Chapter 67 - Rahasia Gelap ATS

Rio membaringkan tubuhnya yang sangat lelah di atas kasurnya. Dia baru saja pulang dari kampusnya, setelah selamaman penuh tidak tidur dan berpergian ke berbagai tempat. Rio sudah melupakan niatnya untuk memeriksa seluruh isi rumahnya, terutama kamarnya, untuk mencari kamera tersembunyi atau penyadap.

Rio masih mengingat kembali kejadian kemarin malam. Setelah mereka keluar dari hotel itu, mereka kemudian terus berganti mobil di berbagai tempat, bahkan dia dan Drag juga sempat berpisah, karena diperintahkan untuk mengambil dua mobil yang berbeda. Mereka baru bertemu kembali saat mereka sampai di tujuan akhir mereka.

"Tadi itu seru sekali, Aku benar-benar merasa di dalam film! Ini menarik sekali!"

Itu adalah hal pertama yang dikatakan oleh Drag begitu mereka kembali bertemu dan setelah saling menyapa. Rio hanya terdiam tanpa membalasnya. Meskipun Rio adalah orang yang aktif berpergian ke berbagai tempat, tapi dia harus mengakui bahwa apa yang dia alami barusan sangatlah menguras tenaganya. Dia bahkan merasa heran kenapa Drag yang berumur jauh lebih tua darinya bisa tetap menjaga semangatnya.

Mereka berdua saat ini berada di salah satu hotel hewan yang berada cukup jauh dari tempat tinggal Rio. Mereka berjalan di belakang seorang pria yang tidak berbicara apapun, setelah menyuruh mereka untuk mengikutinya. Tidak ada di antara Rio atau Drag yang ingin mengajaknya berbicara, jadi mereka hanya diam saja tanpa mengeluarkan suara apapun dari mulut mereka.

Mereka berdua dibawa ke lantai tertinggi dari hotel tersebut. Drag tadi sempat berkata bahwa mereka seperti sedang berada di film, Rio sama sekali tidak dapat menyangkal hal tersebut. Bahkan ketegangan yang mereka rasakan lebih dari apa yang ada di film, karena ini terjadi di dunia nyata.

Orang yang membawa Rio dan Drag kemudian membukakan sebuah pintu di ujung lorong lantai teratas. Dia tidak masuk ke dalam ruangan itu, dia hanya membukakan pintunya dan memberikan ruang yang cukup bagi Rio dan Drag untuk masuk ke dalam ruangan itu. Tanpa mendengarkan apapun darinya, Rio sudah sadar jika orang itu menyuruh mereka untuk masuk ke ruangan tersebut.

Rio tanpa ragu masuk ke dalam ruangan itu, sementara Drag masih ragu untuk masuk. Dia melihat ke wajah si pria itu, lalu ke arah pintu masuk. Dia juga menelan kembali apa yang ingin dia katakan, karena takut melihat wajah si pria tersebut. Dia baru masuk ke dalam ruangan, setelah melihat Rio baik-baik saja di dalam ruangan tersebut.

Setelah Rio dan Drag masuk ke ruangan ini, si pria langsung menutup pintu dan menguncinya. Sekarang Rio dan Drag terkunci di dalam ruangan tersebut.

"Apa menurutmu ini baik-baik saja? Jika di film-film ini adalah adegan dimana tiba-tiba kita akan diserang dan dilumpuhkan!"

"Jika mereka berniat untuk mencelakakan kita, kurasa mereka akan melakukannya sejak lama... dan juga, kita sekarang bukan sedang berada di dalam film... apapun yang telah dan akan terjadi adalah sesuatu yang nyata!"

"Kau benar... entah mengapa ini tidak terasa nyata bagiku!"

Rio tidak bisa menyalahkannya, jika merasa seperti itu, karena dia juga merasakan hal yang sama. Apa yang telah dan akan mereka lakukan memang juga tidaklah terasa nyata bagi Rio.

Ruangan mereka berada saat ini terlihat seperti kamar hotel mewah pada umumnya. Ada ranjang yang sangat besar, begitu juga dengan fasilitas yang lengkap. Ada lemari, kulkas, kamar mandi, meja makan dan yang lain sebagainya. Tapi hal yang paling menyolok perhatiannya adalah TV LCD raksasa yang berada di ruangan tersebut.

Rio tidak merasa bahwa ada orang lain, selain mereka berdua, di ruangan ini. Drag sedari tadi membicarakan tentang mereka yang seperti berada di dalam film, jadi jika itu memang benar, maka orang itu akan memperkenalkan dirinya dari televisi raksasa itu.

"Apakah kau sudah mendapatkan perintah lainnya dari dia?"

"Tidak ada... Aku sudah tidak menerima pesan apapun, sejak terakhir kali kita berada di hotel itu!"

