"Permisi … Nona … Nona …"
Aku segera menghapus air mataku dan menoleh ke samping, seorang nenek yang sangat tua berjalan mendekatiku dengan tongkat kayunya. Rambutnya sudah penuh akan uban. Tak ada rambut hitam yang tersisa di sana.
"Ah, maaf. Apakah ini gbuk milik Anda? Saya tidak bermaksud untuk mengganggu, saya hanya ingin beristirahat sejenak."
"Oh, kembali lah duduk, jangan memaksakan dirimu untuk bangun!" ujar nenek itu dengan menyentuh pundak ku dan menyuruhku untuk duduk kembali.
"Dimana rumahmu? Mengapa kau berjalan sejauh ini seorang diri di saat hamil besar?"
"Ah itu…"
Bagaimana caraku untuk menjelaskannya? Aku tidak mungkin mengatakan bahwa aku dalam pelarian?
"AKu … suamiku sedang dalam peperangan, rumahku terbakar dan aku tak tahu harus kemana saat ini."
"Astaga, wanita yang malang…"