"Iya Tuan," ucap wanita muda.
Wanita muda itu mengenakan rok span hitam diatas lutut dan berbelah dibagain belakang. Dipadukan dengan baju kemeja maron yang terkancing rapi, namun, ketat hingga sangat menonjoli bagian dada gempal itu.
Rambut coklat lurus sebahu ditata, bagian kanan kedepan dan sebagian lagi dibiarkan tergerai kebelakang. Cukup menggoda memang. Bisa ditebak, wanita ini adalah sekretaris pribadi Kenric.
"Kosongkan jadwal ku hari ini." Ucap Kenric yang masih duduk dibalik meja kerjanya.
Wanita itu sedikit mengerutkan keningnya. Ia heran. Karena tidak biasanya Kenric tak menatapnya saat berbicara.
'Apa karena pengumuman itu?' Geming wanita muda dalam hati.
"Kau tidak mendengarku?!!" Bentak Kenric yang masih dalam posisi sebelumnya.
"Hmm… Mmm baik Tuan." Dengan wajah kesal, ia meninggalkan ruangan Kenric.
Kenric masih menatap tajam kearah luar jendela gedung pencakar langit. Tatapannya benar-benar menunjukkan ada yang mengganggu pikirannya. Mungkinkah, ucapan Maria dimalam itu? Entahlah.
***
Mobil Bugatti sport 110 Ans hitam melesat diparkiran mansion mewah yang memiliki bangunan khas Eropa klasik. Banyak patung-patung bergaya dewa-dewi Yunani Kuno dimansion ini.
"Tuan muda!" Sapa seorang pria tua yang memakai pakaian pelayan.
"Pero. Apakah disekitar ku ada orang lain yang kau lihat?!" Jawab Kenric sambil membetulkan jas saat dia turun dari mobil sportnya.
Pero menarik senyum tipis. "Tuan besar sedang berada diruang baca." Lanjutnya seolah ia sudah tahu tujuan tuan mudanya.
Pero merupakan seorang kepala pelayan yang sudah sangat lama bekerja dikeluarga Goldman. Bahkan, ia adalah orang yang selalu ada dalam tumbuh kembang Kenric dari kecil sampai dia sedewasa saat ini.
Kenric tidak pernah suka bila pero memanggilnya dengan sebutan seperti tadi (lain hal bila ada orang lain disekitarnya) karena itu adalah etitude antara pelayan dan majikan.
Jika orang diluar memandang Kenric dengan sebutan sipenggila wanita (terlepas dari kepintarannya menjalankan perusahaan), baginya, Kenric tetaplah mega (cahaya) yang berada dibalik senja. Saat gelap itu menerpa keluarga ini, dialah cahaya yang menerangi hingga gelap itu tak selamanya bersemayam disini.
Pintu terbuka saat jari telunjuk Kenric menekan knock merah yang berada disisi kanan pintu. Meski rumah ini bergaya klasik, namun, sudah dimodifikasi dengan elektronik teknologi canggih yang hanya sekali tekan langsung bekerja tanpa suara.
Dia melanjutkan langkah masuk kedalam ruangan. Terlihat Bruno yang sedang membaca buku dibalik meja bacanya.
"Dad?! Haruskah kau melakukan ini padaku?!" Ucap Kenric tanpa basa-basi.
"Kenric, kau membuatku terkejut." Jawab Bruno santai sambil meletakkan buku.
Dia berjalan menghampiri Bruno dimeja baca yang terletak tepat disisi kanan dari arah pintu masuk.
"Hmm, mungkin kita bisa bicara sambil main golf," jawab Bruno mengalihkan atau membujuk.
Bruno sudah tahu apa yang akan dibahas Kenric. Dia pasti akan protes dengan keputusan yang dibuat tanpa persetujuan dirinya. Apalagi, keputusan tentang pernikahan. Hal yang tidak ada didalam kamus hidupnya.
"Apa permainan golf bisa menyelesaikan persoalan ini?! C'mon dad!" Ucap Kenric kesal.
"Aaa, atau kita pergi minum. Aku baru ingat, teman ku Antonio mengundangku diacara grand opening gold sampanye miliknya. Aku yakin kau pasti sangat menyukainya." Bujuk Bruno mengalihkan, dia langsung berdiri bergegas sambil membuka kacamata bacanya.
