Kim Byeong In melemparkan semua kesalahan pada istrinya padahal dia sendiri yang sedang bermain api di pernikahan mereka. Dia hanya mencari kebenaran atas kesalahan yang telah dia lakukan namun dia cukup sombong untuk mengakui jika dirinya yang bersalah di sini.
Setelah berhubungan kembali dengan Shin Hyorin, Kim Byeong In banyak berubah pada Yoo Si Jin, selain marah-marah dia juga tidak segan-segan untuk memukul istrinya itu meski di depan anak-anaknya. Dia nampak bertolak belakang seperti orang yang berbeda sebelum dia kembali ke mantan kekasihnya.
Bahkan Kim Byeong In jarang pulang dan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan selingkuhannya, dia hanya akan pulang untuk mengambil keperluannya dan pastinya akan bertengkar setiap kali bertemu dengan Yoo Si Jin.
"Wanita mana yang akan tahan dengan perlakuan laki-laki seperti dirimu," Keluh Yoo Si Jin menahan air matanya sambil melihat suaminya yang baru saja pulang bekerja dan sudah akan pergi lagi dengan pakaian yang cukup rapi.
"Aku akan kembali seperti dulu jika kamu sudah bisa merawat tubuhmu seperti pertama kali kita bertemu," ucap Kim Byeong In sambil berlalu, setelah memakai sepatunya.
Setelah suaminya pergi Yoo Si Jin ambruk di lantai, dia menangis tersedu-sedu sendirian. Dia sama sekali tidak menyangka jika suaminya yang dulunya sangat baik bisa memperlakukan dirinya seperti ini.
"Mana mungkin aku bisa seperti dulu lagi saat aku harus mengurus anak kita yang masih kecil-kecil," Ketiga anak laki-laki yang masih kecil benar-benar menyita semua waktu ibu muda itu.
Yoo Si Jin mendengar anaknya yang paling kecil menangis saat balita itu mengetahui ibunya tersedu-sedu di lantai, Kim Jung Hwan memeluk ibunya dan ibunya juga membalas pelukan putranya yang belum lancar berjalan itu. Dia tidak tahu jika anaknya yang lain juga sedari tadi memperhatikan pertengkaran mereka, kedua anak laki-lakinya yang lain juga datang dan ikut memeluk ibunya, satu ibu dengan tiga anak laki-laki kini sedang saling berpelukan sambil menangis semua.
Yoo Si Jin berusaha untuk berhenti menangis agar anak-anaknya juga berhenti menangis namun tidak kunjung berhasil, dia bertahan dengan hubungan tocix ini karena tiga buah hatinya masih memperlukan perhatian dan kasih sayang dari ayahnya, meski kini sudah tidak lagi seperti dulu.
Meski Yoo Si Jin tahu jika suaminya hanya mencari alasan untuk menutupi kesalahannya sendiri yang dia buat namun tetap saja masalah ini membuat wanita ini tidak tahan dan membuatnya stress.
Yoo Si Jin memiliki kebiasaan buruk jika dia stress dia akan semakin banyak makan untuk menghilangkan masalah yang ada di otaknya dan itu semakin menambah masalah yang dia hadapi, karena berat badannya semakin hari semakin bertambah yang membuat suaminya benar-benar mengabaikan dirinya.
Ini terlalu berat untuk Yoo Si Jin namun dia berusaha sekuat tenaga untuk berdamai dengan dirinya sendiri, pernikahan tidak selamanya mulus, dia akan bertahan dengan gelombang besar yang menerpa kehidupan rumah tangganya, pasti ada titik terang di masalah mereka.
Jika dia menyerah bagaimana dengan ketiga buah hatinya yang masih kecil-kecil, dia menata hati dan pikirannya agar tidak terbawa suasana, mencoba berpikir kekurangan yang dia miliki yang membuat suaminya berpaling
Kini mereka sudah jarang bertengkar karena Yoo Si Jin tidak lagi menuntut dan mempermasalahkan Kim Byeong In yang berselingkuh di belakangnya, karena mereka jarang bertengkar Kim Byeong In kini sedikit lebih betah di rumah meski mereka jarang bicara.
Dia datang untuk menemui anak-anaknya yang tampan, Yoo Si Jin sama sekali tidak punya masalah dengan keuangan karena Kim Byeong In masih bertanggung jawab menafkahi keluarganya. Dia hanya kehilangan sosok laki-laki yang sangat mencintainya dan selalu hangat, Kim Byeong In sekarang seperti orang asing bagi dirinya.
Ikhlas itu bohong, yang ada hanya karena terpaksa lalu terbiasa, Yoo Si Jin juga begitu, dia lelah bertengkar dengan suaminya dan memilih untuk diam, dia juga melayani dengan baik jika suaminya pulang dan sama sekali tidak mempermasalahkan apalagi ingin tahu apa yang di lakukan oleh suaminya di luar rumah.
"Apa kamu sudah tidak marah lagi padaku?" tanya Kim Byeong In pada istrinya saat mereka bersiap untuk tidur.
"Lelah."
Jawab Yoo Si Jin singkat, dia memejamkan matanya, dia sangat lelah dengan aktifitasnya seharian, anak-anaknya hiperaktif yang membuat wanita itu tidak bisa beristirahat.
"Terimakasih," Yoo Si Jin tidak menjawab dia masih diam seperti sudah tidur, anmun dia membuka matanya saat merasa jika ada tangan melingkar di pinggangnya. Kim Byeong In memeluk Yoo Si Jin dari belakang, sebuah kecupan mendarat di tengkuknya dan kini tangan itu menjalar ke beberapa bagian tubuh Yoo Si Jin.
