Chereads / THE MARDUD / Chapter 3 - KETAHUAN

Chapter 3 - KETAHUAN

4 JULI 2019

"Semua udah siapkan, gak ada yang ketinggalan lagi kan " "udah mi" "yaudah ayo berangkat" hari dimana aku merasakan hal yang aneh semua rasa tercampur dalam hatiku sedih,bingung,deg – degan seumur hidup kayaknya baru ini aku merasakan hal yang aneh seperti ini," kok bisa ya?"

***

"Ahlan wa sahlan untuk para santri baru, selamat bergabung di Pondok Tahfidz Daarul Quran semoga betah dan tercapai semua mimpi dan targetnya disini, alhamdulillah tahun ini kita menerima sebanyak 6 orang santri 6 orang dari Ikhwan dan 1 orang akhowat" " kok 6 orang, bukannya 7 orang ya" Pandanganku langsung menyapu seluruh ruangan tapi aku tidak menemukan Habib, "apa mungkin dia nggak bisa datang kali ya?" "tapi pembina Yayasan bilang 6 orang?" "berarti Habib gak lulus?" "mungkin kali ya" lagi – lagi pikiranku bergelut memikirkan sesuatu yang aku lihat. "afwan ustadz, berarti santri yang gak disini gak lulus?" tanya Ramlan yang memecahkan rasa penasaranku "ya, santri yang tidak ada disini berarti tidak lulus karena tidak memenuhi syarat dan penilaian yang berlaku" jawab Ustadz pembina " baik kalo begitu mulai besok kalian sudah menjalankan masa karantina Tahsin Quran selama 1 bulan dan akan mulai menyetorkan hafalan jika sudah memenuhi persyaratan dan pelajaran dengan baik, setelah diizinkan baru boleh menghafal dan menyetorkan hafalan, baiklah kalau begitu para santri diperbolehkan membawa barang – barang ke lemari yang sudah disediakan dan para orang tua santri sudah diperbolehkan untuk pulang kerumah masing – masing tanpa membawa anaknya pulang, saya tutup wabillahitaufik walhidayah assalamualaikum wr.wb." "Diki ummi pulang dulu ya, jaga Kesehatan nya ya, semangat ngafalnya" "iya ummi juga ya jaga kesehatannya doain Diki selalu ya ummi" "iya yauda ummi pulang dulu ya, assalamualaikum" "waalaikumsalam" hatiku Kembali resah dan kacau lagi tak tahu kenapa, apalagi ketika melihat ummi pergi. "Dik" terdengar suara Ramlan dari belakang "kenapa mlan?" "kau gak sedih ya, mukak kau kok datar kali kayak gak ada apa – apa" "gatau" jawabku lalu pergi meninggalkan Ramlan sambil mengangkut barang – barangku. Aku mencari urutan namaku dipintu kamar dan ternyata ada dipintu kamar 1 berarti kamarku dikamar 1 okelah kalau begitu. "assalamualaikum' sapaku kepada yang lain " waalaikum salam, santri baru ya dek, Namanya siapa?" "Diki bang" "oh Diki, kenalin abang Riswan ketua kamar disini dan yang ini lemarinya ahlan wa sahlan ya dek semoga betah" "oiya bang Riswan terimakasih" langsung saja aku membereskan barang – barang ku kedalam lemari yang ukuran nya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Di dalam satu kamar ini ada 8 orang tapi aku belum mengenal mereka semua, yang aku kenal hanya bang Riswan dan Ramlan saja karena butuh waktu untuk aku mengenal mereka dan beradaptasi dilingkungan baru seperti ini aku akan lebih banyak diam dan menghabiskan waktu untuk memperhatikan lingkungan sekitar, "hei Diki kenape awak ni diam sangat, ape hal pulak ni, dari firstime you karantina until now you macam ni, ade problem ke? Oh ye, kite belum kenalan secare pribadi