"Haru-ya...Dia ARA!!! Gadis pembuat onar di sekolah"
"Mwo? Gadis pembuat onar?"
"Nee....!!! Dia juga gadis yang dekat denganmu saat SD. Seluruh sekolah sudah tahu jika dia gadis bersuara merdu. Dengan keadaannya yang yatim piatu, dia hanya diasuh oleh neneknya. Karena cerdas dia mendapatkan beasiswa dari sekolah ini"
"Yatim piatu?"
"Ne...!!! Ketika kamu pergi meninggalkannya, tidak lama setelah itu orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat"
Aku mendengarkan semua cerita Jiwon tentang Ara. Begitu berat keadaan Ara setelah kutinggalkan dan seketika itu juga orang tuanya meninggalkannya untuk selama-lamanya. Betapa terlukanya hati Ara yang hanya sebatang kara hidup bersama sang nenek. Aku menyenderkan punggungku di tembok ketika seseorang yang dulunya dekat denganku lebih menyedihkan kisahnya dari kisahku. Dan saat itu juga aku tidak berada disisinya. Jiwon melihatku termenung dan tak berdaya.
"Apa yang akan kamu lakukan Haru-ya?"
"Aku akan diam-diam membantunya"
"Mwo...Kamu serius?"
"Jiwon-ssi...!!! Aku akan membayar semua kesalahanku yang meninggalkannya disaat dia membutuhkan seseorang disampingnya. Meskipun aku tidak ingat kenanganku padanya namun aku percaya suatu saat aku akan sembuh dan melanjutkan kisahku dengannya dimasa yang akan datang"
"Haru-ya...Bagaimana dengan Appamu? dia gadis pembuat onar loh?"
"Kamu tenang saja. Aku yakin Appa bijaksana. Aku juga akan sering meminta bantuanmu. Bisa?"
"Baiklah"
Kami berdua kembali kekelas. Guru melihat kami berdua dengan tatapan mengerikan.
"Kalian berdua silahkan memainkan alat musik yang kalian pilih tadi"
"Nee..."
Aku dan Jiwon bergantian menyanyikan sebuah lagu dengan menggunakan gitar. Aku akan membuat lagu dengan lirik yang tiba-tiba aku ingat namun yang kuingat hanya sepenggal nada saja. Entah kenapa aku tiba-tiba saja menyukai musik dan ingin membuat nada-nada yang indah.
***
Di kedai sayur milik nenek Ara hari ini banyak sekali pelanggan yang datang membeli sayur. Untung saja Ara pulang dan membantu neneknya.
"Halmeoni...Ara bahagia bisa membantu nenek disini"
"Ara...kamu harus membantu nenek tapi kamu juga harus sekolah, Lupakan impianmu untuk menjadi penyanyi"
"Halmeoni, jangan bicara seperti itu tentang impian Ara"
"Ara...Jangan bermimpi terlalu tinggi untuk menjadi penyanyi. Belajarlah yang rajin hingga kamu masuk universitas!"
"Halmeoni, Ara ingin menjadi penyanyi terkenal. Suara Ara juga bagus kok nek. Ara akan berusaha keras agar Ara bisa masuk universitas dan menjadi penyanyi terkenal"
"Untuk sekarang belajarlah yang rajin"
"Nee...Gomawo Nek"
Ara terlihat sedih, namun dia akan berusaha keras untuk menutupi semua ekspresi di wajahnya. Dia takut nenek tahu jika dia dikeluarkan dari kelas dan akan membuat nenek semakin terluka.
***
Bel pulang sekolah pun tiba. Siswa-siswi Sakura berhamburan keluar kelas untuk pulang. Di Korea, biasanya anak-anak sekolah langsung menuju tempat Les setelah pulang sekolah. Namun berbeda denganku. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah pergi les sepulang sekolah. Aku lebih memilih berjalan-jalan untuk menikmati udara sore. Aku dan Jiwon keluar kelas dengan bercanda seperti masa lalu yang aku sendiri lupa bagaimana persahabatan kami diwaktu itu. Sopir yang biasa menjemputku sudah berada di gerbang sekolah.
"Jiwon-ssi...Yuk pulang bareng?"
Aku menawarkan tumpangan pada Jiwon.
"Aku masih ada les sore. Aku pulang sendiri saja ya?"
"Aku antar sampai tempat les kamu"
"Gomawo"
Jiwon akhirnya mau kuantar ketempat les.
"Pak, Kita ketempat les ya. Dijalan Namsan"
"Ne...."
Aku melihat ekpresi sopir begitu senang. ada apakah? Ketika sampai ditempat les Jiwon segera turun dan perpamitan denganku.
"Tuan kenapa tidak turun?"
"Nee? Aku hanya mengantar Jiwon. Yuk pak pulang"
"Tuan. Tuan harus les untuk mendapatkan nilai yang bagus. Untuk masuk ke universitas harus mendapatkan sertifikat les untuk menambah nilai"
"Pak...Anda sudah saya beritahu sebelumnya bahwa saya tidak akan pergi les sampai kapanpun!"
