Chereads / It's You - Mine / Chapter 13 - #12 Kisah Yang Baru

Chapter 13 - #12 Kisah Yang Baru

Setiap sore sepulang sekolah aku terbiasa dengan udara sungai hangang. Namun hari ini terasa berbeda, benar-benar sejuk, nyaman dan ingin sekali aku menghirup udara sesejuk ini bersama Ara. Gadis masa laluku yang kutinggalkan dengan keadaan yang aku sendiri tidak dapat mengingat kenangan indah bersamanya.

Tidak untuk sekarang, tapi nanti setelah aku sembuh. Aku meyakini diriku sendiri bahwa aku bisa sembuh dan mengingat semuanya. Eomma, Ara, Jiwon dan kenangan indah lainnya bersama keluarga dan sahabatku.

"Tuan muda, sudah waktunya pulang"

Ahjussi sopir membuyarkan semua lamunanku tentang semua masa depan yang indah bersama orang-orang terdekatku.

"Ne...Mari Ahjussi"

***

Di malam yang begitu dingin aku membuka lagi foto-foto jadul yang telah lama kulupakan bersama dengan kenangan indah.

"Haru-ya...Putra Appa satu-satunya yang sudah tumbuh dewasa sekarang"

Appa mengelus kepalaku lagi setiap melihatku bersantai di sofa depan tungku penghangat. Aku mengerti perasaan Appa saat ini. Appa berusaha keras untuk memulihkan ingatanku namun lagi-lagi aku belum bisa menyembuhkan ingatanku. 'Mianhe Appa'

"Appa..!! Gomawo. Appa sudah merawat Haru sampai haru dewasa. Maafkan Haru. Haru belum bisa menjadi Haru yang Appa inginkan"

"Naak...Appa tidak menginginkan apa-apa dari kamu. Appa hanya ingin kamu tumbuh dengan baik, tumbuh dengan sehat bersama Appa"

Aku melihat mata Appa berkaca-kaca. Appa sangat sayang padaku. Appa meluangkan waktunya yang benar-benar sibuk menjadi direktur untuk berkumpul bersama keluarga. Walaupun tidak ada Eomma. Jika aku bertanya tentang Eomma apakah Appa akan marah? kurasa tidak. Aku belum mencoba bertanya tentang Eomma pada Appa beberapa tahun ini.

"Appa? Apakah Appa masih sering callingan sama Eomma?"

Appa terdiam sejenak mungkin memikirkan jawaban yang bisa kupercaya. Aku tahu Appa menyembunyikan sesuatu dariku tentang Eomma.

"Aniyo Haru-ya...!! Eomma sudah tidak pernah lagi menghubungi Appa!"

'Boya? Apakah Eomma tidak ingat aku? apakah Eomma sudah mempunyai kehidupan baru? apakah Eomma sudah lupa jika dia masih mempunyai putra aku?'

"Haru-ya...Appa tidak ingin kamu berfikir negatif tentang Eomma mu, siapa tahu Eomma sangat sibuk atau ganti ponsel baru. Appa harap kamu bisa mengerti keadaan Eomma saat ini"

"Ne Appa..."

Aku mempunyai fikiran yang sama dengan Appa tentang Eomma. Aku tahu jika Appa membohongiku. Dimana lagi aku mendapatkan informasi tentang Eomma. Aku ingin memberitahunya jika aku putranya sudah berada di Korea dan ingin bertemu dengannya.

"Appa juga ingin sekali bertemu Eomma, tapi keadaan memaksa Appa untuk mengurungkan niat Appa"

"Waeyo?"

"Haru-ya..."

Appa menepuk pundakku pelan. Aku tahu maksut Appa. Appa tidak ingin Eomma tahu tentang keadaanku yang masih belum pulih.

"Appa..Mianhe. Tunggu sebentar lagi, Haru pasti bisa memulihkan ingatan Haru kembali"

"Appa yakin kamu bisa melewati semuanya nak. Jangan paksa dirimu untuk mengingat apa yang kamu tidak ingat. Biarkan ingatan itu kembali dengan sendirinya"

Aku hanya tersenyum mengiyakan nasehat Appa.

