Chereads / Pernikahan Itu Indah / Chapter 20 - Kasih Sayang Tuhan

Chapter 20 - Kasih Sayang Tuhan

Mendengar semua kata-kata yang disampaikan oleh ibunya membuat Fahri terdiam seribu bahasa. Dia merasa semua ilmu yang telah dia dapatkan hanya berada di luar dirinya tanpa masuk ke dalam hatinya sementara ilmu yang paling mendasar ada pada ibunya. Fahri tak bisa berkata-kata hanya sebuah pelukan yang iya berikan kepada wanita itu. Pelukanku ucapan terima kasih karena ibunya telah mengingatkan dirinya.

"Bu, terima kasih. Terima kasih karena ibu telah mengingatkan aku. Terima kasih karena ibu telah menjadi ibuku. Aku pergi ya, Bu. Kutunggu setiap nasehat mu." pemuda tampan itu meraih tangan ibunya kemudian membawanya ke kening ke hidung ke mata kemudian kembali memeluk wanita paruh baya itu. Setelah melakukan semua aktivitasnya pemuda tampan itu berlari keluar dari dalam rumah tersebut untuk mengejar istrinya. Zoya sangat emosi dengan sikap yang ditunjukkan oleh suaminya. Dia telah memutuskan untuk meninggalkan suaminya meski dia masih bingung bagaimana cara menghadapi Bernard karena keputusannya itu. Namun ketika mobilnya hendak melaju meninggalkan tempat yang kumuh tiba-tiba seorang pemuda tampan berdiri tepat di hadapan mobilnya. Kehadiran pemuda tampan itu yang tiba-tiba membuat Zoya hampir saja menabrak pria tersebut.

"Apa yang kamu lakukan?" wanita itu marah dengan sikap suaminya yang tiba-tiba menghentikan mobil yang ingin melaju dengan kencang. Jika saja Zoya tidak segera menginjak rem dengan cepat mungkin Fahri saat ini sudah terluka.

Fahri berjalan santai menghampiri istrinya. Meminta wanita itu untuk turun dari dalam mobil karena dia akan bertindak sebagai pengemudi.

"Turunlah, biarkan aku yang mengemudikan mobil ini," ucap pemuda tampan itu kepada istrinya.

"Tidak! Aku yang akan mengemudikan nya. Kamu tidak boleh ikut denganku," jawab Zoya. Pertengkaran kecil di antara keduanya kembali terjadi. Zoya adalah wanita yang sangat keras kepala begitu juga dengan Fahri. Pemuda tampan itu hampir kehabisan akal tidak tahu bagaimana cara menghadapi istrinya. Namun tiba-tiba dia menemukan ide brilian. Tanpa berbicara dan tanpa berkata pemuda tampan itu membuka pintu mobil kemudian menggendong tubuh istrinya di hadapan semua orang. Dia membawa tubuh istrinya menuju bangku mobil sebelah kiri. Dia membuka pintu mobil kemudian membantu istrinya duduk di bangku penumpang. Tak peduli dengan semua ocehan yang dilakukan oleh wanita itu.

"Apa? Apa yang akan kamu lakukan?"

"Turunkan aku!"

"Berani sekali kamu menyentuh ku!"

"Turunkan aku!"

"Atau aku akan berteriak!" wanita itu tiba pada titik peng ancaman. Fahri tersenyum menatap wajah istrinya yang kini sudah duduk di bangku penumpang tepat di sebelah kiri bangku kemudi. Jarak antara wajahnya dan juga wajah suaminya begitu dekat. Bahkan Zoya bisa mendengar suara nafas suaminya yang berhembus.

"Teriak? Lalu apa yang akan kamu katakan kepada orang-orang? Kamu akan mengatakan bahwa suamimu mengganggumu? Atau kamu akan mengatakan bahwa suamimu menggoda mu? Atau kamu akan mengatakan kepada orang-orang bahwa aku menggendongmu? Apa yang salah dari semua perbuatanku? Aku adalah suamimu. Aku memiliki hak untuk melakukan semua itu. Bahkan aku memiliki hak untuk melakukan yang lebih dari itu." tatapan pemuda tampan itu begitu tajam. Tatapan itu bahkan membuat Zoya menjadi sangat gugup. Dia ingin melepaskan diri dari suaminya tetapi tubuhnya dikunci oleh tubuh suaminya. Zoya tak bisa bergerak, dia juga tak bisa mendorong tubuh suaminya menjauh dari dirinya.

