Chereads / PENGACAU / Chapter 3 - PERKENALAN KARAKTER

Chapter 3 - PERKENALAN KARAKTER

Sedikit perkenalan karena diawal cerita saya tidak menceritakan siapa nama kami. Kami bertiga sekawan yang di satukan oleh hubungan persaudaraan, yang paling tua adalah kiraniyani sulfitri, tanggal lahir 24 April 1999. dia ini bertubuh kecil sebanyak apapun dia makan tidak pernah berat badannya naik pasti 40kg dan tingginya 150 cm, dia juga anak tekondo. Dia seorang wanita yang keras kepala, susah diatur, centil, berkulit sedikit coklat. Pembakang punya suara seperti toa, kasar namun memiliki hati yang lembut dan sedikit penangis. Kelebihan dia adalah tawa terbahak-bahak suara yang begitu keras, suka pacaran, suka hidup bebas, memiliki pergaulan luas dan mudah akrab dengan orang lain. dia juga anak pindahan dari kota duri, kedua orangtuanya lama merantau diduri. Pada saat dia pindah, sebenarnya orang tuanya ingin kembali ke kampung halaman tapi tidak secara keseluruhan melainkan bertahap-tahap. Dia dikenal dengan nama "Mandau" atau "Mandauise", karena dia berasal dari kota mandau.

Dia juga merupakan sepupu saya, ibu kami adalah saudara kandung dan sedikit memiliki kemiripan, makanya tak heran jika kami sedikit mirip.

Kedua yaitu saya, perkenalkan Riska Amelia Putri, lahir pada tanggal 27 Juli 1999. Seorang yang keras kepala, nakal, pintar, memiliki suara yang besar juga, memiliki tata krama, tidak suka berpacaran, selalu berpikir positif, ramah dan suka berteman dengan siapa saja. Diantara kami bertiga saya yang paling gemuk dengan berat badan 58 kg dan tinggi 149cm. Berkulit gelap dari yang lain, eetttzzz jangan salah tapi saya manis lo meskinpun berkulit gelap. Saya seorang wanita kampung yang tak pernah menginjakkan kaki keluar dari kampung halaman ini. Menutup dirinya untuk berubah, bepikir tidak ingin kehilangan jati dirinya yang selama ini, selalu optimis untuk melakukan apapun, dan pekerja keras. Seorang yang menganggap dirinya sebagai pengganti saudaranya, hal yang dilakukan anak laki-laki selalu dia lakukan, terus berpikir cara mendapatkan uang, bisa membaca peluang bisnis, punya semangat untuk belajar. Namun sayangnya, wanita ini dikenal dengan sebutan "Ratu terlambat", tiada masa disekolah dia terlambat, kalau dia datang pagu sebuah pertanyaan bagi gurunya dan orang dikampung.

Dikenal kasar pada orangtua, sebenarnya tidak kasar, tapi begitulah suasana keluarga kami. Saya berbicara pada ayah layaknya berbicara kepada teman, tapi bukan saya tidak menghargai beliau, saya selalu mendengarkan perkataan beliau maka jarang sekali untuk kami bertengkar, tetapi jika ayah sudah marah, jalan satu-satunya adalah diam dan mendengarkan beliau dengan baik, kalau tidak maka sampai pagipun tak akan berhenti berbicara. Saya sering dimarah oleh bibi saya karena cara bicara kepada ayah yang dianggal kurang sopan, saya tidak pernah menghiraukannya selagi ayah tidak marah dan saya rasa itu tidak kasar. Saya benar-benar beruntung berada di tengah keluarga ini, kelurga tanpa aturan yang mengekang, penyayang, saling pengertian dan saling mendukung satu sama lain. Meskipun kamu kelurga yang kasar tanpa aturan kata orang, tapi kami tahu batasan kami, tahu mana yang salah dan mana yang diperbolehkan. Saya merasa nyaman berada dalam kelurga kecil ini, saya tak pernah kekurang sayang dari siapapun. Makanya, saya tidak tertarik di dunia pacaran karena semuah sudah saya miliki dalam kelurga ini.

Ketiga yaitu Ciraliya, lahir pada tanggal 19 Agustus 1999, dia seorang wanita yang lemah, ayu namun pekerja keras juga. Dia berkulit putih diantara kami, tapi berbadan kurus, berat badanya sekitar 45kg tapi tingginya 165 cm. Panggilannya adalah "Tulang" memiliki mulut yang pedas, pengetahuannya luas, rasa ingin tahu-nya tinggidan memiliki cita-cita menjadi polwan. Namun, terhalang oleh kondisi fisiknya yang lemah hingga keinginannya pupus. Dia adalah salah satu teman lama saya, kami telah berteman dari SD hingga sekarang ini. Dia seorang piatu, tinggal dengan adik ibunya, ibunya meninggal ketika baru lahir. Dia diasuh oleh nenek dan bibinya, ayahnya kembali menikah.

Dia mungkin tak seberuntung kami berdua, selalu berada dalam tekanan keluarganya, merasa di kucilkan dalam keluarga dan lingkungan, tapi keluarga selalu sayang dengan dia, tapi cara mereka memperlakukannya yang membuat dia merasa keluarga tidak sayang padanya. Dia juga tidak suka berpacaran pada kala itu, paling takut dengan laki-laki, tidak bisa didekati, paling sensitif galau digelitik. Seorang perempuan yang hidup dalam tekanan selama bertahun-tahun, ingin bebas tapi apalah daya, sebuah kebebasan tak pernah menghampirinya sehingga sekaramg, seorang anak setiap waktu merindukan ibu kandungnya, rindu pelukkan ibunya, rindu belayan ibunya dan ingin di sayangi. Menyendiri dalam gelap malam dan membutuhkan puncak untuk menyandarkan ceritanya.

Saya dan kiran hanya mampu menjadi menyadarnya, tapi tidak pelepas rindu yang selama bertahun-tahun ini dia pendam, hanya tahu ibunya dari tulisan dan baju-baju ibunya.

Begitulah hubungan persahabatan kami, kamu hanya beda bulan saja dan masih dalam tahun yang sama, sebuah takdir tuhan yang menabjukkan, sebuah rencana tuhan yang sudah disusun, melewati masa kecil berbeda dan disatukan pada masa menuju kedewasaan, saya rasa ini bukan kebetulan namun suratan takdir tuhan.