Jagt dan timnya saat ini sedang mengawasi keadaan di kota melalui layar monitor yang menampilkan rekaman CCTV. Memang sangat disayangkan bahwa mereka tidak bisa memasang CCTV di berbagai sudut di kota, tapi setidaknya mereka sudah memasang CCTV di berbagai tempat yang vital bagi mereka untuk diawasi.
Ini memang sangat menyebalkan. Mereka terus melakukan hal ini hanya untuk mencari seorang anak kecil. Dia memang memiliki kemungkinan untuk menjadi monster yang sangat berbahaya di masa depan, tapi hal itu tidak merubah bahwa Jagt merasa sangat bosan saat ini. Seharusnya dia tidak menghentikan pencarian dari gadis itu apapun yang terjadi.
Mereka hanya berhadapan dengan hujan waktu itu dan yang mereka cari hanyalah anak kecil yang masih belum tumbuh menjadi monster yang kuat, jadi mereka memang bisa saja tetap melanjutkan pencarian tersebut. Sepertinya anggota ATS memang sudah terlalu lembek.
Jagt sedikit merasa kesal dengan fakta tersebut. Kalau saja dia lebih muda 5 tahun dari usianya sekarang, mungkin dia akan mengejarnya sampai dia berhasil menghilangkannya dari dunia ini.
"Apakah kalian menemukan sesuatu di monitor kalian?"
Jagt bertanya pada para anak buahnya yang mengawasi monitor di sisi lain dari ruangan itu.
Jagt dapat melihat salah satu anak buahnya menggelengkan kepalanya, sebelum menjawab pertanyaannya tadi.
"Sayang sekali, Aku tidak bisa melihat adanya keanehan!"
Setelah orang itu menjawab, anak buah Jagt lainnya juga ikut menjawab pertanyaannya.
"Di sini juga tidak ada yang aneh!"
"Di sini juga!"
"Di sini juga!"
Jagt kembali menatap monitor ekspresi wajah yang kesal. Perkerjaan mengawasi seperti ini tidak pernah menjadi perkerjaan kesukaannya, bahkan setelah bertahun-tahun dia berkerja di ATS.
"Bagaimana denganmu, Raya? Apa kau menyadari ada yang aneh?"
Jagt bertanya pada murid kesayangannya yang duduk di sampingnya.
Sama seperti sebelumnya, lagi-lagi Jagt mendapatkan gelengan kepala sebagai jawabannya.
"Maaf, Aku juga tak bisa menemukan sesuatu..."
Raya menjawab pertanyaan Jagt dengan lemas. Belakangan ini Raya memang terlihat tidak bersemangat dan Jagt tahu apa yang menyebabkan hal tersebut.
Jagt tidak pernah menyangka bahwa membawa Aranya, putrinya, ke ATS bisa membawa dampak yang cukup buruk bagi Raya. Jika Jagt tahu akan berakhir seperti ini, maka dia akan memilih untuk tidak pernah mengenalkan putrinya pada Raya.
"Raya! Saat kau berkerja, kau harus membuang semua perasaan yang tidak ada hubungannya dengan perkerjaanmu!"
"Ya, Aku mengerti!"
Meskipun Raya menjawabnya dengan lantang, tapi Jagt masih bisa merasakan jika Raya masih merasa tidak bersemangat di dalam dirinya. Jagt sepertinya tidak akan bisa memaksa Raya untuk melupakan rasa sakit hati yang dialaminya.
Meski berbeda kasus dengan Raya, tapi Jagt juga pernah mengalami kasus sakit hati, jadi dia bisa mengerti sedikit jika Raya tidak akan bisa fokus untuk berkerja selama beberapa hari ke depan. Jagt hanya berharap Raya akan siap bertarung saat waktunya tiba.
"Aku tidak akan menyuruhmu untuk melupakan apa yang sedang kau rasakan saat ini, tapi saranku kau harus bisa menggunakan perasaan itu untuk kau lampiaskan pada mahluk-mahluk menjijikan di luar sana!"
"Ya, Aku mengerti!"
Jagt kembali memperhatikan anak muridnya itu. Pemuda itu hanya fokus menatap layar monitor di hadapannya. Meski begitu, Jagt tidak yakin jika pikiran dari pemuda itu benar-benar terfokus pada apa yang ditampilkan pada layar. Firasatnya mengatakan bahwa pikiran pemuda itu sedang berterbangan ke segala arah yang tak tentu.
Jagt hanya dapat menghela nafas. Sepertinya apapun yang dikatakan tidak akan didengarkan dengan baik oleh Raya, jadi dia memutuskan untuk mengabaikan pemuda itu sampai dia kembali menjadi dirinya yang dulu.