Fahri tersenyum melihat ketakutan yang ada di wajah istrinya. Kemudian dia men cubit pipi wanita itu lalu pergi begitu saja. Sementara wanita tersebut berteriak karena merasa kesakitan sebab pipinya baru saja dicubit oleh suaminya.

"Fahri?" teriak nya dengan sangat kencang. Dia ingin menarik tubuh suaminya kembali tetapi dia terlambat karena pintu mobil itu sudah tertutup rapat. Sementara pemuda tampan tersebut sudah berjalan menuju arah berlawanan dan duduk di sebelah istrinya.

"Kamu?" Zoya masih kesal kepada suaminya.

"Kenapa?" tanya Fahri seraya mengambil kemudian ingin menjalankan mobilnya.

"Kenapa kamu men cubit ku?" tanya wanita itu.

"Kenapa? Apakah kamu mengharapkan yang lain?" goda pemuda tampan tersebut.

"Apa maksud kamu?" wajah wanita itu tiba-tiba berubah menjadi merah. Pipinya yang semula sudah memerah karena cubitan dari suaminya kini sudah bertambah merah. Semua itu terjadi karena rasa malu yang dirasakan oleh wanita itu. Sementara Fahri hanya bisa tersenyum menanggapi tingkah laku istrinya. Karena rasa malu Zoya berusaha menyembunyikan wajahnya dari Fahri. Mendapat perlakuan yang berbeda dari pria itu membuat hatinya merasakan hal yang berbeda. Ada rasa hangat yang tiba-tiba masuk ke dalam hatinya. Rasa hangat yang membuat hatinya begitu nyaman.

Mobil terus melaju meninggalkan tempat kumuh itu. Fahri sudah memutuskan bahwa dia tetap akan mempertahankan rumah tangga seperti yang dikatakan oleh ibunya. Wanita yang saat ini berada disampingnya mungkin tidak lebih buruk dari dirinya. Kita tidak pernah tahu siapa yang dicintai tuhan dan siapa yang dibenci Nya. Fahri tidak ingin menolak takdir dan juga menolak amanah yang telah diberikan oleh tuhan kepada dirinya. Jika Zoya adalah jalan bagi Fahri untuk menggapai ridho tuhannya maka dia pasti akan melakukannya dengan sepenuh hati.

Pasangan suami istri itu pergi meninggalkan rumah sederhana di mana Fahri telah dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Kehidupan Fahri mungkin sangat sederhana atau bisa dibilang sangat miskin tetapi keluarganya selalu dipenuhi dengan kehangatan karena kasih sayang dari kedua orang tuanya begitu lengkap dan selalu diberikan kepada putra putri mereka. Setiap hari mereka memiliki waktu untuk berkumpul dan berbincang bersama di sanalah masa di mana anak-anak menceritakan semua yang ingin diceritakan yang kepada ayah ibunya. Itulah kesempatan bagi mereka untuk mencurahkan semua perasaan mereka atau bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka mengerti waktu-waktu yang mereka habiskan bersama keluarga adalah waktu waktu yang paling istimewa.

Keluarga Fahri mungkin sangat sederhana tapi keluarga itu selalu dihiasi dengan senyuman dan cinta penuh ketulusan. Kasih sayang tanpa pamrih itulah yang selalu diajarkan oleh kedua orang tua itu kepada anak-anak mereka. Pasangan suami istri itu tidak menyadari jika seorang wanita paruh baya sedang memperhatikan kepergian mereka. Wanita paruh baya itu berdiri di depan pintu seraya memegang tiang pintu yang sudah rapuh. Tetapi hati wanita itu jauh lebih rapuh daripada apa yang dia pegang saat ini.

Di hadapan sang putra mungkin wanita itu terlihat begitu kuat dan bersahaja tetapi setelah putranya pergi dia pun menunjukkan wajah aslinya. Wanita paruh baya itu tak mengerti siapakah yang salah diantara semua kejadian yang menimpa keluarga mereka tetapi dia hanya mengerti bahasamu itu adalah takdir yang telah digariskan tuhan untuk keluarganya. Meski hatinya terus bertanya apakah dia mampu menghadapi semua takdir itu.