Chapter 94 - Situasi Qita

Roy baru saja pulang dari penyelidikannya saat jam tutup Cafe hampir tiba. Roy kemudian memberikan buku catatan penyelidikannya pada Ageha.

Roy bukanlah orang yang pandai menjelaskan sesuatu melalui mulutnya, jadi tentu saja Ageha yang akan bertugas menjelaskan hasil penyelidikannya.

Dia tidak bisa menyerahkan tugas tersebut pada Arya, karena kemampuan berkomunikasinya yang tak jauh berbeda dengannya, meski masih lebih baik darinya. Dia juga tak mungkin menyerahkan tugas itu pada Meister, karena pria tua itu akan mengatakan hal-hal yang tak perlu hingga membuat pembicaraan menjadi lebih runyam.

Ageha membaca sebentar buku catatan milik Roy, sebelum dia membuat beberapa kesimpulan dan mengatakan kesimpulannya pada yang lain.

"Menurut buku catatannya Roy, sepertinya ATS masih berjaga di lokasi rumah Qita... Sepertinya dia tidak akan bisa pulang ke rumahnya untuk sementara waktu atau mungkin selamanya! Lalu untuk keadaan orang tuanya..."

Untung saja Qita masih berada di kamarnya dan tidak berkumpul bersama mereka, kalau tidak mungkin gadis kecil itu akan merasa sangat syok hingga tak sadarkan dirinya, karena keadaan orang tuanya bukanlah kabar yang baik.

Meskipun Ageha tidak melanjutkan perkataannya, tapi Arya dan Meister sudah tahu apa yang ingin dikatakan oleh Ageha.

"Apakah kita akan menyampaikannya pada Qita?"

Arya bertanya sambil melihat wajah temannya satu persatu.

"Kita harus... meski kejam, tapi dia harus mengetahui kebenarannya!"

Meister berkata dengan bijak. Suasana di sekitarnya terasa sangat berat, jadi dia tidak bisa bercanda, meskipun dia ingin.

"Lalu siapa yang harus mengatakannya?"

Mereka semua terdiam. Sepertinya tidak ada orang yang mau memberikan kabar buruk pada anak kecil di antara mereka semua.

Setelah beberapa saat hening, Meister akhirnya menghebuskan nafas dan mengatakan pendapatnya.

"Kau adalah orang yang harus mengatakannya, Arya!"

"Aku?!"

Arya menunjuk dirinya sendiri. Dia merasa tidak begitu siap untuk mengatakan hal tersebut, meski dia sedikit mengerti alasan kenapa Meister memilih dirinya.

"Ya, tentu saja kau! Kau adalah orang yang membawanya ke sini, jadi kau adalah orang yang bertanggung jawab atas dirinya!"

Arya sudah mengerti soal hal tersebut, tapi mengingat keadaan Qita saat ini, Arya merasa bahwa gadis kecil itu masih belum siap dengan kabar yang baru saja mereka terima ini.

"Apakah kita bisa menunda untuk memberitahukannya tentang hal itu?"

Meister memasang wajah berpikir.

"Aku mengerti bahwa situasi saat ini masih terlalu berbahaya untuknya, jika kita memberikan kabar ini padanya, kita tidak tahu apa yang akan dia lakukan! Dia bisa saja melakukan hal yang ceroboh hingga membuat nyawanya terancam, tapi seperti yang kukatakan sebelumnya... cepat atau lambat, kita harus memberitahukan hal ini padanya!"

Arya menganggukan kepalanya tanda bahwa dia mengerti dan menerima tugas tersebut.

"Lalu apa lagi isi laporannya?"

Meister bertanya pada Ageha yang sedang membaca kembali isi buku catatan Roy.

"Ada beberapa rumor yang tidak dapat dipercaya, seperti keluarganya adalah anggota teroris yang berbahaya dan bahwa keluarganya memang mencurigakan karena tidak suka bergaul dengan tetangga mereka yang lain... dan ada beberapa rumor tidak menyenangkan lainnya!"

