Chereads / Lima Sekawan / Chapter 12 - 11. Isi Kepala Gemma

Chapter 12 - 11. Isi Kepala Gemma

Selepas mengantarkan Hana pulang ke rumah Tama dengan selamat, bukannya kembali ke sekolah, Gemma malah memarkirkan sepeda motor milik sahabatnya itu di depan kos-kosannya sendiri. Untung saja tadi Gemma sempat berpikir untuk membawa kunci kosan sekaligus tas miliknya, sehingga dia sekarang bisa merebahkan tubuhnya dengan nyaman di atas kasur tanpa perlu repot-repot harus kembali lagi ke sekolah.

Jika nanti Tama memarahinya karena malah menggunakan kesempatan ini untuk kabur pasti akan tetap Gemma dengarkan dan dirinya pasti akan meminta maaf. Untuk sesi marah-marah itu bisa Gemma pikirkan nanti, yang terpenting sekarang dirinya sudah terbebas dari belenggu kebosanan yang akan menimpanya jika Gemma masih berada di sekolah.

Lagipula ocehan Tama nanti hanya akan masuk ke telinga kanannya selama beberapa menit sebelum akhirnya keluar lagi dari telinga kiri. Yang artinya Gemma tidak begitu peduli. Tidak ada hal lain lagi yang perlu Gemma pikirkan selain bisa kabur karena memang tidak ada satu pun hal yang bisa dia lakukan di sana.

Gemma terlalu malas jika dirinya harus menemani Randu dan Azka di stand pendaftaran ekskul futsal, meskipun kedua temannya itu sudah berkata 'tidak apa-apa' berulang kali tetapi rasanya Gemma akan tetap merasa tidak enak karena dia bukan bagian dari ekskul tersebut, anak-anak futsal yang lain pasti akan memandanginya dengan aneh seolah berkata; 'ini anak ngapain sih ada di stand futsal terus padahal tiap diajakin join futsal aja nggak pernah mau.'

Gemma tahu mereka tidak benar-benar mengatakan itu, hanya saja isi kepala Gemma kan tidak bisa terus memikirkan hal-hal baik, pasti dia juga bisa menduga-duga walaupun hanya dari penglihatan seseorang. Dan jika sudah begitu kan Gemma jadi tidak enak terhadap mereka.

Tapi, di sisi lain juga Gemma tidak tahu harus melakukan apa karena hanya kedua temannya itu saja yang masih bisa diganggu, sedangkan Tama dan Arjuna pasti sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tidak mungkin kan jika Gemma harus diam di kelas seharian penuh sampai jam pulang sekolah tiba?

Sewaktu kelas sepuluh dulu Gemma sudah sering merasakan hal semacam itu dan jujur saja rasanya sangat membosankan.

Tentu saja Gemma tidak bisa menyalahkan teman-temannya karena bagaimanapun juga kegiatan-kegiatan itu sudah menjadi tanggung jawab mereka, sebab keempat temannya itu memang cukup aktif di bidang non-akademik—berbeda sekali dengan Gemma yang justru sangat malas untuk mengikuti kegiatan semacam itu. Gemma hanya tidak tertarik saja untuk menghabiskan waktunya dalam kegiatan ekstrakulikuler.

Jadi, Gemma harus bisa menerima jika dirinya akan ditinggalkan jika ada kegiatan sekolah yang cukup penting, di mana teman-temannya pasti akan ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Nantinya tinggal Gemma saja yang merasa kebosanan karena tidak memiliki kegiatan sendirian.

"Akhirnya gue bisa rebahan juga, kalo kayak gini kan gue nggak perlu pusing lagi mikirin harus ke mana. Sekarang gue bisa tidur sampai siang atau sore, atau mungkin gue bisa tidur sampai Tama sama yang lain gedor-gedor kamar kos gue," ujar Gemma tenang.

Laki-laki itu mencoba memejamkan kedua matanya, berusaha untuk terlelap meskipun ini masih pukul sebelas siang. Gemma merasa lelah entah karena apa dan dia hanya butuh istirahat sekarang.

Tapi yang namanya sedang banyak pikiran, alih-alih langsung membawa dirinya terpejam menuju pulau kapuk kesayangan, Gemma justru kembali membuka kedua matanya begitu saja dan kemudian menatap langit-langit kamar kosnya dengan isi pikiran yang berkelana jauh kemana-mana. Ada banyak jumlahnya dan kini sedang bercabang ke banyak arah.