"Ketua Jagt! Kami menemukan sesuatu yang mencurigakan!"
Laporan dari seseorang tiba-tiba saja membuat semua orang memfokuskannya pada dirinya, bukan hanya Jagt, tapi semua orang di ruangan itu nampak sedang menunggu orang itu melanjutkan laporannya.
"Meski kurang jelas, Aku tadi melihat ada seorang gadis kecil yang berlari seorang diri!"
Akan sangat jarang kau menemukan seorang gadis kecil yang akan berlarian di tengah malam seperti ini, apalagi jika dia sendirian. Jelas sekali bahwa itu adalah hal yang mencurigakan.
"Apa kau bisa memutar ulang adegan yang kau lihat dan tampilkan adegan itu di semua layar monitor yang ada di ruangan ini!"
"Baik, pak!"
Orang tersebut segera melaksanakan perintah dari Jagt tanpa banyak penundaan. Tak perlu menunggu lama, semua layar di ruangan itu menampilkan adegan yang dimaksud oleh orang itu.
Jagt dapat melihat dengan jelas di seorang gadis kecil yang sedang berlari menjauh dari area yang dapat direkam oleh kamera CCTV yang mereka pasang. Meskipun gadis kecil itu berlari membelakangi kamera CCTV dan mereka tidak dapat melihat wajahnya sama sekali, tapi Jagt dapat dengan jelas mengetahui bahwa itu adalah gadis kecil yang mereka cari-cari selama ini.
"Semua Squad penyerang, bersiaplah! Kita akan berangkat!"
"Siap!"
Setelah Jagt memberikan perintah, semua anggota Squad penyerangan berdiri dan membalas perintah Jagt, termasuk Raya yang tadi sempat melamun.
"Tim pengawas tetaplah berjaga-jaga di sini dan cari tahu ke arah mana si gadis kecil itu pergi!"
"Dimengerti!"
Semua orang yang tetap bertugas untuk mengawasi monitor menjawab perintah Jagt dengan serentak. Mereka langsung menjalankan perintah Jagt dengan langsung memeriksa semua CCTV yang terpasang di area gadis kecil itu ditemukan.
Setelah mendapatkan jawaban dari anak buahnya, Jagt segera bergegas keluar ruangan bersama dengan Squad yang dia pimpin.
Mereka segera masuk ke dalam mobil khusus mereka yang terbuat dari baja yang sangat tebal dan kuat, mobil itu sudah dilengkapi dengan bagian belakang yang terlihat seperti mobil kontainer. Di dalam sana juga sudah tersedia peralatan dan perlengkapan mereka, termasuk baju besi kesayangan Jagt.
Tanpa membuang-buang waktu, Jagt langsung masuk ke dalam mobil tersebut dan memakai baju besi kesayangannya. Lalu diikuti oleh para anak buahnya yang memakai perlengkapan mereka yang berada di dalam kontainer tersebut.
Selama memakai perlengkapan mereka, seorang anggota Squad mereka menyetir mobil tersebut. Dia ditemani oleh seorang yang bertugas untuk mengarahkan ke mana mereka harus pergi dengan menggunakan GPS di tangannya. Mobil itu sebetulnya juga memiliki GPS, tapi sayangnya tidak sebagus GPS yang digunakan oleh orang tersebut.
Sambil menunggu mereka tiba di lokasi, Jagt memeriksa persenjataannya, termasuk memilih senjata mana yang cocok untuk mengakhir gadis kecil itu dalam waktu yang singkat. Meskipun lawannya kali ini hanya anak-anak, Jagt tidak akan segan-segan padanya. Dia pasti akan membunuh gadis kecil itu bagaimanapun caranya.
Tak butuh waktu lama untuk tim yang bertugas mencari lokasi mana yang gadis kecil itu tuju, karena gadis itu hanya berlari tak tentu arah tanpa memikirkan rute mana yang sebaiknya dia ambil.
Jagt mendapat pesan bahwa gadis kecil itu berlari ke arah sebuah terowong dan akan masuk ke dalam sana dalam waktu lima menit melalui alat komunikasi berkirim pesan khusus milik ATS yang menggunakan teknologi anti sadap.
'Tentu saja kita akan menunggunya di seberang terowongan!'
Itu adalah pesan yang dia kirim ke semua anak buah yang ikut serta dan memiliki alat komunikasi tersebut, termasuk si pengemudi dan rekannya.
Tanpa berbicara banyak, semua anggota Squad penyerangan dibawah komando Jagt sudah siap untuk melakukan penyerangan.
Saat mobil ATS yang mereka berhenti, dua orang yang paling dekat dengan pintu keluar dari mobil tersebut langsung membuka pintu mobil tersebut, begitu mereka memastikan bahwa semua orang sudah siap.
