Dera yang sedang ditatap oleh pemilik kos, hanya menyunggingkan senyumnya. Dia tidak mengerti kenapa pemilik kos tersebut terus mengawasi dirinya.
Dera berpikir mungkin karena dia baru pertama kali bertemu. Itu sebabnya pemilik kos melihatnya dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.
Padahal pemilik kos terus menatap Dera bukan karena itu, tetapi karena Dion mengantarkan seseorang wanita ke tempat kostnya.
"Saya Dera, Bu. Saya sedang mencari kos-kosan. Apakah masih ada kamar untuk saya?" tanya Dera begitu ramah dengan pemilik kos tersebut.
Dera berharap ada kamar yang masih konsong, sehingga Dera tidak perlu mencari tempat kos lagi.
Apalagi tempat kos yang sekarang dia datangi bersama Dion, sangat dekat dengan tempat kerja hanya membutuhkan lima menit untuk sampai. Itu sebabnya Dera berharap masih ada kamar kosong untuk bisa dia tinggali.
"Tentu saja ada. Mari silahkan masuk terlebih dahulu," ujar pemilik kos bersikap ramah seperti yang dilakukan oleh Dera.
"Terima kasih, Bu."
Dera dan Dion masuk setelah pemilik kos mempersilahkan mereka masuk ke dalam ruang tamu.
"Ayo silahkan duduk. Sebentar, saya buatkan minuman dulu."
"Tidak usah repot-repot, Bi," ujar Dion yang merasa tak enak dengan bibinya Andi.
Apalagi Dion jarang sekali bertemu atau mengunjungi rumah bibinya Andi. Namun, saat membutuhkan Dion malah datang ke rumah bibinya Andi, membuat Dion merasa tak enak.
"Tidak apa-apa, nak Dion. Bibi tidak merasa direpotkan."
Sebelum Dion menolak kembali, bibinya Andi masuk ke dalam dapur dan membuatkan teh untuk tamunya tersebut. Dia tidak mungkin membiarkan tamunya datang ke rumahnya tanpa disuguhkan minuman.
Setelah pemilik kos masuk ke dalam dapur, Dera menoleh ke arah Dion. Dera ingin tahu kenapa pemilik kos tersebut bisa tahu nama Dion.
Namun, Dera langsung teringat jika rumah Dion ada di depan kos-kosan ini. Itu sebabnya pemilik kos mengetahui nama Dion.
"Ada apa? tanya Dion saat melihat Dera yang sepertinya ingin menyampaikan sesuatu tetapi diurungkannya.
Dera menggeleng. "Tidak apa-apa," sahut Dera melihat ke arah Dion dan kembali melihat isi yang ada di dalam ruang tamu.
"Ayo silahkan diminum," ujar pemilik kos sembari meletakkan dua cangkir teh di hadapan tamunya.
"Terima kasih, Bu."
Dera meraih secangkir teh yang ada di hadapannya, menghirupnya dan meminum teh tersebut dengan pelan, karena teh tersebut masih terlihat mengeluarkan uapnya, yang berarti masih panas.
Dion yang melihat Dera memujinya secangkir teh, ikut mengambil bagian dirinya dan meneguknya secara perlahan.
"Panggil saja saya Bu Ina," ujar pemilik kos setelah melihat Dera dan Dion sama-sama meletakkan secangkir teh di atas meja kembali.
"Baik, Bu Ina."
Bu Ina pun menyampaikan tentang peraturan dan larangan apa saja yang boleh dan tidak boleh selama tinggal di kos miliknya.
Dera mengangguk-angguk tanda mengerti, sepertinya sangat mudah persyaratan untuk tinggal di kos milik Bu Ina.
"Ini kos untuk wanita saja atau ada prianya Bu?" tanya Dion setelah Bu Ina selesai bicara. Dion ingin tahu apakah aman bagi Dera untuk tinggal di kos milik Bu Ina.
Bi Ina tersenyum, dia tahu apa yang sedang Dion khawatirkan.
"Sebenarnya kos ini campur nak Dion, ada wanita dan ada pria. Tapi tidak ada yang boleh tinggal satu kamar, kecuali mereka adalah pasangan suami istri."