"Meskipun mereka bukanlah teroris, tapi pada kenyataannya mereka memang berbahaya bagi manusia biasa, sama seperti kita, jadi kurasa wajar bila mereka ingin menjauh dari tetangga mereka sebisa mungkin! Lalu apakah ada rumor menarik lainnya?"

"Apakah ini hanya perasaanku saja atau kau sangat senang dengan yang namanya rumor?!"

"Itu hanya perasaanmu saja!"

Ageha menatap tajam pada Meister yang tadi sempat tersenyum. Pria tua itu memang suka bergosip, jadi tak heran jika dia nampak senang saat mendengar laporan tentang rumor yang dikumpulkan oleh Roy.

"Menurut rumor dari para tetangga, sepertinya pihak yang berwajib masih belum bisa menemukan petunjuk tentang anak mereka yang menghilang... tentu saja pihak yang berwajib di sini adalah ATS, kan?"

Ageha bertanya pada Roy yang membuat laporan tersebut. Si pria besar hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan itu.

"Jika hal itu benar, berarti Qita akan aman untuk sementara waktu, jika dia tetap berada di sini!"

"Itu jika dia tidak tertangkap oleh kamera CCTV!"

Mesiter berkata sambil menatap ke arah Arya untuk meminta pendapatnya.

"Saat pulang ke sini, Aku memilih jalan yang tidak terdapat CCTV... kau sudah memberitahuku rutenya, jadi seharusnya mereka tidak tahu bahwa Qita saat ini berada di tempat ini... meski Aku tidak bisa menjamin bahwa dia tidak tertangkap kamera CCTV, sebelum kami bertemu!"

"Jadi ada kemungkinan bahwa ATS mungkin akan mencari keberadaannya di sekitar tempat kau menemukannya... dimana kau menemukannya?"

"Tidak jauh dari lokasi Aku membeli kukis... di belakang gedung... jadi kurasa bukan hal yang mustahil, jika ATS akan memeriksa tempat ini saat mencari keberadaannya!"

"Jika itu benar, maka kau harus terus memakai penyamaranmu 24 jam dalam sehari!"

"Tidak, tidak... bukankah akan lebih aman, jika Aku dan dia bersembunyi di ruang bawah tanah!"

"Apa kau ingin bolos berkerja lagi!"

"Bukan itu masalahnya, kan? Saat ini Aku masih dicari oleh mereka dan tentu saja dengan Qita, jadi akan lebih aman dan tidak beresiko, jika kami tetap berada di tempat yang tersembunyi dan tidak mungkin ditemukan oleh mereka!"

Apa yang dikatakan oleh Arya memang benar, jadi Meister sempat tidak dapat berkata apa-apa. Tragedi yang menimpa Ibunya baru lewat satu tahun dan saat ini Arya masih dinyatakan sebagai orang yang hilang. Arya juga tidak memiliki kartu identitas apapun saat ini, jadi jika ada yang menanyakan tentang kartu identitasnya, maka mereka tidak bisa melakukan apapun.

Menyembunyikan Arya bersama gadis itu adalah tindakan yang paling bijak untuk saat ini. Meski begitu, Meister tidak bisa membiarkan Arya bolos berkerja lagi dan membuatnya merogoh uang yang lebih dalam untuknya. Belum lagi, dia masih dendam dengan Arya yang menghabiskan semua uangnya tadi malam.

"Tidak bisa! Kau masih belum mengganti rugi semua utangmu padaku! Keadaan saat ini masih belum separah itu, jadi kau masih bisa berkeliaran dengan bebas untuk saat ini dan membantu kami mengumpulkan informasi tentang keadaan di luar sana!"

"Kurasa kau benar... Aku tidak bisa terus merepotkan kalian!"

Setelah sebelumnya Arya yang ditolong oleh mereka, sekarang adalah gilirannya untuk membantu mereka dan menolong orang lain. Belum lagi, dialah yang membawa masalah ini pada mereka, jadi dialah yang harus paling bertanggung jawab saat ini dan tidak boleh bersembunyi. Meskipun apa yang dia katakan tadi tidaklah salah.

