Ara ternganga begitu pintu terbuka ketika ia memutar kenop pintu. Tampilan tak biasa dari ruang kerja Pak Josh yang tidak pernah diduga oleh Ara.
Di sofa hitam yang ada di tengah ruangan, Pak Josh terduduk dengan wajah lusuh dan dasi yang tidak tepat posisinya.
Sementara, di sekitar Pak Josh, seorang perempuan cilik dengan rambut dikucir sibuk berlari mengelilingi Pak Josh.
"Masuk dulu, tolong tutup pintunya segera," perintah Pak Josh.
Ara buru-buru berjalan masuk ke dalam dan langsung menutup pintu yang kini berada di belakangnya itu. Tentu saja tidak etis kalau orang melihat wujud dari ruang kerja sang direktur saat ini.
"Kamu sudah baca kontrak kerja yang baru?" tanya Pak Josh.
"E-eh? Bukannya sama seperti yang lama dan saya hanya berpindah tugas di sini, Pak?" Ara memastikan.
Pak Josh menggeleng. "Harusnya kamu baca dulu yang namanya kontrak kerja baru kamu tanda tangan. Sekarang repot kan jadinya, saya harus jelasin lagi ke kamu." Pak Josh memijit pelipisnya yang terasa pusing.
"Papa, Papa. Papa ga usah galak-galak gitu dong sama kakak cantik? Nanti kakak cantiknya kabur lagi!" Perempuan kecil yang sedari tadi bermain lantas berhenti dan memarahi Pak Josh dengan berani.
"Iya Ivy sayang, Papa ga galak kok sama kakaknya. Papa cuma ngasih tahu aja nih, biar kakaknya ga oon," terang Pak Josh yang rasanya membuat malu Ara.
"Memang kakaknya oon ya, Pa?" Dengan polos, perempuan kecil yang dipanggil Ivy itu malah bertanya.
Hilang sudah rasanya wajah Ara saat ini, kalau ia punya jubah ajaib ala Harry Potter, mungkin saat ini Ara sudah bersembunyi. Sayang, Pak Josh malah meliriknya yang berdiri kikuk.
"Banget. Tadi aja Ivy lihat sendiri kan setelah Papa dibikin kotor sama kakak ini?" adu Pak Josh pada Ivy, membuat Ivy lantas berputar dan menatap ke arah Ara.
'Ya elah, ini anak ngapain mandangin aku jadinya, kan jadi nambah kikuk!' Ara bergumam dalam hati. Emang dasar Pak Josh yang rese, tidak tahu malu melaporkan kejadian tadi pada anak kecil.
"Ada apa, Ivy?" tanya Ara pelan. Ia merasa sedikit takut, terlebih saat ekor matanya menangkap Pak Josh yang sedang memandangnya dengan tatapan puas.
Tatapan mata mereka berdua seolah sedang berusaha menguliti Ara. Bisa mati hidup-hidup Ara kalau begini!
"Kakak yang ngotorin setelannya Papa?" tanya Ivy dengan mata yang tak lepas melihat ke arah Ara.
"I-itu ... Kakak ga sengaja." Ara malah gelagapan menjawab pertanyaan Ivy. Entah aura apa yang dikeluarkan oleh anak kecil itu, Ara malah jadi semakin takut.
Ivy yang harus mendongak untuk melihat Ara lantas tersenyum dan menepuk tangan Ara lembut. "Bagus, Kakak. Kalau ngga, Ivy bakal mati kebosanan ngeliatin Papa pakai setelan jelek itu seharian."
"Wait ...." Pak Josh mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Ivy. Wajahnya yang tadi mengejek Ara dengan senyum kemenangan kini malah berganti dengan tautan alis yang membuatnya tampak kebingungan.
"What, Ivy?! Setelah jelek?! Itu Papa beli harganya enam puluh ribu dollar, lho! Ga pake diskon dan kena bea pajak masuk Indonesia, malah!" Pak Josh merasa tidak terima dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ivy.
Ivy mengibaskan tangannya ke udara. "Ivy ga peduli, Papa. Kalau jelek ya jelek aja. Lagian Papa ngapain coba beli setelan jas yang sama dengan punyanya Adimas Lintang, Ivy 'kan ga suka!"
Deg!
Mendengar nama itu disebut, Ara malah merasa malu mengingat kelakuan sahabatnya yang dengan lancang mendaftarkan dirinya ke acara Catch The Star! Itu.
"Ih apaan sih Adimas Lintang itu, gantengan Papa lagi kemana-mana." Pak Josh tidak mau kalah menyombongkan dirinya di hadapan Ivy.
