Chapter 4 - Perubahan (2)

"Dia... terlihat.... sangat... enak..."

Arya segera menggelengkan kepalanya begitu pemikiran buruk tiba-tiba saja muncul di kepalanya. Apa yang baru saja dia pikirkan? Kenapa dia bisa memikirkan sesuatu yang seperti monster pikirkan? Dia bukanlah monster.

Arya segera berlari kencang menuju ke toilet terdekat. Dia bahkan tidak sadar bahwa dia telah berlari lebih cepat dari pada rekor larinya yang biasa, dikarenakan kepalanya saat ini sedang sibuk memikirkan apa yang baru saja dia katakan.

Dia harus mengakui bahwa dirinya memang sangat lapar saat ini, mengingat bahwa dia telah memuntahkan semua sarapannya tadi pagi, tapi tidak mungkin dia merasa ingin memakan seseorang hanya karena dirinya melihat dan mencium darah segar dari seseorang.

Dia bukanlah monster. Meskipun tubuhnya telah berubah menjadi mahluk yang lain, Arya tetaplah manusia selama dia tetap berperilaku seperti manusia. Jadi dia tidak boleh berpikir seperti monster.

Arya menatap pantulan dirinya sendiri di cermin yang berada di dalam toilet. Setelah melihat wajahnya, akhirnya Arya menyadari bahwa warna matanya telah berubah. Matanya sekarang telah terlihat seperti mata seekor mahluk buas atau lebih tepatnya mata seekor serigala.

Arya menatap tidak percaya ke arah cermin selama beberapa saat. Kalau seperti ini, dia tidak akan bisa menyembunyikan bahwa dirinya telah berubah menjadi mahluk yang berbeda dengan manusia dari Ibunya dan teman-temannya yang lain.

Arya mencoba menenangkan dirinya yang panik. Dia menarik nafas, lalu menghembuskannya. Jika dia memang adalah manusia serigala, dia pasti bisa kembali ke wujud manusia dan serigala sesuka hatinya, seperti di film-film, meski biasanya manusia serigala berubah ke wujud serigala saat bulan purnama, tapi karena sekarang adalah siang hari dan tak mungkin bulan purnama muncul, jadi dia pasti berubah karena emosinya yang tidak stabil, jika dia bisa menenangkan dirinya, maka seharusnya dia bisa berubah menjadi manusia biasa lagi.

Arya mencoba untuk memutar keran di wastafel yang berada di toilet, tapi tangannya segera berhenti. Dia tidak bisa begitu saja mengulangi kesalahan para pemeran utama di film-film saat mereka tiba-tiba mendapatkan kekuatan super dengan menghancurkan benda-benda secara tidak sengaja. Jika dia menghancurkan wastafel toilet kampus, maka dia harus ganti rugi. Dia tidak bisa melakukan hal tersebut, karena dia hanya akan menambah beban Ibunya.

Arya menyentuh pelan keran yang di hadapannya dengan jari-jarinya, dia memutar dengan perlahan keran itu sampai mengeluarkan air. Dia kemudian mengambil air tersebut dengan telapak tangannya dan mulai membasuh wajahnya. Dia juga sengaja meminum air keran tersebut saat membasuh wajahnya, karena dia merasa sangat haus.

Untung saja tidak ada siapapun di dalam toilet itu, kalau tidak Arya akan sangat malu, karena saat ini dia terlihat seperti orang yang kelaparan. Meski pada kenyataannya dia memang sedang lapar, tapi dia tidak akan pernah berperilaku seperti ini, jika dia dalam keadaan normal.

Setelah puas meminum air dari keran, Arya segera melihat kembali wajahnya. Dia menghembuskan nafas lega saat melihat bola matanya sudah kembali seperti semula. Sepertinya bola matanya berubah, karena dia sedang dalam keadaan tidak stabil dan lapar. Meskipun dia masih lapar, tapi setidaknya dia sudah tidak sepanik tadi.

Saat ini Arya tidak memiliki nafsu makan apapun terhadap sayuran dan sejenisnya, dia hanya ingin makan daging. Dengan keadaan keuangan keluarganya, akan sangat berat bagi Arya untuk terus makan daging setiap hari.

Satu-satunya yang bisa dia andalkan di saat seperti ini adalah Rio. Meskipun dia memiliki sifat seperti itu, tapi dirinya memiliki banyak uang dari orang tuanya, dia hanya perlu meminjam uang darinya dan mengembalikannya saat Arya sudah berkerja.

"Sepertinya Aku memang tidak mempunyai pilihan lain..."

Meminjam uang dari Rio jauh lebih baik dari pada menjadi monster yang ingin memakan segalanya.

Setelah memutuskan apa yang akan dia lakukan, Arya segera keluar dari toilet untuk mencari keberadaan Rio.

Entah karena keberuntungan atau apa, saat Arya keluar dari toilet, dia langsung melihat Rio, begitu juga sebaliknya. Rio segera menghampiri sahabatnya yang nampak pucat itu.