"Gomawo Appa"

"Oh ya...Appa sudah bertemu dengan temanmu dan Appa sudah membantunya masuk ke kelas musik"

Tiba-tiba saja Appa membahas tentang Ara.

"Ne??"

"Wae...Kenapa kamu terkejut seperti itu?"

Aku tertawa entah apa yang kutertawakan, yang jelas saat ini perasaanku benar-benar sulit kumengerti tentang Ara.

"Anak Appa kenapa tertawa lepas bahagia?"

"Aniyo Appa. Gomawo. Hanya Appa yang bisa Haru andalkan untuk masalah seperti ini. Appa benar-benar Direktur yang bijaksana bagi murid. Sekali lagi gomawo Appa"

"Apakah kamu suka dengannya?"

Apa selalu seperti ini menggodaku dan menambah suasana dirumah menjadi hangat.

"Appa..!! Belum saatnya. Haru belum sembuh!"

"Nak...Sembuh sekarang atau nanti jika ada yang menerima keadaan kita kenapa kita harus menghindarinya? Semua ada hikmah dibalik kejadian kelam"

Appa menepuk pundakku menguatkanku.

"Gomawo Appa"

***

Saat pertama masuk gerbang sekolah orang pertama yang kucari adalah Jiwon. Aku ingin mengungkapkan semua apa yang kurasakan terhadap Ara pada Jiwon. Jiwon pasti tahu semua tentang Ara dari pertama aku meninggalkannya sampai aku kembali lagi kesini. Mungkin kalau diceritakan tidak akan selesai hari ini.

"Haruya..Ini kue dariku. dimakan ya?"

"Haru...ini coklat dari london oleh-oleh dari Appaku"

'Mwo..Ada apa ini kenapa aku diberi hadiah? seingatku aku nggak ulang tahun hari ini'

Semua mata tiba-tiba melihatku dan menatapku terkesima. Ada apa hari ini?

Aku melangkahkan kakiku menuju kelas tiba-tiba seseorang menarikku dari samping ke tempat sepi. Ternyata Jiwon. Aku sangat kaget hingga teriak.

"Jiwon-ssi!!"

"Ssssttttt....!!! Haru-ya! Semua gadis-gadis mencarimu"

"MWOO??"

"Memang ya..kalau orang tampan itu dimana-mana pasti dicari para gadis-gadis"

Benar-benar gila untuk hari ini. Tertawa Jiwon sama sekali tidak lucu bagiku.

"Boya...!!!"

"semua gadis tergila-gila sama suara kamu kemarin di ruang musik. Terutama dongsaeng, Waaah Daebaakk baru masuk sekolah disini aja kamu langsung tenar"

Aku tersenyum kecut mendengar alasan Jiwon.

"Niihh buat kamu"

Aku berbalik menyerahkan semua hadiah ke Jiwon dengan sikapku yang cool dan jutek yang akan membuat gadis-gadis mengejarku.  Ets, sebentar. Aku tidak akan buaya disini. Meskipun aku banyak gadis hanya 1 gadis yang akan meluluhkan hatiku. Ara.

Bicara soal Ara aku teringat akan membicarakan ini sama Jiwon. Dengan terpaksa aku balik lagi ke Jiwon untuk mengetahui informasi soal Ara.

"Jiwon-ssi..."

"Wae....!! Mau ngambil hadiah lagi? sudah dikasih nggak bisa diambil lagi"

Waaah gila nih si Jiwon malah balik meninggalkanku. Tanpa ragu-ragu aku menarik kerah baju belakangnya.

"Wae...wae...wae..."

Kami pun tertawa bersama dan saling menggoda. Aku sampai tidak menyadari jika Bora dan Ara sudah berapa dihadapan kami.

"Asyik bener nih berdua, bawa-bawa makanan nggak bagi-bagi. Sini dong"

Bora mengambil salah satu makanan dari tangan Jiwon. Bora dan Jiwon saling berebut makanan. Sedangkan aku bertatap mata dengan Ara. Salah tingkah yang tidak bisa kuhindari. Ara menatapku dengan jelas. Mata kami saling bertemu, bagaimana jika Ara mengenaliku?

"Eheeemmm...."

