Keputusan sudah bulat Ummi kemudian mengisi formulir dan mengisi syarat2 yang di butuhkan, dan syarat terakhir itu adalah test karantina yang akan dilakukan 2 minggu sebelum masuk sekolah, masa karantina selama 1 minggu dan disitulah penentuan santri berhak lulus atau tidak.
Dalam shalat Diki selalu berdoa agar bisa dibetahkan di pesantren ini, memang tak mudah, tapi beginilah hidup penuh dengan rintangan yang begitu dalam kita hanya perlu mengambil hikmah dibalik semua rintangan ini.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat seperti kedipan mata, akhirnya Diki melakukan tes karantina, disana Diki diberi target khatam membaca Quran selama seminggu plus menghafal 5 lembar, rasa lelah, sedih, rindu melanda Diki ketika karantina tapi apalah daya Diki berjuang demi orang tua tercinta agar ia lulus, hari pertamaku diawali dengan penuh keminderan, melihat teman-teman yang begitu asyik bermesraan dengan AL-QUR'AN, wajar saja jika aku minder mereka yang mengikuti tes ini adalah orang-orang hebat alumni pesantren, qori' , dan sekolah islam terpadu. Awalnya gak nyangka dan gak pernah nyangka sama sekali kalo aku bakalan ketemu sama orang-orang hebat di sini, alhamdulillah saya bertemu teman-teman dari berbagai daerah, kandidat santri karantina ada 6 orang Ikhwan dan 1 orang akhowat, ada Martin dari Papua tamatan dari pesantren dan sudah hafal 25 Juz Al quran, ada Ramlan dari Tapanuli Selatan seorang qori' berpengalaman yang punya suara merdu sekali, Rizki dari Malaysia tamatan islam terpadu di Indonesia dan sudah punya 2 juz alquran, Nasir dari Riau tamatan pesantren yang sudah punya 10 juz alquran, dan habib dari madrasah sama sepertiku dia hanya hafal juz 30, satu lagi Kak Tara yang mendaftar sebagai mahasiswi.
Selama melaksanakan tugas seminggu, disaat mereka membaca alquran dengan suara lantang, aku hanya memelankan suara lebih tepat membaca dalam hati dan hanya mulut saya yang komat-kamit, sumpah ya minder banget, udah suara pelan, false,cacat gak kayak yang lain,mungkin aku salah masuk pesantren kali ya, 1 hari harus bisa membaca alquran 5 juz, karena dalam seminggu harus selesai dan khatam, disaat yang lain sudah selesai baca 5 juz sedangkan aku masih 3 juz, itu aja uda cape kali ya Allah, yang lain udah tidur aku masih baca alquran sendirian, mau nangis gaada guna, mau nggak mau ya harus mau, jujur aku itu orang nya pendiam ketika mereka ngobrol2 ya aku mojok sendirian nengokin mereka aja lagi ngobrol, ya kalau ditanya tinggal jawab kalo nggak ditanya ya ngga usah ngomong, kalo mereka ketawa ya paling aku ikutan walaupun nggak lucu bagiku sebagai tanda penghormatan saja supaya aku nggak kelihatan sombong.
