdiri saat ini.
Roy segera menjauh dari area tembakan mereka, sementara Jagt hanya berdiri tanpa bergerak sama sekali. Dia tampak tidak takut ada peluru yang mengenai dirinya.
"Kakak! Kakak!"
Roy dapat mendengar suara jeritan adiknya yang semakin menjauh.
Hal ini memang menyebalkan, tapi dia tidak akan bisa menyelamatkan adiknya, jika dia masih takut seperti ini.
Di hadapannya masih berdiri Jagt yang tak terkena satupun peluru. Sepertinya dia sangat percaya pada kemampuan rekan-rekannya hingga membuatnya yakin bahwa tidak akan ada peluru yang menyasar ke arahnya.
Kepercayaan diri yang dimiliki olehnya sejujurnya membuat Roy gemetar ketakutan.
"KAKAK!!!"
Tapi suara jeritan adiknya yang berada di kejauhan membuat Roy dapat menguatkan dirinya.
"Arggghhhhhh!!"
Dengan jeritan yang sangat memekakan telinga, Roy menerjang pasukan ATS yang menghalanginya untuk meraih tangan adiknya. Luka di tangannya juga sudah sembuh, jadi tidak ada alasan baginya untuk tidak mengerahkan seluruh kemampuan yang dia miliki.
Dia menerjang langsung ke arah Jagt yang memiliki senyuman yang penuh percaya diri. Kedua tinju Roy sudah siap berhadapan dengan pedang milik Jagt.
Sejujurnya dia tidak terlalu ingat tentang apa yang terjadi setelahnya. Dia hanya membiarkan instingnya mengamuk sepuasnya dan menghajar setiap orang dan benda yang berada di sekitarnya.
Bahkan dia tidak sadar tentang apa yang terjadi pada adiknya saat akal sehatnya kembali, dia tidak melihat siapapun di sekitarnya. Dia hanya melihat lingkungan yang kacau balau dan pakaiannya yang compang-camping.
Dia tidak yakin apa yang terjadi pada para ATS, tapi sepertinya Roy berhasil mengusir mereka.
Karena merasa tidak ada gunanya dia tetap berdiam diri, maka Roy memutuskan untuk mencari keberadaan adiknya.
Sayangnya Roy tidak ahli dalam mencari jejak. Dia juga tidak memiliki penciuman yang sangat tajam, jadi dia tidak bisa mencium bau adiknya, jika dia sudah berada sangat jauh. Jadi dia tidak bisa menemukan adiknya dimanapun, meskipun dia sudah mencari dimana-mana.
Pada akhirnya, Roy kembali ke tempat yang seharusnya menjadi tempat tinggalnya dan adiknya, tapi karena dia hanya sendirian, jadi Roy memutuskan untuk mengemas semua barang yang dia dan adiknya miliki, lalu pergi sejauh mungkin.
Sekali lagi, dia hanya bisa melarikan diri tanpa bisa menyelamatkan siapapun. Meskipun dia sangat kesal, tapi pada akhirnya itu juga adalah kenyataan yang harus dia terima.
Sambil terus mengutuk seluruh dunia, Roy terus melangkahkan kakinya.