"Wajahmu terlihat tidak sehat, apakah kau tidak apa-apa?"

Sepertinya Arya telah membuat sahabatnya itu khawatir. Arya menggelengkan kepalanya sebentar, sebelum akhirnya memberikan jawaban pada Rio.

"Sepertinya tidak... saat ini, Aku ingin makan daging."

"Daging?"

"Ya, daging tanpa campuran sayur atau apapun, hanya daging!"

Rio menatap heran pada sahabatnya itu. Tidak biasanya dia ingin makan daging, biasanya dia akan menolak tawaran dari orang yang ingin mentraktirnya makan daging, terutama jika tawaran itu berasal dari Rio, tapi sekarang dia justru mengatakan dengan jelas bahwa dia ingin makan daging, belum lagi tanpa adanya sayuran dan tambahan apapun.

Meski merasa aneh dengan permintaan Arya, tapi Rio tetap tersenyum. Ini adalah kesempatannya membalas kebaikan dari Arya, jadi dia tidak boleh membiarkannya lolos begitu saja.

"Ya, tentu saja... biasanya kau hanya makan telur dan sayur, jadi wajar jika sesekali kau ingin makan daging, kan! Baiklah, mari kita cari daging yang paling mahal di sekitar sini!"

"Tidak perlu mahal, daging biasa saja sudah cukup!"

"Tidak perlu sungkan, Aku yang akan membayar semuanya!"

"Aku hanya akan meminjam uangnya, jadi kau tidak perlu mentraktirku... Aku akan menggantinya suatu hari nanti!"

"Kau tidak perlu khawatir tentang itu... saat ini Aku sedang dalam mood yang baik dan ada banyak uang, jadi kau tidak perlu memikirkan cara menggantinya!"

"Tidak, Aku akan menggantinya!"

"Lalu, jika Aku mengatakan kau harus menggantinya esok hari, apakah kau akan langsung mengembalikan uang itu esok hari juga?"

"Soal itu..."

Arya tentu saja tidak mungkin bisa mengganti uang yang dia pinjam dari Rio pada keesokan hari, jadi dia hanya bisa menutup mulutnya.

"Kalau begitu, sudah diputuskan... Ayo, kita cari daging yang paling mahal!"

"Sudah kubilang, cari daging yang biasa saja... yang harganya murah!"

Menganggap bahwa diamnya Arya adalah pertanda bahwa dia setuju untuk ditraktir oleh Rio, dia segera tersenyum dan memimpin jalan untuk menemukan daging. Sedangkan Arya hanya bisa memprotes keputusan Rio yang seenaknya dari belakangnya.

Arya memang bersyukur Rio mau membantunya, tapi dia jadi merasa tidak enak dengan sahabatnya itu. Dia tidak ingin terlihat seperti orang yang memanfaatkan kekayaan sahabatnya untuk kepentingannya sendiri.

Rio tetap berjalan di depan Arya yang terus mengikutinya menuju ke halaman parkir kampus untuk mengambil mobil Rio. Meskipun mereka berdua berada sangat dekat, tapi baik Arya ataupun Rio merasakan jarak di antara mereka. Seperti ada tembok raksasa yang menghalangi mereka untuk menjadi lebih dekat.

Tembok raksasa ini sebetulnya selalu ada di antara mereka, bahkan sejak mereka pertama kali bertemu. Mereka berdua seperti dua mahluk yang berbeda, padahal mereka adalah manusia. Meski sekarang Arya telah berubah menjadi mahluk yang berbeda, tapi jarak perbedaan mereka masih terasa tidak ada perubahan apapun.

Arya adalah orang yang hidup secara sederhana dan hanya melakukan kewajibannya, sedangkan Rio adalah anak orang kaya yang selalu hidup dengan melakukan apapun yang dia sukai. Arya adalah orang yang hanya berteman dengan orang yang berada di sekitarnya secara kebetulan, sedangkan Rio adalah orang yang aktif mencari teman dimanapun. Introvert dan Extrovert adalah apa yang bisa mendeskripsikan sifat mereka dengan sederhana, mereka sungguh orang yang berlawanan satu sama lain dan hampir tidak memiliki kesamaan apapun.

Meski begitu, entah mengapa Arya merasa lega. Dia merasa bahwa hubungan mereka tetap akan sama bahkan jika Rio sudah mengetahui bahwa Arya sudah menjadi mahluk yang bukan manusia, meskipun dia sudah bukan menjadi dirinya sendiri lagi. Jarak mereka yang tidak mendekat, tapi juga tidak menjauh, mungkin adalah apa yang bisa menyelamatkan Arya di saat keadaannya yang seperti ini.

Senyum Arya merekah di wajahnya tanpa bisa dilihat oleh Rio. Meski begitu, Rio entah bagaimana bisa merasakan senyuman yang ditunjukan oleh Arya yang berada di balik punggungnya.