Tak terasa seminggu pun sudah berlalu tetapi aku belum menyelesaikan Ziyadah ku, selama seminggu aku hanya mendapatkan hafalan sebanyak 4 baris ayat Quran gatau dengan teman – teman yang lain karena aku jarang ngobrol sama mereka cause I'm just enjoying me time, "duh, gimana ni yah?, lulus apa nggak ya?, kek mana kalo aku nggak lulus ya?, dimana lagi aku mau daftar SMA?, kayaknya udah tutup pendaftaran kalo SMA yang lain, kalo aku nggak lulus terus semua SMA uda tutup pendaftaran mereka masih mau nerima aku apa nggak ya? Terus kalo aku nggak SMA aku mau ngapain? Terus aku nggak bisa kuliah? Nggak bisa kerja? Jadi pengangguran abadi? Beban keluarga? Terus nggak ada yang mau nikah sama aku? Dijauhi orang – orang? Hidup sendiri? Nggak bisa banggain orang tua? Terus gunanya nya aku apa? Apa nanti kata orang – orang? Tetangga? Dihina?" aduuh pikiran ku terus bergelut dalam hal ini saja, tiba – tiba Ramlan duduk disamping aku terus nanya "Diki, kau kok santai kali, kau nggak takut kalo nggak lulus aku cemas kali dari tadi, tapi kau kok biasa aja?" "ngapai takut kalo nggak lulus, ya kalo nggak lulus berarti bukan rezeki kita berarti bukan takdir kita juga yang penting udah usaha, masalah lulus gak lulus ya itu serahin aja sama Allah, Simple kan!" "iya juga ya Dik, makasih lo ya" "yoi", susah ya, buat jadi diri sendiri padahal aku orangnya gak banyak bicara dan sekali banyak bicara kayaknya capek, apalagi sama orang -orang yang baru kukenal.
Pengumuman santri yang lulus sedang berlangsung, tapi hanya orang tua saja yang boleh masuk kedalam ruang rapat dan kami hanya menunggu di tangga, kami nggak tahu sama sekali siapa aja yang lulus dan siapa yang nggak lulus, tapi tiba – tiba Habib keluar dari kamar sambil membawa tas dan barang - barangnya "Bib, lulus kau?" kata Nasir dengan penasaran "lulus" jawabnya singkat dan pergi pulang bersama ayahnya, Pikiranku kembali bergelut dengan pertanyaan – pertanyaan " kalau dia lulus terus pulang lebih awal, berarti kami?, lah berarti dia sendiri yang lulus?, kok bisa? Apa mungkin rumahnya jauh? Atau ada urusan kali ya? Atau karena nilainya paling tinggi?, ah yaudalah tapi…ah yaudahlah". Setelah menunggu lama ditangga kami semua di panggil kedalam ruangan rapat dan nggak tau mau ngapain dan kenapa, "Barakallah untuk peserta karantina Angkatan 2019/2020 karena lulus menjadi Santri Daarul Qur'an" kata seorang ustadz berkacamata nama beliau adalah Arif, Ustadz Arif adalah seorang musyrif di Daarul Quran yang bertugas sebagai pengajar Tahsin, penerima setoran hafalan dan ketertiban santri. Kami diberi beberapa lembar kertas dan formulir untuk melengkapi data diri di Pesantren, Ustadz Arif kemudian menyampaikan beberapa syarat dan peraturan untuk para santri baru, salah satunya harus menyetorkan hafalan 1 halaman setiap hari kecuali hari ahad, dan jika salah satu santri dikeluarkan dari pesantren karena tidak betah atau menyalahi peraturan, maka akan dikenakan denda selama tinggal di pesantren. Peraturan yang sangat mengerikan kedengarannya, tapi gimana lagi udah terlanjur juga yaudahlah jalani saja, semua telah selesai dan kami diperbolehkan pulang ke rumah masing – masing dan masuk Kembali pada tanggal 4 juli 2019.
Hidup ini pilihan, kita yang memilih maka kita yang menjalankan, tak peduli seberapa berat halangan yang datang karena itu pilihan kita sendiri maka seberat apapun itu kita harus menjalani nya jika kita sudah berani memilih maka kita juga harus berani mengambil konsekuensinya jangan pernah meminta Allah untuk mengakhiri hidup kita karena terlalu Lelah dalam menghadapi halangan yang terus datang tanpa henti, tetapi minta sama Allah untuk menguatkan Pundak kita, hati kita, pikiran kita, jiwa kita, dan kekuatan kita dalam menhadapi semua halang rintang kehidupan, jalani, nikmati, dan selalu berusaha yang terbaik.