Sepertinya hari ini matahari sedang tidak bersahabat, sebab teriknya terlalu menyiksa retina di tengah hari seperti ini, itu lah yang sedang Alea pikirkan sekarang. Matahari terlalu jahat karena bersinar begitu terang di saat dirinya justru kesusahan mengelilingi lapangan untuk mengerjakan tugas MOS yang sedang berlangsung.
Peluh membanjiri bagian pinggir wajahnya, sebagai bukti bahwa matahari di atas sana memang sedang bersinar dengan begitu terang. Ingin sekali rasanya Alea menjauh dari lapangan dan berteduh untuk mendinginkan kepalanya yang sudah terasa panas, tapi niat itu langsung menghilang begitu kedua netranya melihat ke arah kertas tugasnya yang belum terisi lengkap.
"Udah dapet berapa lo?" Rea menghampiri Alea dengan wajah yang memerah dan ekspresi yang super lelah. Kertas tugas berisikan nama-nama kakak kelas yang sudah hampir setengahnya berisi tanda tangan itu dia lipat dan kemudian digunakan untuk mengipasi wajahnya sendiri. "Gila cape banget gue, ini MOS hari ketiga parah banget deh," keluh gadis itu, merasa kesal.
Alea terkekeh melihatnya. "Belum lengkap punya gue," jawabnya kemudian melanjutkan, "jadi, mendingan hari pertama sama kedua atau hari ketiga ini?" tanyanya jahil.
"Hari ketiga lah!" jawab Rea menggebu-gebu. "Walaupun gue harus cape-cape mengarungi gurun pasir di tengah terik seperti ini, demi mendapatkan tanda tangan Kak Arjuna gue ikhlas banget dah sumpah!"
"Masih belum dapet juga tanda tangannya?" tanya Alea penasaran, pasalnya tadi dia berpisah dengan gadis ini karena Rea berniat mengejar Kak Arjuna untuk mendapatkan tanda tangannya, sedangkan Alea masih mau mencari kakak kelas lain yang terlihat mudah untuk didatangi. Alea justru menaruh Kak Arjuna pada deretan list terakhir yang akan dia minta tanda tangannya karena laki-laki itu terlihat sibuk sekali hari ini.
Namun beda Alea beda lagi Oreana, gadis itu justru dengan semangat mengekori Arjuna ke mana-mana hanya untuk mendapatkan tanda tangannya, padahal Arjuna sudah berkata nanti hingga akhirnya laki-laki itu lelah sendiri dan membiarkan Rea melakukan apa pun sesukanya namun Arjuna tidak akan menganggapnya ada.
Menyedihkan sekali memang, si Rea itu.
"Belum, cuek banget dia. Gue dari tadi ngekor dikacangin mulu, padahal kerjaannya juga cuma muter sana muter sini terus cekrek cekrek."
"Apa sih, Rea." Alea terbahak karena pemilihan kata yang Rea pakai untuk kosa kata bicaranya. "Udah gue bilang juga terakhiran aja kalo Kak Arjun mah, keliatan sibuk banget sih jadi pasti susah dapetin tanda tangannya."
"Lebih susah ketosnya nggak sih?" tanya Rea balik. "Gue bahkan belum liat dia lagi dari terakhir kali waktu kasih tugas itu," lanjutnya sembari memperhatikan sekeliling.
"Kak Tama, ya. Iya sih bener, gue juga belum liat dia lagi," sahut Alea yang ikut mengedarkan pandangannya. Namun iris matanya justru jatuh pada stand futsal di mana terakhir kali Alea menemukan sosok Gemma di sana. Namun sekarang laki-laki itu sudah menghilang entah ke mana.
Dalam diam sebenarnya Alea mencari keberadaannya, sering melirik ke arah stand pendaftaran futsal walaupun hanya nihil yang dia temukan.
'Mungkin besok bisa ketemu lagi', pikir Alea. Walau hanya sekilas tapi senang sekali rasanya bisa melihat laki-laki itu, dan Alea akui bahwa Kak Gemma tidak berubah sama sekali.