Jujur Yoo Si Jin sudah hilang refleks pada suaminya sendiri, yang terlintas di otaknya suaminya sedang menjamah selingkuhannya, apalagi saat ini mulut Kim Byeong In berbau alkohol.
"Apa yang kamu inginkan?" Satu pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Yoo Si Jin, apalagi yang akan di lakukan seorang laki-laki pada istrinya jika mereka sudah ada di atas ranjang.
"Aku rindu padamu," jawab Kim Byeong In dan dia tidak mengalihkan wajahnya dari tubuh Yoo Si Jin.
Yoo Si Jin mengumpat di dalam hatinya, dia benar-benar tidak sedang menginginkan ini, namun dia juga tidak bisa menolak keinginan suaminya, kemungkinan terbesar yang akan terjadi jika Yoo Si Jin menolak keinginan Kim Byeong In malam ini, pasti akan ada pertengkaran besar dan pastinya Yoo Si Jin yang tidak di untungkan.
Kim Byeong In akan marah, menjadi murka dan Yoo Si Jin akan di pukuli lagi, dan mereka akan melakukan itu dengan keadaan marah dan itu sangat menyakitkan, melakukan dengan suka rela, damai akan mempercepat waktu dan itu akan di lakukan oleh Yoo Si Jin, meski dia tidak ikhlas.
Paling dia hanya akan merasakan sakit hati saat berhubungan dengan suaminya sendiri dari pada tubuhnya akan mendapatkan luka dari perlakuan kasar laki-laki yang menikahinya itu.
***
Nyatanya hubungan damai itu hanya bertahan satu bulan, dan semuanya semakin di buat rumit, saat Kim Byeong In mengutarakan keinginannya.
"Aku akan menikah lagi," ucap Kim Byeong In saat mereka makan malam bersama.
Tangan Yoo Si Jin berhenti di udara saat mendengar ucapan suaminya itu yang dengan wajah tanpa bersalah, ucapan meluncur begitu mulus seperti tanpa beban.
"Ceraikan aku," jawab Yoo Si Jin tanpa mengangkat kepalanya.
"Tidak, aku tidak akan menceraikan kamu meski kamu memintanya seribu kali setiap hari."
"Aku akan mencari surat cerai sendiri," Yoo Si Jin mengangkat kepalanya dan mereka saling bertatapan, Yoo Si Jin sudah berpikir berulang-ulang kali jika dia sudah tidak tahan lagi dan ingin lepas dari genggaman Kim Byeong In.
"Dan aku pastikan kamu hanya akan keluar dari rumah ini sendirian tanpa membawa apapun, ketiga anak laki-laki itu akan ikut bersamaku, semua hak asuh akan jatuh kepadaku," Yoo Si Jin terdiam seketika mendengar ancaman dari suaminya itu.
Dia bisa melepaskan dan hidup tanpa Kim Byeong In namun dia tidak yakin jika dirinya bisa meninggalkan ketiga anaknya hidup dengan laki-laki ini, Yoo Si Jin tidak akan menganggap omong kosong perkataan suaminya itu, hukum bisa di beli dengan uang dan laki-laki itu tidak kekurangan uang sama sekali.
Yoo Si Jin memejamkan matanya, dia menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan laki-laki yang sudah membahagiakan dirinya dan juga memberikan tiga anak laki-laki, namun dia juga yang telah memporak-porandakan hatinya sampai menjadi abu.
"Kenapa kamu menikahinya jika kamu tidak ingin melepasku?"
"Dia hamil."
"Heh," Yoo Si Jin tersenyum smirk, mendengar pernyataan suaminya yang dengan jujur telah menghamili wanita lain.
"Apa tiga anak laki-laki tampan belum cukup untukmu?"
"Aku ingin anak perempuan."
"Oh ..., maaf aku tidak bisa memberikan anak perempuan untukmu."
Mereka berdua terdiam dan melanjutkan makan malam mereka, seperti tidak ada yang terjadi apapun.
"Jika begitu menikahlah," kata Yoo Si Jin sambil berdiri membawa piring kotornya.
Laki-laki itu memandang punggung wanita yang sudah lama dia nikahi itu, dia tidak menyangka jika kata-kata itu akan keluar dari mulutnya, padahal beberapa bulan yang lalu dia menangis meronta-ronta saat tahu hubungan gelapnya dengan wanita lain.
"Kamu yakin?" Kim Byeong In memastikan jika dirinya tidak salah mendengar.
"Apakah ada pilihan lain? Apakah kamu akan membatalkan rencanamu jika aku tidak setuju, aku rasa tidak?" jawab Yoo Si Jin santai sambil mencuci piring.
"Kenapa kamu setuju?"
"Aku sadar dengan kekurangku, aku sudah tidak lagi secantik dulu, seseksi kekasihmu dan juga aku tidak bisa memberikan kamu anak perempuan."
Kali ini Kim Byeong In tidak menjawab dia memperhatikan ekspresi tenang istrinya seakan-akan mereka sedang membahas sesuatu yang tidak penting.
"Semoga kamu bisa mendapatkan anak perempuan dari kekasihmu."
Puncak kemarahan seorang istri adalah diam, wanita akan diam dan menerima semuanya jika mereka sudah lelah. Wanita tidak akan peduli lagi dengan apa yang akan di perbuat oleh laki-laki jika hatinya benar-benar sudah hancur.