"Breckon, bangun! Ayolah, bangun!" Pekik Freislor. Detak jantungnya berdegup kencang, ia tak mengerti apa yang harus dilakukannya. Salah satu tangannya, ia letakkan ke bagian lengan Breckson. Dengan lirih, ia berkata, "Kalrey." Sebuah cahaya kemerahan muncul dan mulai mengobati lengannya. "Breckson, apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu tidak pernah memberi tahuku?" tanyanya pelan. Gadis itu menangis keras. Selang beberapa saat setelah mengobati, ia menyadari sesuatu yang janggal.
"Hei, tunggu sebentar. Kenapa tangannya dingin?" tanya Freislor. Ia menempelkan telapak tangannya ke kening Breckson, hendak memeriksa. Freislor menggelengkan kepala. "Ini aneh," ujarnya pelan. Ia berpindah ke lehernya, dua jarinya mencari letak nadi.
"Heum, nadinya masih terasa," batinnya pelan. Gadis itu mulai menyadari sesuatu, ia mencubit lengan Breckson dengan kencang.