"Mau lanjut nggak? Kita bisa ke stand futsal dulu mumpung lagi sepi dan bisa tanya ke mereka yang mana pengurus inti?" tawar Alea pada Oreana. Sejujurnya dia tidak berani mendatangi stand itu sendirian karena mayoritas di sana adalah laki-laki, dan Alea ... tidak bisa berada di kerumunan seperti itu dalam kurun waktu yang lama, apalagi jika dia sendirian.
"Oke, ayo lesgoo." Rea langsung menarik tangan Alea untuk mendekat.
Seperti tradisi MOS pada umumnya, hari ini adalah hari terakhir pelaksanaannya dan Garda Muda sedang menerapkan sebuah tugas umum untuk meminta tanda tangan beberapa pengurus inti baik dalam organisasi ataupun ekstrakulikuler yang ada di sekolah ini. Tugas berlangsung dari pukul 9 pagi hingga pukul 3 sore dan di antara pekerjaan itu pula stand pendaftaran untuk setiap ekskul sudah mulai dibuka.
Selain memudahkan para peserta didik baru untuk mencari para pengurus inti yang akan dimintai tanda tangannya, para anggota ekskul juga jadi lebih mudah mempromosikan ekskul mereka karena kondisi lapangan saat ini sedang ramai-ramainya.
Lalu setiap kertas yang didapatkan oleh para peserta didik juga bervariasi dan tidak semuanya sama. Karena pengurus terbagi dalam banyak bagian dan tidak mungkin satu orang mencari tanda tangan mereka semua, akhirnya anggota OSIS membagi lagi susunan dalam kertas tersebut, dalam satu kertas itu yang wajib untuk dimintai tanda tangannya adalah ketua dan wakil pelaksana dalam kegiatan MOS ini. Dan kebetulan kertas yang didapatkan oleh Alea dan Oreana memiliki susunan nama yang sama, sehingga lebih mudah bagi mereka untuk berkeliling bersama.
"Halo adik-adik cantik, mau daftar futsal, ya? Sini mari langsung isi formulirnya aja yuk."
Randu langsung memukul kepala Azka dengan cepat. "Kalo ada yang nyamperin itu ditanya dulu mereka mau apa, nggak langsung lo tawarin isi formulir aja, hadeh Azka mau jadi apa futsal kalo beneran lo yang jadi ketuanya nanti."
"Kalo lo main asal geplak kayak tadi, liat aja nanti kalo gue udah diangkat jadi ketua futsal bakal gue turunin lo jadi pemain cadangan!" balas Azka sedikit ngegas.
Alea dan Oreana saling pandang menatap keanehan dua kakak kelasnya itu.
"Permisi ... kak," panggil Alea pelan, berusaha mengambil atensi dari dua laki-laki itu, dan berhasil. "Ini kami berdua mau minta tanda tangan soalnya dapat nama pengurus futsal, kalo boleh tau Kak Azka sama Kak Randu itu yang mana ya?"
"Oh, mau minta tanda tangan hehe. Gue kira lo berdua mau daftar futsal." Azka cengengesan, malu sendiri mengingat hal tadi.
"Enggak berminat daftar futsal, Kak. Gue bukan reinkarnasi Ronaldowati soalnya."
Kali ini Azka dan Randu yang malah saling pandang setelah mendengar jawaban Rea. Selang beberapa detik kemudian, tawa mereka berdua pecah begitu saja hingga membuat Rea menatap mereka berdua dengan tatapan aneh.
"Kak, gue nggak ngelawak loh?" beritahunya.
Azka dan Randu malah tertawa lagi.
Sebenarnya ada apa sih? Memangnya perkataan Rea tadi selucu itu sampai kedua laki-laki ini terbahak sebegitu kerasnya?
"Ndu, Ka, kapan kita mau ke kosan Gemma?" Arjuna yang sedang fokus pada kameranya tiba-tiba saja hadir dari sisi kiri selagi melayangkan pertanyaan tersebut kepada kedua sahabatnya.
Dan kedatangannya justru membuat tawa Randu dan Azka semakin meledak lantaran melihat ekspresi kaget dari Rea akan kehadiran Arjuna di antara mereka. Namun, selagi mereka menertawakan Rea, Alea justru sibuk dengan isi kepalanya sendiri yang sedang menebak-nebak setelah mendengar pertanyaan Arjuna barusan.
'Kak Gemma sekarang ngekos? Dan mereka bertiga ini berarti teman dekatnya?'