"Kau tidak perlu terlalu memikirkan masalah itu, dia pasti hanya merasa dendam dengan apa yang kau lakukan pada isi dompetnya tadi malam... Apa yang kau katakan memang benar! Akan lebih aman untuk kalian berdua, jika kalian bersembunyi di ruang bawah tanah dari pada tetap berada di sini!"

Mereka tidak bisa menjamin bahwa ATS tidak akan memeriksa lantai atas, jika mereka sampai di tempat ini. Jadi tetap berada di tempat tersembunyi sampai beberapa hari ke depan mungkin adalah ide yang baik, karena ATS hampir tidak mungkin menemukan tempat itu, jika mereka tidak bisa memindahkan lemari es yang sangat besar dan berat di dapur.

"Meski begitu, Aku tidak yakin gadis kecil sepertinya bisa tahan berada di ruang bawah tanah hanya berduaan dengan Arya!"

Setelah Meister mengatakan itu, mereka semua membayangkan gadis itu yang berduaan dengan Arya di ruang bawah tanah. Tentu saja Arya tidak akan melakukan sesuatu yang buruk pada gadis itu, malahan Arya tidak akan melakukan apapun. Mereka berdua mungkin tidak akan mengatakan apapun sepanjang hari dan suasanan di sana akan menjadi sangat canggung.

"Kurasa membiarkan Arya berduaan dengan Qita bukanlah ide yang benar-benar bagus... tentu saja Aku percaya bahwa Arya tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diinginkan pada Qita, tapi Aku merasa bahwa hubungan mereka akan menjadi lebih canggung dari pada yang sekarang!"

Ageha sekarang nampak menjadi salah satu orang yang menentang ide tersebut, meski dia tidak benar-benar menentangnya.

"Anu... bolehkan Aku bertanya?!"

Roy yang sedari tadi terdiam, akhirnya mengangkat tangannya dan mengeluarkan suaranya.

"Ada apa? Apa kau ingin ke toilet!?"

"Bukan... Aku ingin bertanya tentang keadaannya... apa dia baik-baik saja?"

Meister dan Ageha saling berpandangan. Mereka nampak sedikit kesulitan menjelaskan hal tersebut pada Roy.

"Aku tidak bisa mengatakan bahwa dia baik-baik saja... meskipun keadaan tubuhnya tidak berada dalam bahaya, tapi.... kurasa masih perlu waktu untuk dirinya menenangkan diri!"

"Artinya?"

"Dia masih mengurung dirinya di kamar dan hanya mengatakan hal yang seperlunya saja... tapi untungnya, dia masih memakan sarapan dan makan siangnya... Aku hanya berharap dia mau keluar dari kamarnya saat makan malam nanti!"

Hal yang buruk baru saja terjadi padanya, jadi mereka tidak benar-benar berharap bahwa gadis itu akan langsung terbuka pada mereka hanya dalam semalam.

"Jika dia tidak mau keluar dari kamarnya, maka dia tidak akan mendapatkan makan malam, jadi kita bisa memaksanya dengan itu... belum lagi dia juga sudah berjanji akan membantu Cafe!"

Meister mengatakan itu dengan nada sombong yang menyebalkan di telinga Ageha, tapi dia tidak mengatakan apapun tentang hal tersebut, karena dia berharap hal yang sama dengan Meister.

"Jika begitu, kurasa kita bisa bersiap untuk makan malam! Aku akan melihat keadaannya dan menyuruhnya untuk membantu kami! Dan Aku harap situasi ini bisa membaik!"

Setelah mendapatkan anggukan dari semua orang, Ageha segera menuju kamar Qita. Sementara itu, Meister yang dibantu oleh Arya sudah mulai bersiap untuk memasak makan malam, sedangkan Roy bertugas untuk membersihkan Cafe dengan menyapu lantai dan mengelap meja.

Tentu saja mereka juga sudah membalik tanda buka menjadi tanda tutup dan menutup semua jendela Cafe dengan gorden agar orang di luar tidak bisa melihat isi di dalam Cafe tersebut.