"Adimas Lintang, usia tiga puluh tiga tahun, aktor papan atas tanah air dan memiliki enam belas juta followers di akun instagramnya. Gimana, Ra?" tanya Misha pada Ara.
Ara memperhatikan artikel internet di layar komputernya, artikel yang baru saja dibaca oleh Misha tepatnya.
'Memiliki nama lengkap Adimas Lintang, pria yang akrab disapa Lintang ini lahir di Bandung, 24 April 1985 dan ber-zodiak Taurus. Lintang memulai kariernya pada awal tahun 2000 di salah satu film layar lebar remaja. Hingga saat ini, sudah puluhan karakter dalam film maupun drama yang ia geluti.
Pada awal tahun 2012, Lintang mulai melebarkan sayapnya ke kancah internasional dengan memerankan beberapa karakter di film laga Hollywood. Sukses, mapan dan tampan, siapa sangka pria enam belas juta followers di instagram dengan penggemar wanita di berbagai kalangan usia ini masih single?'
"Ga ada akhlak kamu, Sha," sindir Ara sambil memijit pelipisnya. "Balas dendam sih balas dendam, tapi ya kali kamu jodohin aku sama satwa langka sementara aku hanyalah ikan teri yang ramai di pasaran?" Ara memberi perumpamaan pada Misha mengenai kedudukan dirinya dengan Adimas Lintang, idola sejuta wanita itu.
Memang benar, saat ini Ara berada dalam misi balas dendam. Itu semua karena mantannya yang bernama Yudis tiba-tiba memutuskan hubungan mereka sepihak. Ara masih ingat jelas apa yang dikatakan Yudis saat ingin putus dengannya,
"Sorry Ra, aku ga bisa ngelanjutin hubungan kita. Aku udah ketemu cewek yang lebih baik dari kamu."
Sungguh menyesakkan!
Meski tidak salah Yudis berkata begitu karena perempuan yang dipacari oleh laki-laki itu satu jam pasca memutuskan Ara memang jauh lebih cantik darinya; lekuk badan bak gitar spanyol, rumornya seorang jutawan lagi! Tak heran kalau Yudis langsung tergila-gila pada perempuan itu.
Kandas sudah cinta empat tahun yang telah mereka bina.
"Aduh Ra, kalau kamu mau balas dendam ya harus cari pion yang bagus. Kalau ngga, gimana Yudis bisa nyesal pula?" Misha masih tidak berhenti menggurui Ara.
Ara mendelik. "Iya Misha sayaaang, tapi apa ga ada gitu kandidat yang bisa aku deketin? Kalau Lintang mah jauh di angkasa, susah untuk kugapai, ga ada kesempatan!" keluh Ara.
"Tenanglah wahai Araku yang cantik. Siapa bilang ga ada kesempatan? Ibu peri ini sudah mengecek informasi terbaru yang akan mendekatimu pada Lintang!" sahut Misha bangga. Sorot wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang merencanakan sesuatu, benar-benar membuat Ara merinding tapi penasaran!
"Apa?" tanya Ara pada akhirnya.
"Jeng jeng jeeeeng!" Misha menunjukkan formulir di tangannya. "Formulir pendaftaran partisipan untuk acara 'Catch The Star'! Kamu harus tahu Ra kalau guess star pertama mereka adalah Lintang!"
Ara tidak mengerti dengan jalan pikiran Misha yang ia rasa semakin aneh. "Kayaknya kamu harus ke psikolog deh, Sha. Aku takut kamu mulai gila."
"Apaan sih? Ini serius tahu!"
"Aku ga ada waktu buat ikut acara gituan," elak Ara.
"Eh tidak bisa! Karena aku sudah mendaftarkan kamu secara online dan sekarang kamu tinggal ngurus berkas offline-nya aja untuk dikirim ke kantor pusat!" sahut Misha, masih dengan wajah bangga.
Di hadapannya, Ara terkejut setengah mati. "APA?!"
...
Adimas Lintang.
Seperti yang telah dijabarkan pada paragraf pembuka, si enam belas juta followers dengan penggemar wanita dari berbagai kalangan usia. Mulai dari kalangan anak muda, hingga ibu-ibu lima anak masih mengidolakan dirinya. Tidak tanggung-tanggung, banyak nenek-nenek yang mendambakan Lintang untuk menjadi grandson-in-law alias cucu menantu mereka.