"Mana ada ganteng, jelas-jelas Lintang seribu persen lebih ganteng dari Papanya Ivy. Papa ga usah kepedean deh! Kakak, gantengan Lintang daripada Papanya Ivy, kan?" Ivy menggoyang-goyangkan tangan Ara, membuat lamunan Ara lantas terbuyar.
"E-eh?"
Ara memandang Ivy dan Pak Josh bergantian. Pak Josh memberi kode kepala dengan menggeleng, tapi Ivy memberinya tatapan imut dengan mata berbinar. Ah ... Ara jadi meleleh!
"Emm ... iya, Ivy. Gantengan Lintang idolanya Ivy kok, daripada ... Papanya Ivy." Tanpa membalas tatapan Pak Josh, Ara menjawab demikian, membuat Ivy lantas dipenuhi oleh kemenangan.
"Kamu ...." Tatapan Pak Josh kini berubah menjadi galak, membuat Ara buru-buru menundukkan kepalanya. "... sekarang kamu bekerja sebagai asisten saya. Jobdesk terbesarmu saat ini adalah mengurus anak kunyuk itu.
"Papa! Ivy ga suka yah dibilang anak kunyuk! Ivy bukan anak kunyuk!" Ivy langsung melayangkan protes kepada Pak Josh. "Lagian Ivy juga udah besar dan mandiri kok, tapi Ivy ga nolak kalau dijagain kakak cantik."
Ivy lantas kembali menoleh ke arah Ara yang kebingungan melihat aksinya. "Yuk Kak, main sama Ivy!" ajak Ivy yang langsung menggandeng tangan Ara tanpa ragu.
"E-eh?"
"Udah, kamu jaga aja dia, jangan sampai dia gangguin saya kerja. Tolong ini ruangannya kamu beresin, ga enak kalau klien masuk lihat ruangan ini berantakan!" Pak Josh lantas memberi perintah kepada Ara.
...
Ara merenggangkan pinggangnya yang sakit sejak tadi sore ia pulang kerja. Menemani Ivy bermain bukanlah tugas yang mudah, terlebih anak itu sedang di fase pertumbuhan yang sedang aktif-aktifnya bereksplorasi.
"Sha, emangnya Pak Josh ga ada istri, ya?" tanya Ara sembari menikmati cokelat hangat yang baru saja disuguhkan oleh Misha.
"Kenapa? Kamu tertarik sama Pak Josh?" tanya Misha langsung.
Ara menggeleng. "Ya ngga, aku cuma nanya aja. Soalnya jobdesk aku sebagai asisten beliau itu bukan ngurusin pekerjaan beliau, tapi jagain anaknya, Ivy," terang Ara.
"Ooo ...." Misha malah manggut-manggut mendengar penjelasan Ara. "Gatau sih ya, rasanya kisah romansa Pak Josh ga pernah diumbar-umbar di kantor. Aku aja ga tau kalo Pak Josh ternyata udah punya anak."
Misha malah melemparkan tatapan kecewa.
Maklum, perempuan itu lebih dahulu bekerja di perusahaan tersebut daripada Ara yang baru setahun dan masih jadi anak magang, sementara Misha sudah menjadi pegawai tetap.
Ya, itu jabatan sebelumnya. Kalau sekarang sudah berbeda jadinya.
"Duhhh ... patah hati massal deh nanti," keluh Misha.
"Lha, kenapa?" tanya Ara yang tidak paham dengan perkataan Misha.
"Kan Pak Josh rupanya udah punya anak! Otomatis beliau juga punya pendamping hidup, kan? Ya kali Pak Josh yang ngelahirin itu anak." Misha mengungkapkan teori berlogika miliknya.
"Betul juga." Ara yang dicap 'oon' oleh Pak Josh sepertinya benar-benar oon.
"Udah, ah. Malas banget mikirin orang yang udah taken!" Misha mengibas-ngibaskan kedua tangannya ke udara, berusaha menghilangankan ilusi Pak Josh dari kepalanya. "Btw Ra, kamu udah dapat info lanjutan ga dari acara kemarin?"
Misha kini kembali pada jati dirinya. "Jangan lupa lho, kita punya misi balas dendam ke mantan."
"Iya, iya." Ara menyahut. "Udah tadi, katanya akhir minggu ini bakalan syuting."
Mendengar ucapan Ara, Misah terlonjak kegirangan. "Aaah! Akhirnya Ara bakalan ngegebet si bintang film! Araa, pokoknya H-1 kita ke salon dulu! Quality time!" Misha mengingatkan Ara sebelum ia kembali ke dalam kamarnya.
-to be continued-