Dengan kaki bergetar, Arielle mulai melangkah turun berharap bertemu siapapun di pertengahan jalan. Rubah tersebut berlari meninggalkan Arielle seorang diri. Sialnya, badai salju itu semakin lebat saja. Arielle sebisa mungkin menyeimbangkan diri dengan kedua kakinya.
Kedua tangannya mulai terasa kebas. Dan ia pun mulia menggigil. Jalur yang dibuka oleh ksatria yang datang bersamanya tadi pelahan mulai tertutupi oleh salju lagi sehingga Arielle harus eksra hati-hati. Ia merambatkan kakinya terlebih dahulu untuk memastikan ia tidak tergelincir pada jurang.
Dari lebatnya badai salju, Arielle bisa melihat bayangan obor dari kejauhan.
"A-apakah itu penyelamat kita?" tanya July dengan suara bergetar.
Arielle tidak menjawab pertanyaan tersebut karena harus berkonsentrasi pada jalanan di depannya.
July yang sudah tidak sabaran mengangkat tangannya dan berteriak, "Di sini!"