Chereads / THE MARDUD / Chapter 4 - FIRST PUNISHMENT

Chapter 4 - FIRST PUNISHMENT

"kek mana kalo kita ketahuan sama ustadz?" "alah selow aja napa sih dik, ketahuan ya ketauan, kalo nggak berarti nggak, simple kan, kau baru pertama kali cabut ya? Di sekolah nggak pernah?" "boro boro mau cabut, izin ke kamar mandi aja aku udah mau mati" TiiiiiinTiiin Tiiin….. terdengar suara klakson dari belakang kemudian kami berbalik ke belakang, "MAMPOSS, USTADZ ARIIF" " aduuh ya Allah ampunilah segala dosaku" ustadz Arif berhenti tepat didepan kami "kalian mau kemana bang?" "mau beli piring ustadz" jawab Ramlan "udah izin?" "mmm… sudah ustadz sama ketua kamar" "oh iya, kalian mau beli piring kemana?" "ke supermarket terdekat ustadz" "yaudah hati – hati jangan kemana-mana lagi, kalo udah selesai langsung pulang, yaudah assalamualaikum" "waalaikumsalam ustadz" ustadz Arif lalu pergi dari hadapan kami, "eh kok kau bilang udah izinn nanti kalo ditanya sama ketua kamar kek mana?" "aiih gatau lah aku, kau pun diam aja bukan mau bantuin aku, udahlah pergi ajalah kita" kami langsung beranjak pergi ke supermarket terdekat. Setelah kami selesai membeli piring kami langsung balik ke asrama, tapi saat di depan gerbang terlihat ustadz Arif sedang berbicara dengan 2 orang ketua kamar yang terlihat sangat serius "eh, ini kayak nya lagi cerita masalah kita" kataku pelan "udahlah hadapin aja, Namanya kita yang salah kek mana lagi" kemudian ustadz Arif menoleh kearah kami dan memanggil kami, kami langsung menemui ustadz Arif "kalian bohong kan, tadi kalian bilang sudah izin tapi ternyata belum kek mana nya kalian, panggil semua teman kalian yang nitip kebawah, sekarang" kami berdua langsung berlari memanggil Rizki dan Martin karena mereka juga nitip beli piring. Karena kalian tidak izin keluar dan sudah berbohong kalian saya hukum, mana lagi teman kalian Cuma ini?" "Nasir tidak nitip ustadz karena sudah bawa piring dari rumah" jawab Ramlan " karena ini hukuman pertama kalian jadi hukumannya kalian harus menyiram semua bunga di asrama Ikhwan dan akhowat, jika kalian buat lagi kalian akan mendapatkan hukuman yang lebih berat lagi, mengerti!" "mengerti ustadaz" " yaudah sekarang lakukan hukuman yang saya perintahkan. Kami lalu mengambil beberapa ember air dan mulai menyirami bunga "heeh, ini semua su pu salah kenapa su tra izin eh" tukas Martin " tau pun, ni due orang budak kenape tak izin tadi inilah akibatnye, firstime masuk,firstime punishment juge, tak patutlah pelik sangat" tukas Rizki lagi "kelen ini syukur dibelikkan makanya tadi gausah nitip kalau nggak mau ngambil konsekuensi, sok kali klen, kelen kira kami ga cape ha! Beli piring kelen, emang bangsat klen" balas Ramlan " apa su pu bilang su bilang kita punya dua orang kah!" balas Martin sambil mendorong dada Ramlan "udahlah, kita siram aja bunga nya gausah main kekerasan, kalo kalian buat kesalahan lagi makin besar permasalahan nya orang bijak itu yang mengecilkan masalah, bukan membesarkan masalah, udah udah udah gausah buat masalah kalian disini, siram aja bunga nya biar selesai ini kita ke asrama akhowat nyiram bunga" sahutku sambil memisahkan mereka. ***

