Chapter 7 - Pemakaman

Ketika upacara Otsuya tiba, Kaori dan Shiina datang menggunakan pakaian serba hitam. Upacara Otsuya sendiri merupakan upacara dimana semua keluarga besar Ayaka serta beberapa teman bekerjanya memberikan penghormatan terakhir dan mempersembahkan dupa di hadapan jenazah Ayaka yang berada di dalam peti mati. Kemudian setelah itu upacara pemakaman lainnya dilakukan hingga pada akhirnya tubuh Ayaka dikremasi. Lalu abunya dibawa pulang sementara oleh Kaori ketika batu nisan tengah dipersiapkan.

Kaori meminta Keiko untuk membuat sebuah altar kecil atau Butsudan yang ditempatkan di dekat pintu masuk rumah ibunya. Kaori ingin menaruh tulang belulang dan abu Ayaka di Butsudan agar ia merasa jika Ayaka masih berada di rumah. Walaupun untuk beberapa tahun ke depan ia tidak akan menempati rumah itu karena Keiko meminta Kaori untuk tinggal bersamanya. Namun Kaori meminta agar rumah peninggalan ibunya bisa ia gunakan disaat ia dewasa nanti. Keiko dan suaminya tidak melarang apapun yang Kaori inginkan, bahkan mereka dengan senang hati menuruti apa yang Kaori inginkan agar anak itu tidak melulu menangisi kepergian sang ibu.

Beberapa hari kemudian, pembuatan batu nisan untuk diletakkan di sebuah kuburan telah selesai dibuat. Suami Keiko yang telah memesannya setelah ia tahu Ayaka telah meninggal dunia. Batu nisan itu berbentuk balok tugu dan sudah terukir nama Nishizawa Ayaka di sana. Di depannya terdapat sebuah lubang untuk meletakkan bunga dan dupa. Keiko meminta Kaori untuk membawa abu jenazah mendiang ibunya ke kuburan baru itu dan meletakkan abu jenazah di bawah batu nisan.

Setelah proses pemakaman dan pembuatan Butsudan telah selesai, Keiko dan suaminya membuatkan sebuah kamar untuk Kaori di ruangan yang tak terpakai di rumah mereka. Namun Kaori meminta kedua orang itu untuk tidak membeli barang apapun untuk mengisi kamarnya, ia hanya ingin semua barang yang ada di kamar sebelumnya dipindahkan ke kamar baru. Katanya ia tak ingin membuang-buang uang milik Keiko dan suami, terlebih lagi ia tidak akan selamanya tinggal di sana. Beranjak dewasa nanti, ia harus kembali ke rumah mendiang Ayaka yang ditinggalkan.

Selain itu, Keiko juga sudah menyiapkan sebuah tempat tidur untuk adik Kaori jika sewaktu-waktu bayi itu dipulangkan dari rumah sakit. Ia menempatkan tempat tidur bayi di sebelah kasurnya. Sengaja ia melakukan hal itu karena Kaori tak mungkin bisa mengurusi adik kecilnya yang baru saja lahir. Ia dan suami telah meminta izin kepada Kaori, tentu saja Kaori mengizinkan Keiko untuk mengurusi sang adik.

Setelah persiapan selesai dan keadaan sudah jauh lebih baik, akhirnya Keiko beserta suami dan Shiina membawa Kaori ke rumah sakit untuk menjemput adiknya yang sudah diperbolehkan dibawa pulang. Namun rupanya Kaori merasa tak senang ketika mereka semua tiba di rumah sakit. Ia terus berdiam diri, terlihat tidak antusias ketika tahu adiknya akan ikut pulang. Shiina tak menyadari hal itu, ia malah terus mengajak Kaori membicarakan tentang apa yang akan mereka lakukan ketika bermain bersama adik Kaori nanti. Sementara Keiko menyadari sikap aneh Kaori, namun ia belum bisa menanyakan langsung tentang suasana hati Kaori saat ini.