Dipimpin oleh Jagt, mereka semua turun dari mobil tersebut dan masuk ke dalam terowongan dari sisi yang bersebrangan dengan gadis kecil itu pergi.
Saat memasuki terowongan, Jagt memberi isyarat pada anak buahnya untuk berhenti dengan menggunakan tangannya. Mereka semua segera berhenti, begitu mendapatkan sinyal tersebut.
"Kalian tunggulah di sini, Aku akan pergi sendirian! Selama Aku berada di dalam, kalian bagilah menjadi dua tim, satu menunggu di sini, sementara satu tim lainnya akan mencari jalan memutar untuk sampai berada di ujung terowongan yang lain... kita tidak bisa membiarkan gadis menjijikan itu lolos lagi seperti sebelumnya!"
"Dimengerti!"
Setelah mendapat perintah tersebut, Raya yang bertindak sebagai wakil ketua di Squad tersebut, langsung membagi timnya menjadi dua, satu tim tetap berjaga di sini dan yang satunya akan ikut dengannya untuk menjaga sisi lainnya.
Sementara itu, Jagt sudah masuk ke dalam terowong sambil membawa salah satu senjata favoritnya. Senjatanya kali ini berbeda dengan yang dia gunakan pada waktu dia memburu orang tua dari gadis itu.
Senjata yang dia bawa kali ini dia namai sebagai "Sword of Death". Seperti namanya, senjata itu memang memiliki bentuk seperti pedang, akan tetapi senjata itu juga memiliki bentuk lainnya yang dapat dia gunakan tergantung situasi yang dia hadapi.
Jagt menyender tubuhnya ke dinding dari terowongan itu sambil menunggu kedatangan dari gadis kecil yang dicarinya.
Tak butuh waktu lama baginya sebelum gadis kecil itu muncul di hadapannya. Jagt segera menyeringai begitu dia melihat gadis kecil itu ketakutan saat melihatnya.
"Ketemu!"
Kata Jagt begitu dia melihat sosok kecil milik si gadis yang tak berdaya tersebut. Meskipun Jagt belum melakukan apapun pada gadis kecil itu, tapi tubuh dari si gadis kecil sudah gemetaran tak terkendali dan akhirnya jatuh ke tanah.
Saat melihat adegan tersebut, Jagt langsung berjalan mendekatinya dengan wajah yang semakin menyeramkan.
"Start on!"
Kata Jagt untuk menghidupkan baju besi yang dia kenakan. Dia juga merubah pedang yang berada di salah satu tangannya, kali ini pedang itu memiliki gerigi besi yang sangat tajam pada sisi bilahnya. Terkena gerigi besi tersebut pasti akan membuat siapapun menjerit kesakitan, tak terkecuali gadis kecil tersebut. Jagt tidak sabar untuk mendengar jeritan dari gadis kecil itu.
Jagt mengangkat tinggi-tinggi pedang miliknya, lalu mengayunkan pedang tersebut ke arah si gadis kecil itu terjatuh.
Gadis kecil itu hanya dapat menutup kedua matanya saat Jagt mengayunkan pedangnya ke arah dirinya. Sungguh mahluk yang tak berdaya.
Akan tetapi saat ujung senjata Jagt hampir mengenai tubuh gadis kecil itu, tiba-tiba saja dia dihentikan oleh sebuah suara.
"Oi! Hentikan itu!"
Jagt segera melihat ke arah sumber suara tersebut, lalu dia melihat sebuah batu yang berukuran cukup besar melayang ke arahnya. Jagt segera menggunakan pedangnya untuk menghentikan batu tersebut untuk mengenainya.
Batu itu segera hancur berkeping-keping begitu Jagt membenturkannya dengan pedang yang dia gunakan. Debu bekas benturan tersebut langsung tersebar ke mana-mana dan menciptakan efek seperti kabut.
Setelah semua debu menghilang dari pandangannya, Jagt dapat melihat seorang pemuda yang sedang berdiri di arah batu itu datang. Tak perlu ditanya lagi, pemuda itulah pasti adalah orang yang melempar batu ke arahnya.
Seorang pemuda yang mengenakan sebuah topeng serigala sedang berdiri dan siap untuk menantangnya bertarung. Jagt menyeringai saat melihat pemuda tersebut.
Sepertinya dia tidak hanya akan membunuh satu mahluk menjijikan malam ini, melainkan dua sekaligus. Tidak ada hal yang lebih menyenangkan baginya di dunia ini, selain mengurangi jumlah mahluk menjijikan itu secepat dan sebanyak mungkin.
Pemuda misterius itu dan Jagt saling berhadapan satu sama lain dan siap untuk saling membunuh lawan mereka masing-masing.