"Kenapa kalian? Gak izin kalian kan, kan udah abang bilang izin sama ketua kamar, kalian ga dengar, yaudah yok kedapur ngambil makan"tukas bang Andi " sekarang bang? Kan masih jam 6" tanya Ramlan "iya, makan malam diganti jadi sekarang karena setelah maghrib itu ngafal, yaudah yok" 'iya bang duluan nanti aku sama Diki nyusul" jawab Ramlan "yaudah, cepat tapi ya, kita mau zikir al-ma'surat sore dulu nanti kalian dihukum kalo terlambat" "iya bang siap" . "hei jomlah kesane ape lagi nak kalian tunggu ni nanti terlamab baru tau" "iya, iya, yaudah yoklah Ramlan" "yok". "jadi macemane you orang tadi kene tengok ustadz, why he know you tak izin tadi?"tanya Rizki "ntah apa pun yang kau bilang, ga ngerti aku sumpah" tukas Ramlan "ih siape juge nak ask to you, I ask same Diki lah, ih, crazy sangat budak ni, perasaan, pelik sangat"jawab Rizki lagi "jadi tadi kami mau izin sama ketua kamar, tapi gak ada, terus diajak sama Ramlan keluar tanpa izin pas ditengah jalan, jumpa sama ustadz, terus kami ditanya udah izin atau belum, tapi Ramlan jawab sudah, padahal belum, jadi ustadz tanya ke ketua kamar apakah kami sudah izin, dan ternyata kami belum izin", jawabku, "oooh, berarti ini semue budak ni yang punye pasal ye, is, tak elok lah budak ni, takde attitude ke die ni" jawab Rizki "apanya kau bilang, gilak anak ini sakit kali kuping aku dengar kau ngomong"tukas Ramlan "kau serius gak tahu apa yang dia bilang" tanyaku kepada Ramlan " gini ya Diki, aku itu kalo disana, gak dirumah, sekolah, warung, semua pake bahasa batak, bahasa Indonesia ku mulai bagus itu pas SMP kelas 3, itupun karena aku dilatih kakak ku Bahasa Indonesia, kalo nggak, gak bakal tau akua apa yang kau bilang, bahkan tulangku yang disana gak bisa Bahasa Indonesia sama sekali, apa lagi mau dengar omongan anak si Rizki ini, pusing kepalaku jadinya bercampur-campur, capek kali aku mikirnya" jawab Ramlan kesal "ooh, gitu ya" jawabku singkat "eh, tapi aku heran samamu, kau dari kampung tapi kok, logat kampungnya gak ada sama sekali, sampe aku gak percaya kalau kau itu dari kampung" "iya, aku emang dari kampung, dulu logat kampungku kental kali terakhir pas SD kelas 6, karena aku masuk ke SMP yang dominan anak kompleks, anak elitelah bisa dibilang, jadi karena Bahasa kampungku terlalu kental, aku lebih banyak diam dan memperhatikan orang-orang sekitarku, lama kelamaan aku jadi sering berkomunikasi sama mereka dan mulai jarang menggunakan Bahasa kampung, dan terakhir yaa, kayak gini, tapi kalo lawan bicaraku pake Bahasa kampung, yaa aku jawabnya pake Bahasa kampung juga, biar menyetarakan bahasa aja gitu, eh kita kelamaan jalannya yang lain uda pada ngumpul mampus kita ayo cepatkan jalan kalian dikit" tukasku "iih, macemane nih sibuk sangat becakap sampai lupe tujuan pulak ni habeslah kite kene punishment lagi" kami mempercepat Langkah ke lokasi zikir ma'tsurat tiba – tiba salah satu abangan kelas yang tidak kami kenal berdiri sambil mengangkat tangan. "kenapa kalian terlambat? Karena kalian terlambat, kalian zikirnya berdiri sampai selesai zikir, mengerti!" "mengerti bang" jawab kami sambil tertunduk, "aduuh, kene lagi kan, tak elok sangat, baru 1 day kat sini, dah kene punishment belipat-lipat" tukas Rizki pelan sambil melihatku.