Aku meninggikan suaraku pada sopir yang tidak pernah tahu perasaanku. Ketika aku les aku akan teringat semua kejadian ketika kecelakaan. Aku hanya ingat kejadian kecelakaan saat pulang dari les namun ketika kejadian dimasa lalu yang indah aku tidak mengingat apapun.
"Yasudah Tuan, Saya diperintahkan Pak Bagas pergi ke desa dekat sungai Han untuk membeli buah-buahan di petani langsung."
"Boleh saya ikut?"
"Mari tuan"
***
"Ara...Nyanyikan sebuah lagu agar kami bergembira?"
Teriak penjual ikan yang berada tepat di seberang rumah Ara. Ara pun mengiyakan karena setiap hari para pedagang yang berada di kawasan rumah Ara mengetahui jika Ara bersuara merdu dan kerap kali menghibur para pengunjung dan penjual dengan suaranya yang merdu. Ara pun bernyanyi dan menari diiringi musik. Karena hari sudah sore dan pedagang pun sudah berkemas menutup dagangannya, para pedagang mengikuti untuk menari dan menyanyi merayakan kegembiraannya untuk hari ini. Ara juga terlihat bahagi disana. Dia tidak lagi memikirkan tentang kesedihannya.
***
Aku tidak tahu pak sopir membawaku ke desa mana, yang jelas aku ikut dengannya agar tidak bosan dirumah. Setelah sampai di tujuan. Dari kejauhan aku melihat sekelompok orang-orang yang berkerumun seperti mengadakan sebuah pesta
"Tuan, Saya turun dulu membeli buah yang berada disana ya"
"Iya...."
Sopir menunjuk arah berlawanan dengan sekelompok orang yang berkerumun. Aku ingin melihat ada apa disana. Aku keluar dari mobil dan melihat keadaan sekitar. Benar-benar ramai. Kulihat lagi ada gadis bernyanyi dengan mic wortel ditangannya. Dia sangat lucu bagiku.
"Mwoya...?"
Aku memperhatikan gadis itu namun apa yang kulihat bukanlah mimpi. ARA. Gadis yang selama ini aku tinggalkan dengan sejuta kenangan yang aku tidak ingat. Aku memalingkan wajahku ketika dia menolehku. Aku takut jika dia mengenaliku namun aku sendiri lupa dengannya.
Aku akan bicara dengan Appa agar Ara bisa kembali ke kelasnya dan mengikuti ekstra kurikuler dengan bidang studi yang dia ingingkan. Aku ingin melihat wajahnya lagi namun hatiku sakit jika melihatnya dengan keadaan seperti ini. Lingkungan yang kumuh dan hanya tinggal berdua dengan neneknya. Bagaimana bisa dia sebahagia ini? Andai saja aku tidak kehilangan ingatanku pasti dia tidak akan kesepian karena ada aku. Sekarang aku sudah ada disini.
"Ara. Aku harap kamu bahagia. Aku akan selalu ada buatmu meskipun aku tidak ingat denganmu"
"Mworago?"
Aku tidak mengetahui jika sopir sudah berada dibelakangku.
"Aniyo...! Sudah?"
"Sudah tuan. Mari pulang"
"Nee...."
***
Aku melihat Appa sedang mengerjakan sesuatu didepan laptopnya. Tidak biasanya Appa pulang sesore ini.
"Appa tumben sudah pulang?"
"Nee...Haru-ya..Apakah kamu les? Appa menunggumu untuk makan malam bersama dirumah"
"Appa...Haru tidak akan les sampai kapan pun. Mianhe Appa sudah membuat Appa menunggu. Haru akan mandi dulu dan mari makan bersama"
"Iya haru. Appa tunggu"
Kami makan malam bersama dengan Bi Ijah dan Pak sopir. Keluarga kami tidak membedakan antara majikan dan Asisten rumah tangga untuk makan bersama. dimata keluarga kami semua kasta sama.
Aku akan berbicara dengan Appa mengenai Ara yang dikeluarkan dari kelas oleh guru kelasnya setelah makan malam selesai.
"Appa...Boleh haru bicara sama Appa?"
"Iya silahkan saja nak. Apa yang mau kamu bicarakan sama Appa?"
Aku yakin jika Appa adalah Appa yang baik dan Ceo yang baik untuk menjadi pemimpin.
"Aku ingin meminta bantuan Appa sebagai seorang murid. Boleh nggak pa?"
"Masalah apa?"
"Ada teman Haru yang dikeluarkan dari kelas karena membuat onar, tapi dia punya kelebihan Pa, Suaranya sangat merdu namun guru kelasnya tidak suka dengannya! Haru ingin membantu biar dia bisa masuk kelas lagi. Bagaimana Pa? apakah bisa Appa membantu?"
"Waaahh sepertinya sulit, karena masalah ini hanya diselesaikan oleh guru kelas dan siswa yang bersangkutan"
"Tapi Pa, dia juga siswi yang pintar. Sayang jika ketinggalan pelajaran"
"Baiklah akan Appa usahakan. Siapa namanya? Kelas berapa?"
Aku pun menceritakan identitas Ara pada Appa. Aku berharap Appa bisa membantu Ara. Untuk membayar semua kesalahanku hanya ini yang bisa kulakukan untuknya