Sungguh sayang ... lelaki tampan, mapan nan rupawan ini masih betah sendiri dan memadu kasih dengan pekerjaannya. Jangan heran kalau wajahnya sering nangkring di tv. Bukan hanya sebagai bintang utama dari film atau drama, tapi juga bintang iklan dari berbagai produk kegantengan para pria.
Bahkan, celana kolor yang tanpa sengaja tampak ketika photoshoot langsung laris manis dibeli para perempuan sebagai 'kado' untuk abang, pacar, paman, dan lainnya. Seakan tak mau kalah, video perdebatan antara laki-laki dan perempuan merebut stok terakhir kolor itu di salah satu toko mendadak viral.
Pokoknya apa pun yang ada di sekitar Lintang dalam waktu kurang dari 24 jam akan viral!
"Capek, Lin?" tanya Nowa, sang manajer Lintang sambil menyodorkan sebotol air mineral kepada Lintang.
"Emangnya ngeluh bisa bikin capeknya ilang?" tanya Lintang kembali. Ia mengambil botol mineral tersebut dan meneguknya hingga tandas.
Lintang tidak menyadari bahwa dirinya sedang diperhatikan. Gerakan naik-turun jakun lelaki yang sedang bermandikan keringat itu membuat para perempuan di sekitar lokasi syuting terhipnotis. Seolah-olah sedang slow motion, mereka begitu menikmati pemandangan itu.
"Anjir itu botol beruntung banget gilaak!"
"Iya anjir, itu bibirnya seksi banget! Iri banget gue ama itu botol!"
"Ya Tuhaaan! Nikmat mana lagi yang hamba dustakan?!"
"Parah itu jakunnya naik-turun!"
Begitulah suara jeratan mereka yang terdengar sampai ke telinga Lintang. Lintang memejamkan matanya. Menjadi objek fantasi para perempuan itu ... bukankah berarti saat ini ia sedang dilecehkan?
"Lyn, besok-besok mintain tempat istirahat yang tenang buat gue." Lintang berpesan pada Nowa.
Tidak seperti kebanyakan yang memanggil Nowa dengan nama depannya, Lintang memilih untuk memanggil gadis pemilik nama Nowa Adelyn dengan bagian terakhir dari namanya, 'Lyn'.
Merasa Lintang memanggilnya dengan cara berbeda dari kebanyakan, Nowa besar kepala jadinya. Lagian, perempuan mana yang ketika dipanggil dengan cara berbeda tidak merasa spesial?
"Oke," jawab Nowa singkat. Ia mengambil handuk kecil lalu menyodorkan benda tersebut kepada Lintang. "Cepetan, udah mau take lagi tuh."
"Lapin dong, asistenku tersayang," goda Lintang.
Wajah Nowa bersemu merah, namun sebisa mungkin ia tampil biasa saja. "Sialan, aku manajer, bukan asisten," protesnya. Meski begitu, ia tetap melakukannya. "Oh iya, untuk acara perdana 'Catch the Star!' gimana? Mau diambil apa dilepas?"
"Diambil aja, sekalian buang penat. Capek lho akting mulu di atas panggung. Sesekali ke variety show biar melepas penat kan ga buruk," jawab Lintang. "Udah, gue mau take lagi." Lintang menyudahi percakapan keduanya mengenai proyek baru yang akan diambil oleh Lintang.
Lelaki itu bangkit dari tempat duduk dan kembali ke lokasi.
Dari kejauhan Nowa mengagumi lelaki itu.
Hanya dari jarak sejauh ini ... ia tidak perlu menyembunyikan senyum dan kekagumannya kepada Lintang.
Hanya dari jarak sejauh ini pula ... ia tidak perlu mendengar ejekan Lintang terhadapnya.
Mengagumi memang melelahkan. Apalagi jarak mereka yang begitu dekat tetapi perasaannya hanya sepihak. Sepertinya mengagumi Lintang dalam diam adalah hal terbaik yang bisa dilakukan oleh Nowa selama ini.
Kalau Nowa boleh meminta, bisakah Tuhan memberinya sedikit keajaiban sehingga ia dapat berakhir seperti Edho Zell yang menikahi manajernya sendiri?
-to be continued-