Drag menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Rio. Dia terus memeriksa alat di tangannya, tapi dia tidak menemukan pesan baru apapun di alat tersebut. Terakhir kali dia menerima pesan adalah saat dia dan Rio pertama kali berganti kendaraan.

Sebuah suara statis yang entah dari mana asalnya tiba-tiba saja terdengar di ruangan itu. Rio tidak bisa membedakan apakah itu suara suara pria atau wanita, karena suara itu tidaklah begitu jernih. TV di ruangan itu masih mati, jadi tidak mungkin itu berasal dari TV itu. Ini memang tidak seperti dugaan Rio, tapi dia senang mendapatkan tanggapan dari seseorang.

"Kenapa kami harus melakukan hal tersebut!?"

Meskipun Drag sudah terlihat akan melaksanakan perintah tersebut, tapi Rio tak segera melakukannya dan malah bertanya pada suara tersebut. Dia memang dapat melihat keranjang yang disebutkan oleh suara itu, tapi dia tidak bisa menghilangkan perasaan curiganya pada suara tersebut. Mungkin dia tidak bisa melakukan perlawanan apapun, jika mereka menyerangnya dan Drag, tapi dia tetap tidak ingin tidak berhati-hati.

"Aku tidak khawatir tentang hal tersebut! Aku hanya ingin memastikan bahwa kalian tidak merencanakan hal-hal yang aneh pada kami!"

"Aku memang sempat mengatakan sesuatu seperti itu, tapi Aku tetap tidak ingin ceroboh! Jika Aku memiliki smartphone-ku, maka Aku bisa segera menghubungi nomor darurat dan mereka akan tahu tempat ini! Kalian tidak mau hal itu sampai terjadi, kan? Maka hal itu bisa menjadi jaminan keselamatan kami!"

Rio mengeraskan wajahnya saat mendengar nama Arya dari suara tersebut. Dari mana mereka tahu nama Arya, padahal dia tidak pernah menyebutkannya selama penyelidikannya? Apakah mereka benar-benar memiliki informasi tentang Arya? Meskipun Rio memiliki banyak pertanyaan, tapi sepertinya untuk saat inu dia hanya bisa menuruti perintah dari suara itu.

Rio meletakan tasnya yang di bawanya ke dalam keranjangan itu, begitu juga dengan kunci mobil miliknya. Drag mengikuti apa yang dilakukan Rio tak lama setelahnya, dia memasukan tas pinggangnya dan alat komunikasi anti penyadapnya pada keranjang itu.

Rio hanya bisa mendecakan lidahnya, lalu mengambil sebuah smartphone dari kantong dalam jaketnya dan memasukannya ke dalam keranjangan itu.

"Sepertinya Aku tidak bisa membodohimu! Kau pasti akan mengembalikan semuanya, kan!?"

"Eh!? Kenapa kau harus mengirimkan barangnya ke rumahku?"

Kali ini yang bertanya adalah Drag. Dia nampak keheranan dengan perkataan yang dikeluarkan oleh si pemilik suara tersebut.

Dia tidak memberikan penjelasan apapun setelah itu. Sepertinya mereka sekarang hanya dapat mempercayai semua perkataannya.

"Jadi apa yang harus kami lakukan sekarang! Kau tidak akan menyuruh kami pulang, setelah semua ini, kan!?"

Rio dan Drag secara bersamaan langsung melihat ke pintu kamar mandi yang berada di ruangan itu. Mereka bertanya-tanya tentang apa yang ada di balik pintu tersebut.

"Apakah kau yakin ini aman?"

Suara itu langsung menjawab pertanyaan dari Drag yang nampak ketakutan. Rio menatap kesal pada televisi di depannya. Dia tidak tahu dari mana si pemilik suara itu mengawasi mereka, karena suara statis yang sedari tadi mereka dengar bisa terdengar dari berbagai sudut kamar ini. Jadi sebagai gantinya, dia hanya menatap televisi yang sangat mencolok itu. Dia entah mengapa tidak suka dengan nada bicara si pemilik suara yang seperti tidak mempedulikan perasaan Drag saat ini.

"Ayo, Drag! Kita lupakan saja si pemilik suara itu dan ikuti saja perintahnya!"

Rio menarik tangan Drag untuk membuatnya ikut masuk ke dalam kamar mandi itu.

Seperti tersinggung dengan ucapan Rio, suara itu kembali terdengar. Meskipun suaranya masih terdengar statis, tapi Rio bisa merasakan perasaan jengkel dari si pemilik suara. Apakah si pemilik suara itu adalah wanita yang mudah tersinggung?

Rio dan Drag sama-sama menghentikan langkah mereka, begitu mereka mendengar suara tersebut. Mereka saling berpandangan sebentar sambil memikirkan apa yang dikatakan oleh suara itu. Drag kemudian bertanya pada Rio.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Aku tidak mungkin mundur! Lebih baik ada salah satu dari kita yang berada di sini untuk memastikan keamanan kita, jika kau merasa bahwa Aku berada dalam bahaya, kau bisa melarikan diri dari tempat ini sambil membawa semua barang kita!"

