Chereads / Pernikahan Itu Indah / Chapter 19 - Jangan Bercerai

Chapter 19 - Jangan Bercerai

Fahri ikut berdiri menatap istrinya. Dia tahu dan percaya bahwa wanita itu tak terima dengan pernikahan mereka. Tetapi pria tampan itu berusaha menerimanya dan berusaha mengerti kondisi dan keadaan yang menimpa istrinya. Tetapi tindakan wanita itu yang berani berkata kasar di depan ibunya membuat Fahri tak mampu menahan emosi yang ada di dalam hatinya. Dia berdiri ingin memarahi Zoya.

"Nak, sudahlah. Ibu tak apa-apa. Kalian jangan bertengkar ya!" wanita baru baya itu mengelus dada. Pernikahan antara putranya dan putra majikan dari suaminya adalah sebuah tragedi yang tidak bisa dihindarkan. Pernikahan itu merupakan kesalahan dirinya sebagai orang tua. Kehidupan putranya pasti sudah sangat menyakitkan karena itu wanita paruh baya tersebut tidak ingin membuat rasa sakit di hati putranya semakin bertambah. Meski hati wanita paruh baya itu sangat terluka dengan kata-kata yang disampaikan oleh menantunya tetapi dia tak ingin luka itu di pertunjukan kepada putranya sebab dirinya yakin sang putra kan semakin merasa sakit.

"Apa? Dasar pria miskin tak berguna. Aku akan pergi sekarang juga. Terserah apa yang akan kamu lakukan," lanjut Zoya seraya melangkah meninggalkan rumah kumuh itu untuk kembali ke dalam mobil. Sementara Fahri kembali duduk di sofa usang yang ada di ruang tamu rumah sederhananya.

"Kenapa kamu masih di sini?" wanita paruh baya itu bertanya kepada Fahri.

"Biarlah Bu, aku sudah tidak mampu menghadapinya lagi. Jika dia memang ingin bercerai dengan ku maka biarkanlah." pemuda tampan itu sudah pasrah dengan keadaan apapun yang yang menimpa dirinya. Dia sudah terlampau lelah menghadapi sikap istrinya yang tidak bisa diatur dan begitu sombong serta angkuh. Fahri tak bisa membayangkan bagaimana hari-hari nya kan berlalu jika dia tetap mempertahankan pernikahannya dengan wanita itu. Dia sudah berusaha melakukan dan menunaikan amanah terakhir sang ayah dengan sebaik mungkin tetapi jika dia tidak mampu melakukannya pemuda tampan itu yakin ayahnya juga tidak akan kecewa.

"Apa? Tidak nak. Pernikahan bukanlah permainan, apalagi perceraian. Allah sangat membenci perpisahan. Ibu tidak akan setuju jika kamu bercerai dengan istrimu." wanita paruh baya itu memberikan nasehat kepada putranya. Dia tak bisa terima jika sang putra tiba-tiba ingin bercerai dengan istrinya. Perceraian itu akan menjadi bencana. Karena pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dipermainkan.

"Tapi Bu, lihatlah sikapnya yang sombong dan juga angkuh. Aku sudah berusaha untuk mengerti akan keadaan dirinya. Tetapi jika ini terus terjadi maka bukan hanya dia yang akan menderita tetapi aku juga akan jauh lebih menderita. Bukan hanya aku yang akan menderita tetapi dia juga akan menderita. Aku sudah tidak mampu lagi bu." pemuda tampan itu sudah tak mampu lagi menghadapi sikap istrinya. Zoya bertindak sesuka hatinya. Wanita itu tidak mau mendengarkan kata-katanya sebagai seorang suami. Kehidupan Fahri benar-benar sangat menyakitkan.

"Nak, jika tuhan percaya bahwa kamu bisa menjadi imam baginya mengapa kamu tak bisa mempercayai dirimu sendiri?" wanita paruh baya itu berkata kepada putranya seraya menatap wajah sang putra yang tampan. Tatapan itu begitu teduh dan menenangkan. Wanita paruh baya itu menggenggam tangan putranya. Melihat tingkah laku menantunya, sang ibu mengetahui bahwa semua ini pasti tidak akan mudah bagi Fahri. Tetapi sebagai seorang ibu dia tidak akan membiarkan rumah tangga putranya hancur hanya dalam hitungan hari. Dia mencoba mengalirkan semua kekuatan yang ada di dalam dirinya kepada sang putra melalui genggaman tangan tersebut.