Kini mereka tengah berbicara mengenai perkembangan adik Kaori yang masih berada di ruang NICU. Bayi tersebut memang sengaja dimasukkan ke dalam ruangan khusus itu setelah dilahirkan oleh mendiang Ayaka karena ia terlahir prematur. Penyebab Ayaka dilarikan ke rumah sakit dan diharuskan melahirkan sang buah hati kedua karena selama ini ia memang memiliki sebuah penyakit yang tidak diketahui siapapun. Ia sering merasa pusing dan terkadang mimisan, sudah hampir dua tahun ia merasakan hal seperti itu, namun ia menyembunyikannya hingga akhir hayat.

Beberapa bulan yang lalu, Ayaka pernah memeriksakan dirinya kepada seorang dokter. Setelah melakukan beberapa pemeriksaan dan menunggu hasil laboratorium keluar, akhirnya dokter menyatakan jika Ayaka mengidap Leukemia. Saat itu, ia sangat terkejut dan tak bisa berkata-kata lagi. Terlebih saat itu ia sudah mengandung anak keduanya yang baru menginjak usia kehamilan dua bulan. Bersamaan dengan itu, suaminya, Nishizawa Haru, meninggalkan dia untuk bekerja di Tokyo. Keuangan yang sangat sedikit memaksa dia untuk menahan rasa sakitnya. Bahkan ketika memutuskan untuk mulai bekerja, ia selalu menyembunyikan apa yang ia rasakan.

Hingga pada akhirnya, kesakitan yang sangat parah ia rasakan satu bulan sebelum bulan kelahiran anak keduanya. Ia mengalami pusing yang luar biasa dan banyak sekali darah yang keluar dari hidungnya. Kemudian, ia terjatuh lalu tak sadarkan diri di dapur. Tidak lama dari itu, Keiko datang untuk berkunjung sembari memberikan buah-buahan segar untuk Ayaka dan Kaori. Ia mendapatkan pintu rumah yang tak tertutup. Beberapa kali ia memanggil Ayaka, namun wanita itu tak menjawab, bahkan Kaori saja tak menjawabnya karena masih tertidur dengan pulas di kamar.

Dengan tak enak hati, Keiko memasuki rumah Ayaka dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Ayaka tergeletak di lantai. Spontan ia menjatuhkan barang bawaannya dan segera menghampiri wanita yang tak sadarkan diri itu. Tentu ia mengguncangkan tubuh Ayaka beberapa kali sembari memanggil namanya, namun Ayaka tak kunjung tersadar. Keiko sudah sangat bingung ketika melihat Ayaka yang tak mau bangun, akhirnya ia menelepon ambulans. 10 menit kemudian, mereka datang dan segera membawa tubuh Ayaka. Keiko ikut dengan mereka setelah menutup pintu rumah. Sengaja ia tak memberitahu Kaori karena tak mau membuat anak perempuan itu panik.

Setibanya di rumah sakit, Ayaka mendapatkan pertolongan dengan segera. Namun karena keadaannya yang sangat berbahaya, memaksa dokter yang menanganinya harus mengeluarkan bayi yang masih berada di dalam perut Ayaka dengan cara persalinan caesar. Butuh waktu sampai satu jam hingga akhirnya dokter keluar dari ruang operasi dan menyatakan jika nyawa Ayaka tidak bisa diselamatkan, mereka hanya bisa menyelamatkan anak Ayaka saja. Bagaimana Keiko tidak terkejut setelah mendengar hal seperti itu? Tentu saja ia menangis dan tak percaya hal musibah ini bisa terjadi dalam waktu yang begitu cepat. Tak terbayang bagaimana sedihnya Kaori jika ia tahu sang ibu telah tiada. Namun ia tidak bisa menyembunyikan hal ini dari Kaori. Mau bagaimanapun ia harus memberitahu anak Ayaka itu. Akhirnya, ia meminta dokter untuk tak memindahkan jasad Ayaka sebelum anaknya melihat. Lalu ia pergi untuk menjemput Kaori dan Shiina yang tak ikut pada waktu itu.

Di dalam perjalanan menjemput Kaori dan Shiina, ia memberitahu suaminya jika Ayaka telah meninggal dunia setelah melahirkan anak kedua. Tentu suami Keiko terkejut dibuatnya, bahkan ia rela meninggalkan pekerjaannya demi melihat jasad terakhir Ayaka. Lelaki itu juga sudah tahu bagaimana kondisi kehidupan Ayaka selama beberapa bulan terakhir ini, Keiko sendiri yang bercerita kepadanya.