Sebenarnya tidak bisa dikatakan banyak sih yang dia pikirkan saat ini, hanya ada dua nama yang terus mengganggunya sedari tadi, dan kedua nama itu adalah Alea dan Hana. Iya, benar, keduanya adalah nama perempuan yang sudah Gemma temui di hari ini.

Gemma yang biasanya jarang sekali memikirkan soal perempuan, tapi hari ini justru memikirkan dua sosok sekaligus yang entah mengapa memenuhi isi kepalanya sedari tadi.

"Kenapa gue jadi kepikiran gini sih?" Gemma mengacak rambutnya frustrasi. Padahal jika dipikir-pikir selama ini Gemma jarang sekali memikirkan apa itu yang disebut dengan 'perempuan', bukannya menjaga jarak hanya saja Gemma tidak begitu tertarik berhubungan dengan mereka.

Aulia mungkin menjadi pengecualian karena gadis itu memang sudah dekat dengannya sejak mereka MOS dulu, lagipula Gemma cukup sadar diri bahwa salah satu dari sahabatnya menyukai gadis itu.

Kembali pada Alea dan Hana.

Alea Khairunnisa, seperti yang Gemma beritahu sebelumnya bahwa gadis itu adalah adik kelasnya sewaktu SMP dulu. Gemma dulu sempat dekat dengannya setelah terjadi beberapa tragedi di antara mereka yang sebenarnya tidak begitu mengenakkan jika harus diingat-ingat, dan mereka jadi hilang kontak setelah Gemma lulus.

Sebenarnya bukan hanya itu saja, ada satu alasan lain yang mendasari mengapa mereka tidak berkomunikasi setelah kelulusan Gemma, dan alasan itu hanya dirinya dan Alea yang tahu. Namun yang paling penting, Gemma bersyukur bisa melihat gadis itu baik-baik saja sekarang. Ketika kemarin kedua netra mereka bertemu, Gemma benar-benar mengucap syukur di dalam hatinya karena bisa melihat gadis itu dalam keadaan yang baik.

Mungkin nanti Gemma akan mendatanginya dan mengajaknya bicara sesekali.

Gemma sangat ingin bertanya tentang kabarnya dan bagaimana hari-harinya selama ini.

Lalu ada Khanaya ... gadis yang baru saja dia kenal kemarin malam, yang tak sengaja menumpahkan air ke seragamnya dan merupakan gadis yang Gemma ketahui sebagai saudara dari Tama—sahabatnya. Tidak ada yang spesial dari setiap pertemuan mereka karena dua kali pertemuan itu hanya didasari oleh kebetulan belaka—yang pertama adalah pertemuan di dapur rumah Tama dan yang kedua adalah pertemuan ketika Gemma mengantar gadis itu untuk pulang hari ini.

Tapi mengapa dalam dua pertemuan mereka Gemma tiba-tiba saja jadi banyak berpikir tentang gadis itu? Terutama dengan semua perkataan yang dia katakan pada akhir perpisahan mereka tadi.

'Iya, Randu. Dia barusan chat gue minta di save balik, dan bilang kalo dia temennya Tama yang kemarin ikut makan di rumah. Berarti salah satu dari rombongan kalian kemarin 'kan?' begitu kata Hana tadi.

Gemma juga tidak tahu mengapa, tapi perkataan tersebut tidak mau hilang dari dalam pikirannya. Padahal Gemma tidak perlu memikirkan dan memusingkan hal tersebut, biarlah hal tersebut menjadi masalah Hana dan Randu saja, Gemma tidak perlu ikut campur di dalamnya.

Tapi, bagaimana ya, dia tetap saja penasaran.

"Lagian ngapain sih Randu pake segala ngechat dia?" Gemma bertanya lagi entah pada siapa, mungkin pada langit-langit kamarnya dan beberapa sawang di sudut-sudut dinding atas. Gemma meringis menyadari betapa kotornya atap kosannya, sepertinya tempat ini butuh dibersihkan karena Gemma sendiri lupa kapan terakhir kali dia melakukan itu.

"Gemma, daripada lo mikirin orang lain, mending lo pikirin gimana caranya biar tempat ini bisa bersih," ujar Gemma kepada dirinya sendiri.