Rio berkata sambil melirik ke arah keranjang yang berada di samping televisi, Drag juga melirik ke keranjangan itu, lalu menganggukan kepalanya tanda mengerti.

Rio kembali menatap kesal pada televisi itu. Dia tahu bahwa orang itu di berada di televisi itu, tapi dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak melakukan hal tersebut.

"Ini menyebalkan, tapi rencana kita tidaklah berubah! Kau tetaplah di sini dan kaburlah dari tempat ini, jika kau merasa bahwa ada bahaya, segeralah cari bantuan di luar sana!"

"A-Aku mengerti!"

Drag menganggukan kepalanya dengan ketakutan. Rio merasa bersalah, karena harus melibatkannya dengan semua ini, tapi untuk saat ini Rio hanya bisa memintanya untuk bertahan. Rio bersumpah akan menempati janjinya untuk memberikan semua smartphone yang tidak dia butuhkan padanya, setelah semua ini selesai.

Rio dan Drag terdiam. Rio sejujurnya tidak menyangka akan mendengar hal tersebut dari suara yang sedari tadi membuatnya kesal. Mereka berdua menunggu suara itu melanjutkan kembali apa yang ingin dia katakan.

"Apa maksudmu?"

Drag tidak dapat menutupi perasaan bingung dan penasarannya. Dia juga ikut menatap televisi yang sedari tadi ditatap oleh Rio, meskipun televisi itu masih mati dan tidak mengeluarkan suara apapun.

"Iya, Aku secara tidak sengaja menemukan sebuah artikel yang mengatakan tentang ATS yang menyerang orang-orang yang mereka anggap berbahaya dan beberapa bukti foto yang menunjukan kejadian itu... meskipun beberapa jam kemudian artikel itu terhapus dan tidak dapat ditemukan lagi, tapi Aku masih cukup mengingat foto-foto itu!"

Saat Drag sedang mencari informasi tentang manusia serigala, dia secara tidak sengaja menemukan link yang menuju ke sebuah artikel di sosial media. Dia kemudian membaca artikel tersebut dan mendapatkan sebuah berita yang sangat mengejutkan. ATS yang selama ini dia kira adalah organisasi anti teroris, ternyata adalah organisasi untuk memberantas para mahluk berbahaya yang bukan manusia. Awalnya dia tidak percaya dengan artikel tersebut, tapi foto-foto yang disediakan oleh artikel itu meyakinkan dirinya.

Rio dan Drag kembali saling memandangan satu sama lain. Mereka memasang wajah yang sangat rumit. Itu adalah pertama kalinya Rio mendengar informasi tersebut, jadi dia memiliki banyak pertanyaan, tapi dia sepertinya tidak bisa menanyakan itu di sini.

"Kurasa kita tidak akan merubah rencana tadi! Kau tetaplah di sini, lagi pula kau tidak ada hubungannya dengan masalah ini!"

Rio kembali menatap tajam televisi yang tidak mengeluarkan gambar apapun itu. Dia tahu bahwa dia memang memaksakan dirinya untuk ikut campur dalam masalah ini, tapi dia tidak senang jika ada orang lain yang mengatakan hal itu padanya.

"Sahabatku mungkin sedang dalam bahaya saat ini, jadi mana mungkin Aku akan diam saja!"

Rio sudah mengetahui hal tersebut, bahkan jauh sebelum dia mengatakan hal tersebut padanya, tapi Rio tetap akan melakukan hal ini, karena jika dia tidak melakukan apapun, dia merasa bahwa dia akan menyesalinya seumur hidupnya, jadi dia tidak memiliki pilihan lain, selain melakukannya.

"Jika kau hanya ingin mengatakan peringatan yang tidak berguna itu, maka tutup saja mulutmu! Aku tahu mungkin Aku tidak akan banyak membantu, tapi Aku tetap akan mencoba menolong sahabatku apapun yang terjadi!"

Rio menatap pintu kamar mandi yang berada di ruangan itu. Meskipun Rio memiliki pertanyaan, kenapa mereka harus meletakan jalan rahasia di kamar mandi, pada akhirnya dia hanya menutup mulutnya dan melakukan perintahnya. Sementara itu Drag hanya diam di tempatnya sambil mengawasi Raya yang masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah masuk ke dalam kamar mandi, Rio menutup kembali pintu tersebut, lalu menunggu pintu yang dibicarakan oleh suara itu untuk terbuka.

Tak lama kemudian, sebuah lubang kecil berbentuk persegi terbuka di dinding kamar mandi. Lubang itu tidaklah begitu besar dan hanya bisa dimasuki olehnya, jika dia yang merangkat. Sepertinya Rio tidak memiliki pilihan lain, selain merangkak untuk dapat memasuki ruangan. Setelah menguatkan tekadnya, Riopun memasuki ruangan tersebut.