Pada awal sekolah kami belum begitu akrab, kami mengganggap hubungan kami hanya sebatas persaudaraan saja, saya akrab dengan kedua orang ini. Namun mereka berdua belum begitu akrab, kami seperti lampirin yang terbagi dua, ada batas antara kami mungkin karena belum kenal. Pada saat ospek kami dimulai membiasakan diri dengan melakukan segala sesuatu bersama hingga kami berada pada gugus yang sama. Awalnya kami hanya bercanda biasa saja, tiga hari ospek berlalu dengan kejadian yang sedikit mengerikan. kami sama-sama tidak mengukai seorang senior yang judes dan tak henti membuat kami kesal, tidak pernah percaya dengan perkataan kami.
Diospek kami sering dihukum karena pembangkang, dan kebiasa buruk saya juga "terlambat". ini kebiasan yang sedikit sit saya hilangkan hingga saya berpikir tidak oranf bakal menerima saya bekerja jika saya terus terlambat. Saya disurug jalan jongkok dan mencabut rumput, saya merasa capek lalu meminta untuk istirahat,
"nggak ada yang boleh istirahat, lanjutkan jalan jongkoknya" (berteriak)
"tapi saya benar-benar capek kak, saya butuh istirahat sebentar, nanti saya lanjutkan lagi hukumannya kak,"
"lanjutkan, setelah itu baju istirahat"
Karena tahu saya salah, maka saya melanjutkan hukumannya dan memaksakan diri untuk kuat berjalan dan memiloh bergunab sendiri,
"sabar..... namanya kita anak baru ris, terima aja, siapa suruh lu telat?, yang sabar ya ris..."
Begitulah cara saya menyadarkan diri agar tidak membangkang dan marah, menyadarkan diri ketika salah.
Saya memilih dua teman yang miliki sifat yang berbeda, yang satu aktif kali hingga menjadi pembangkang dan kasar, yang satu lagi pendiam. Yang pendiam enak pas ospek nggak ada kena hukum, pagi diantar sama ibunya ke sekolah, dikelas cuman diam aja, ngobrol pun cuman sama kita. Si kiran sering jadi saran pas kami melakukan kegitan game di ruangan, dia selalu jadi target pembullyan yang pas bagi senior cowok kami, entah apa masalahnya dengan kiran saya juga kurang tahu, yang pasti kiran bakal kenak hukum setiap kami ada game. kena tegur dikala tidak kegiatan, to orang nggak ada kegitan ya mending cerita dong..., kalau cerita ai boleh-boleh aja, tapi nggak pakai ketawa besar juga lah ya..... lah kita nggak mikiran orang atau senior, kita asyik di belakang ceritaan senior, kita ngobrol bayangin senior yang di depan kita tampar, kita tinju, adu mulut, tapi sebenarnya hanya hayalan kita aja, terus asyik menyetawain diri sendiri. akhirnya di tegurlah kita, karena si kiran nggak bisa ketawa tanpa suara ya... dia jadinya dihukum. Pas disuruh nyanyiin yel-yel gugus tapi berdiri di barisan paling bekalang yang cuman gerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara. pas si kiran lagi usil dia bakal nyanyi den suara cemprengnya dengan volume yang besar sehingga yang terdengar suaranya yang membuat saya dan cira ketawa. Karena dia orang nggak bisa menahan tawa jadi dia bernyayian sambil ketawa yang membuat semua buyar, kena hukum lagi saya dan kiran.