Untunglah Jiwon membuyarkan pandangan kami. Aku akan segera pergi agar Ara tidak terlalu menemukan aku yang dulunya adalah teman masa kecil yang meninggalkannya.

"Haru-ya....Haru....!!!"

Aku minta maaf Jiwon, Ara, Bora, aku meninggalkan kalian. Pura-pura tidak peduli sama kalian. Ara, Maafkan aku. Aku ingin sekali mendekatimu dan bercanda bersama, namun aku tidak ingin kamu mengetahui tentang amnesiaku dan meninggalkanmu tanpa kabar.

"Dasar cowok kulkas"

Bora mengumpat Haru dari dibelakang. Sementara Ara masih tersenyum sudah bisa menemukan pria yang selama ini dia cari.

"Ra? baik-baik aja kan?"

"Ne...Baik Oppa"

Jiwon melihat Ara yang masih memandang punggung Haru yang meninggalkannya.

***

"Sumpah, kamu itu beneran kulkas deh "

Bora datang-datang menggebrak mejaku disaat aku memainkan ponsel.

"Wae...?"

Seperti biasa aku menjadi cool dan berkarisma

"Waaah Daebak...! Gadis secantik Ara kamu jutekin. Kamu gila ya, Udah gitu kamu tinggalin. Waaahh waaahhh!!"

Bora terlihat heran dengan sikap jutekku. Apakah Bora tahu tentangku yang meninggalkan Ara?

"Mwooo?? Bora-ya...!!! Kamu tidak tahu maksutku, bukan aku mening-"

"Haru-ya, Aku ingin bicara sama kamu"

Jiwon terlihat serius sampai memotong pembicaraanku sama Bora.

***

Di ujung perpustakaan aku dan Jiwon saling mengungkapkan tentang Ara.

"Haru-ya, Apa kamu tidak percaya jika Ara yang aku ceritakan adalah Ara yang kamu lihat sekarang"

"Ne...! Aku percaya. Aku melihatnya sangat mirip di foto ini!"

Aku menyodorkan selembar foto masa kecilku bersama Ara.

"Ne...Ini Ara! Kenapa? kenapa kamu menghindarinya?"

"Jiwon-aa....!! Meskipun aku tidak bilang, mungkin kamu tahu alasannya kenapa aku selalu menghindarinya"

"Jangan karena Amnesia kamu menjadikan alasan untuk menghindari Ara. Haru-ya...!! Ara pasti mengerti dengan keadaan kamu sekarang"

Memang benar apa yang dikatakan Jiwon. Namun aku belum bisa siap untuk berhadapan langsung dengan Ara.

"Jiwon-ssi, kamu tidak tahu bagaimana rasanya menjadi aku. Berhadapan langsung dengan gadis yang kutinggalkan beberapa tahun lalu, dan brengseknya lagi beberapa minggu lalu aku baru mengetahuinya jika aku pernah punya kisah dengannya"

"Pria macam apa aku ini? Dia mencariku, membutuhkanku, tapi aku hanya diam! Tidak tahu apa-apa tentangnya! Sekarang aku tiba-tiba muncul dihadapannya tanpa bertanya bagaimana kabarnya sekarang"

"Betapa sakit hati Ara jika tahu kalau aku adalah kisah masa lalunya. Heem? Aku harap kamu bisa membantuku. Jangan pernah mengungkit lagi kisah masa laluku dengannya. Aku ingin memulai kisah yang baru dengan Ara sebagai Haru dimasa depan"

"Haru-ya??"

Jiwon menatapku dengan rasa Iba.

"Jebaal..!! Entah suatu saat aku akan sembuh atau tetap dengan amnesiaku aku mohon jangan pernah bicara tentang masa lalu lagi. Masa laluku dan masa lalu Ara benar-benar kelam. Jadi aku akan memulai kisahku dengan Ara sekarang untuk kisah di masa depan bukan memperbaiki kisah di masa lalu"

"Baiklah. Kita semua memulai dari awal lagi. Haru yang dulu bukan lagi Haru yang sekarang. Dan Jiwon yang lalu juga bukan Jiwon yang sekarang. Gitu kan?"

"Ne...!! Gomawo Jiwon-ssi"