kan, name i Rizki Firdaus from KL" aku balas Kembali jabatan tangan Rizki "namaku Diki al- Farizi, sebelumnya aku mau nanya KL itu apa?" "Hah, takkan kau tak tahu KL itu ape, KL tu Kuala Lumpur, dah tau kan" "oh iya, iya tau" "duh, I nak ke tandas dulu ye" "hah tandas, tandas tu kamar mandi kan" "exactly, tau pun awak, macemane awak tau?" "dulu nenek ku sering bilang – bilang bahasa kayak gitu kadang – kadang aku gak ngerti juga apa yang di bilang" "ohh, berarti nenek kau melayu ke" "memang, bukan nenek ku aja yang melayu aku pun juga" "pantas lah kau understand sangat ape yang I cakap, tidak macam ko orang tu, macam bodoh bodoh" "bodoh? Siapa?" " itulah budak Ramlan tu, harus kasih Bahase tubuh dulu baru dia understand, eh, tapi ko punya bahasa inggris pacak juga" "oh, cuma dikit – dikit aja" " eh, dahlah ko ajak pulak aku becakap dah tedesak ni, I nak ketandas dulu ye" "oke oke" lucu juga si Firdaus ini tapi kayaknya orangnya suka ga disaring kalau ngomong. "Diki!" terdengar suara dari belakang memanggil aku, aku menoleh ke belakang "eh,Ramlan ada apa?" "kau uda beli piring?" "belum, kenapa?" " yok beli piring ", "kalian kalau mau beli piring tanya kawannya dulu mau nitip atau nggak, biar gak banyak kali yang keluar, terus izin sama ketua kamar" sahut bang Andi salah satu abangan kelas anggota kamar satu "oiya bang terimakasih" "ya", "o yaudahlah kita tanya dulu orang itu ada nggak yang mau nitip, yoklah" aku dan Ramlan pergi kekamar dua mau nanya ada yang mau nitip atau nggak "assalamualaikum bang permisi ya mau nanya santri barunya ada yang mau nitip beli pirig atau nggak?, "sa mo titip sekali, su mo pi kemana eh?" " kami mau ke supermarket dekat sini aja, ada lagi nggak, gak ada lagi ya, yaudah terimakasih ya bang" kami berangkat keluar dari kamar dua " oh iya si Rizki belum kita tanya" "ah malas kali aku ngomong sama dia, ntah apa aja yang dia bilang nggak ngerti aku, udahlah pergi aja kita biar aja dia situ, dia pun ntah kemana" tukas Ramlan penuh kejengkelan, "kau nggak boleh gitu, dia kawan kita juga, tadi dia mau ke kamar mandi, bentar aku panggil ya". Tok tok tok, suara gedoran pintu kamar mandi " Rizki, kau mau nitip beli piring nggak, kami mau pergi soalnya" "ye, I nak titip sekalian but, gune duet you dulu ye nanti I ganti duet I di dalam cupboard pulak" "oke", aku dan Ramlan langsung pergi menjumpai ketua kamar untuk izin "kan uda ku bilang ntah apa aja yang di bilang si Rizki itu, gak ngerti aku sumpah" "ooh,udahlah gapapa, yang penting dia gak macam – macam, eh tapi ketua kamarnya kemana ya, di kamar nggak ada, di bawah juga nggak ada, kek mana kita mau izin ya?" "udah, kita keluar diam diam aja, bukan ada yang tau, ustadz pun bukan ada disini" " ah, gilak kau, masih anak baru tapi mau nyari masalah, nggak nggak, gila ko ya" "jadi kek mana lagi dari pada kita gak makan nanti, alah udahlah nggak papanya itu lagipun kita masi anak baru masih dimaklumi nya kalau kita buat salah" "tapi, sumpah aku deg-degan tapi yaudahlah yok" kami pergi ke supermarket terdekat, ditengah perjalanan "TIIIT, TIIT,TIIIIT, terdengar suara klakson dari belakang, lalu kami menoleh ke belakang "HAH!!, MAMPOOSS, USTADZ ARIIFF"