Kini giliran Dion yang mengangguk-angguk, dia pun melihat ke arah Dera yang tengah menyimak dan mendengarkan obrolan mereka.
Entah kenapa saat melihat Dera, Dion sedikit khawatir karena kos tersebut ternyata bukan khusus untuk wanita saja, melainkan ada pria juga.
'Gimana sih Andi! Mencari tempat kos saja gak becus!' batin Dion yang masih menatap ke arah Dion.
"Bagaimana Nak Dera? Apa masih mau lanjut sewa kamar di sini?" tanya Bu Ina memastikan.
"Tentu saja, Bi. Lagian tempat ini dekat dengan tempat kerja saya."
Dion hanya mendengarkan, sebenarnya dia tidak setuju jika Dera tinggal di tempat kos milik Bu Ina. Tetapi Dion tidak bisa melarang, mengingat dirinya yang telah membawa Dera ke kos tersebut.
"Baiklah, ayo dihabiskan," ucap Bu Ina saat melihat teh yang masih tinggal setengah.
Dera mengangguk, dia pun meraih cangkir yang masih ada tehnya, dan meminumnya hingga habis tak tersisa.
"Ya sudah, sebentar ya. Biar saya carikan kuncinya."
Dera hanya mengangguk, dia pun meletakkan cangkir tersebut di atas meja kembali.
"Kamu yakin? Masih mau ngekos di sini?" tanya Dion dengan pelan setelah kepergian Bi Ina.
Dera mengernyitkan dahi, dia tak mengerti apa maksud Dion bicara seperti itu. Padahal Dion yang sudah merekomendasikan tempat kos tersebut padanya.
"Maksudnya gimana, Yon?" tanya balik Dera yang tak mengerti kenapa Dion malah bertanya seperti itu.
"Maksudku, di sini 'kan yang ngekos bukan wanita saja, melainkan ada prianya juga."
Dera pun mengangguk, dia mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Dion.
"Tidak apa-apa, Yon. Lagian kos ini sangat dekat dengan tempat kerjaku. Aku tidak butuh taksi, hanya jalan kaki 5 menit sudah sampai."
Saat Dion ingin bicara kembali, tiba-tiba Bu Ina keluar dari dalam dan sekarang sudah duduk di tempatnya kembali.
Terpaksa, Dion tidak melanjutkan pembicaraan tersebut, dia tidak ingin menyinggung perasaan Bu Ina.
"Ngomong-ngomong Nak Dera dari mana? Kenapa bisa kenal dengan Nak Dion?" tanya Bi Ina sebelum menyerahkan kunci kamar pada Dera.
Bu Ina ingin tahu Dera berasal dari mana, dan kenapa bisa mengenal Dion sang Milioner, pemilik perusahaan terbesar di Surabaya, dan cabangnya ada dibeberapa kota-kota.
"Saya dari Jember, Bu. Kebetulan saya kenal dengan Dion lewat aplikasi game online," sahut Dera melihat ke arah Dion yang ternyata tengah melihat ke arahnya.
Bu Ina kaget saat mendengar jika Dera dan Dion kenal melalui aplikasi game online. Bu Ina tak menyangka sama sekali. Apalagi Dion terkenal cuek, dan tidak memperdulikan wanita yang mengejar-ngejar Dion di dunia nyata, lalu kenapa Dion malah mengenal wanita di dunia online? Bi Ina benar-benar tak mengerti.
Namun, Bi Ina tidak ingin terlihat ikut campur dengan urusan anak muda yang ada di hadapannya. Dia sudah tidak menanyakan hal-hal lain lagi pada Dera.
Bi Ina pun melihat Dera dan Dion bergantian, dia masih tak menyangka jika mereka bisa kenal dari game online, sesuatu yang tak pernah Bi Ina lakukan seumur hidupnya.
"Ya sudah kalo gitu, ayo saya antar kamu ke kamar yang akan kamu tinggali."
Dera mengangguk, begitu juga dengan Dion. Sepertinya Dion ingin tahu Dera akan tinggal di kamar berapa, itu sebabnya Dion memilih ikut melihat kamar yang akan ditinggali oleh Dera.