Fahri menatap wajah ibunya, begitu banyak keraguan yang masuk ke dalam hatinya. Tak bisa dibayangkan bagaimana perasaannya saat ini. Tatapan itu dijawab dengan anggur kan kepala oleh wanita paruh baya yang ada di hadapannya. Fahri tak bisa menolak wanita itu. Fahri juga tak bisa mengecewakan wanita itu. Terlalu mulia tempat duduk wanita itu di dalam hati pemuda tampan tersebut. Dia siap melakukan apapun demi ibunya. Dia bahkan siap melakukan apapun demi wanita yang sudah melahirkannya ke dunia. Di asia berkorban demi wanita yang dia sayangi.

"Nak, ibu mengerti semua ini tak akan mudah. Tetapi semua ini terjadi atas ijinnya Allah. Jika Allah saja mempercayakan dia kepadamu lalu kenapa kamu menolak kepercayaan Tuhanmu?" Fahri hanya bisa tertegun mendengar kata-kata ibunya. Semua yang disampaikan oleh wanita itu adalah benar. Semuanya memiliki rencana dan semua rencana ditentukan oleh Tuhan. Fahri tak pernah ingin menikah dengan wanita seperti Zoya. Istri yang ada dalam impian Fahri adalah wanita solehah yang akan menjadi temannya menggapai ridho Tuhannya. Tetapi Tuhan justru memberikan wanita lain untuk dirinya. Fahri memang tak mengerti maksud dari tuhan saat ini tetapi dia yakin bahwa tuhan nya memiliki rencana yang tidak dimengerti.

"Nak, apakah kamu menganggap bahwa kamu lebih baik daripada dia?" wanita paruh baya itu kembali bertanya. Fahri mengurutkan keningnya mencoba menganalisa maksud dari kata-kata yang disampaikan oleh ibunya.

"Jika kamu menganggap seperti itu maka kamu salah. Saat kita menganggap bahwa diri kita lebih baik daripada orang lain itulah kesombongan yang sebenarnya. Saat kita menganggap bahwa kita lebih dekat dengan tuhan daripada orang lain itulah keangkuhan yang sebenarnya. Saat kita menganggap bahwa diri kita lebih mulia daripada orang lain maka itulah sikap buruk yang sesungguhnya. Kita tidak tahu siapa diantara kita yang paling dekat dengan Tuhan. Kita juga tidak tahu siapa diantara kita yang paling disayang oleh Tuhan. Yang bisa kita lakukan hanyalah mencoba sebaik mungkin menjadi hamba Tuhan. Yang bisa kita lakukan hanyalah bersikap sebaik mungkin seperti yang Tuhan inginkan." Fahri kembali tertegun mendengar kata-kata ibunya. Mungkin benar, Fahri duduk di bangku pendidikan yang jauh lebih tinggi dari ibunya. Fahri bahkan sudah sampai ke negeri orang untuk menembak ilmu pengetahuan. Tetapi kata-kata sederhana miliki sang ibu telah menggugah perasaannya.

Ya, selama ini dia mengira bahwa dirinya lebih baik dari istrinya. Selama ini dia mengira bahwa dirinya lebih baik daripada wanita itu. Tanpa disadari nya ternyata dia sudah menyimpan kesombongan di dalam hatinya. Tanpa disadari nya ternyata dia sudah menyimpan keangkuhan di dalam kalbunya. Fahri menundukkan kepala kemudian mengucapkan istighfar beberapa kali. Dia telah menyadari kekeliruannya.

"Nak, apakah kamu pernah berfikir bahwa Tuhan sudah memberikan kamu jalan. Tuhan sedang memberikan kamu jalan tol untuk segera menuju surga Nya. Jalan itu adalah istrimu. Mungkin Tuhan sangat menyayanginya sehingga Dia mengirimkan mu kepada wanita itu. Mungkin Tuhan sangat menyayangi Zoya, karena itu Dia menjadikanmu sebagai jalan untuk nya. Mungkin saja Tuhan sangat menyayangimu, hingga Dia memberikan Zoya sebagai jalan untukmu. Jadikan itu jembatan menuju surga Nya. Jadikan semua itu anugrah yang bisa membahagiakan hatimu. Jadikanlah istrimu sebagai ladang dakwah agar kamu lebih dicintai oleh Tuhan."