_______________25 Januari 2000
"Perkenalkan nama saya Alvin " kata Alvin kata kami semua.
Alvin adalah penghuni kamar kos kedua. Profesinya adalah sebagai seorang pedagang. Dia mempunyai kios besar di pasar yang letaknya tidak jauh dari rumah kakek. Alvin rencananya hanya kos selama beberapa bulan saja sambil menunggu rumah yang sedang di bangun selesai dibangun. Alvin berasal dari kota Makmurjaya yang berjarak 300 kilometer dari desa kami.
Alvin nampaknya adalah pedagang sukses. Dia membagikan kami 5 buah buku tebal per orang. Total buku yang dia bagikan ada 25 buku. Kami berterima kasih atas kebaikan Alvin.
Alvin juga sudah memiliki kekasih yang bernama Arina. Arina datang mengantar Alvin untuk hari pertamanya kos. Arina adalah gadis yang baik dan mudah bergaul dengan kami semua.
Alvin menepati kamar Evy sebelumnya. Tinggal di kamar bercat pink tidak masalah buat Alvin. Tasnim, Ilyas, dan Idris membantu Alvin menata kamar. Sedangkan Arina tak lama kemudian mohon pamit karena ada urusan lain yang hendak di lakukan
Kakek kemudian mengajak kami semua makan malam. Alvin diajak pula. Sedangkan Yusuf masih berada di PUSKEMAS lantaran lembur. Kakek memimpin membaca do'a sebelum makan setelah itu kami semua makan dengan lahapnya. Lauk kami sederhana saja, hanya nasi, sayur bening kelor dan ikan goreng. Namun menu sederhana itu jadi terasa mewah lantaran di makan bersama keluarga.
Alvin tersenyum melihat aku dan Evy makan sepiring berdua. Idris dan Ilyas juga sepiring berdua. Hanya Tasnim yang kehilangan pasangannya. Biasanya saat Visya masih hidup maka dia adalah rekan sepiring berdua Tasnim. Kami makan sambil melantai dengan menggunakan meja lesehan. Saat Idris dan Ilyas sudah kehabisan lauk ikan goreng, Tasnim segera membagikan ikan gorengnya sepotong untuk mereka berdua. Pun ketika Tasnim kehabisan nasi di piringnya, dia segera sepiring bertiga dengan aku dan Evy.
Setelah makan, Idris dan Ilyas mengumpulkan piring kotor untuk dicuci. Mereka berdua memang memegang tugas tugas cuci ini sejak masih SD sampai sekarang.
Kakek dan nenek izin untuk berkunjung ke rumah keluarga. Aku, Evy, Tasnim, dan Alvin melewati malam di taman belakang yang sudah di tata Tasnim dengan begitu indah.
Taman itu punya lampu kelap-kelip yang indah. Ada tempat duduk untuk nongkrong yang dicat berwarna hijau. Di situlah kami duduk sambil berbincang-bincang.
"Aku iri melihat kedekatan keluarga kalian" kata Alvin.
Kami mendengarkan apa yang Alvin sampaikan.
" Di keluargaku tak ada suasana sehangat tadi, padahal aku punya dua kakak dan satu adik "kata Alvin " Semua saudara kandung "
" Kakakku akan selalu iri kepadaku jika aku berhasil dan akan senang jika aku susah. Melihat Tasnim mau membagikan ikan gorengnya yang tinggal sedikit kepada Idris dan Ilyas tadi membuatku tak berkata - kata, jika saja kakak sebaik Tasnim " kata Alvin
Alvin meneteskan airmatanya. Dia segera menghapusnya.
" Aku merantau disini pun karena merasa tidak nyaman di tempat asalku lantaran sikap keluargaku yang terlalu dingin kepadaku " kata Alvin
Tasnim menepuk bahu Alvin
" Mulai hari ini kami semua adalah adikmu " kata Tasnim.
Idris dan Ilyas yang sudah selesai mencuci piring kotor pun ikut bergabung. Mereka berdua duduk di hadapan Alvin.
" Jadilah bagian keluarga kami " kata Evy
Alvin tersenyum. Kos di rumah kakek bukan hanya membuatnya mendapat naungan baru namun juga memberinya keluarga baru. Alvin mungkin bisa membayar uang kos, namun untukmembayar agar bisa mendapatkan keluarga sehangat kami itu tak bisa dia lakukan. Memang banyak hal yang tidak bisa dibeli dengan uang dan beruntunglah mereka yang memilikinya.
_____________________________________Tahun 2020
Bel kembali berbunyi. Suamiku membuka pintu dan tamu selanjutnya adalah Ilyas dan Naira kulihat perut Naira semakin besar, isteri Ilyas ini memang sedang hamil 8 bulan.
Ilyas dan Naira duduk di samping Inayah.
" Apa kalian sudah tahu kalau kakak kalian mau menikah lagi?" tanya Inayah kepada Ilyas dan Naira.
" Bukan mau tapi mereka sudah menikah " kata Ilyas " Kami kemari untuk memberitahukan hal itu kepada Maura, kami tak menyangka kak Inayah ada di sini."
Inayah meneteskan airmatanya. Aku tak tahu mau mengatakan apa. Naira menyodorkan sapu tangan untuk Inayah. Inayah mengambil sapu tangan itu dan menghapus airmatanya.
" Kak Tasnim malah sudah lama menikahi Giana. Mereka sudah dikarunia satu anak laki-laki berusia tiga bulan " kata Ilyas lagi.
Semakin pecah tangis Inayah. Naira merangkul Inayah untuk menyenangkannya
" Jadi kau tahu dimana Tasnim dan Giana berada ?" tanya suamiku kepada Ilyas.
" Idris yang tahu " jawab Ilyas.
Suamiku segera menelepon Idris dan memintanya untuk segera ke rumah kami secepatnya.
......