"Aku tak ingin apapun saat ini. Aku hanya perlu penjelasan dari mu. Bukankah kita sudah sepakat untuk saling menghargai dan tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing."
Langkah Bruno langsung terhenti saat baru saja dia melewati Kenric. Dia menghela napas dan berbalik, kemudian tersenyum lebar menatap Kenric yang juga menatapnya.
"Kau, sama sekali tidak tergoda dengannya? Tak bisakah kau lihat betapa sempurnanya dia? Aku hanya mempermudah jalanmu untuk mendapatkannya?" Ucap Bruno menggoda Kenric.
"Kapan?! Kapan aku pernah memintamu untuk membantu ku mendapatkannya. Jika aku mau. Detik ini pun aku bisa menidurinya tanpa harus MENIKAHINYA!"
"Tidak semua wanita dengan mudah mencampakkan diri keatas ranjangmu!" Jawab Bruno yang tak lagi senyum. Usahanya mencairkan suasana sepertinya tak berhasil.
"HAH! Seberapa yakin ayah tentang dirinya?! Yang jelas, AKU AKAN MEMBATALKAN RENCANA GILA INI!"
"Aku tidak bisa meyakinkan mu sebagaimana aku yakin terhadapnya. Tapi yang jelas, tidak setitik tinta pun Maria bisa disamakan dengan wanita-wanitamu." Jawab Bruno lembut.
"Aku hanya ingin mewujudkan mimpi ibumu untuk menikahimu. Tentang kau ingin membatalkan rencana yang sudah dikabarkan diseluruh penjuru, itu juga adalah hak mu." Timpal Bruno halus (membuat shock terapy) sambil meremas bahu kanan Kenric dan meninggalkannya.
Kenric mengusap wajah kesal. Tanpa sengaja dia melihat surat kabar diatas meja dengan judul berita 'PERNIKAHAN KENRIC GOLDMAN DAN MARIA SCOTT YANG AKAN DIGELAR SECARA MEWAH BERTEMPAT DI FOLWER ISLAND'
***
'PERNIKAHAN KENRIC GOLDMAN DAN MARIA SCOTT YANG AKAN DIGELAR SECARA MEWAH BERTEMPAT DI FOLWER ISLAND'
Maria menatap sinis saat membaca judul surat kabar yang terletak rapi diatas meja kerjanya. Sepertinya, sudah beberapa menit dia berdiri dan memperhatikannya. Segera dia mengambil telepon dan menekan satu tombol yang ada dibadan telepon.
Terdengar nada Beep sebelum seseorang dibalik pesawat telepon menjawab.
"Keruanganku sekarang." Perintah Maria.
Tak lama setelahnya, Laurent masuk dengan sigap.
Dia berdiri tegak dan sedikit menunduk mengisyaratkan penghormatannya pada bos.
"Pastikan tak ada satupun surat kabar yang tersisa dikantor ku hari ini."
Laurent sedikit mengangkat wajah dan terkejut. Yang tentu saja ekspresinya dengan mudah dibaca oleh Maria.
"Kenapa? Apa ini pekerjaan sulit untuk mu?!" Ucap Maria tegas.
Laurent salah tingkah, lalu menjawab, " tentu tidak nona." Dia segera berbalik dan langsung meninggalkan ruangan.
Maria bukan mau membersihkan berita ini agar tidak diketahui oleh para karyawannya. Tentu saja hal itu tidak bisa disembunyikan atau dibungkam olehnya.
Jelas, dia sangat menyadari hal itu. Maria hanya ingin membersihkan perusahaannya dari tulisan berita media cetak yang membuat dirinya muak.
Lima belas menit berlalu sejak Maria memerintahkan Laurent, dia kembali mengetuk pintu dan melangkah masuk keruangan Maria.
"Semuanya telah beres nona. Tidak ada satu pun surat kabar yang tertinggal."
"Ok." Jawab Maria sambil memeriksa berkas.
Namun, Laurent tetap berdiri disana. Seolah dia ingin mengatakan sesuatu tapi ragu. Tidak seperti biasanya menyampaikan perihal apapun dengan padat, tepat jelas dan singkat.
Maria masih memeriksa berkas dengan seksama, tapi, dia tetap menyadari gelagat Laurent.
"Apa yang terjadi?" Tanya Maria tanpa menatap Laurent.
"Hmm,mmm…" Laurent sedikit menunduk sambil mengigit giginya.
"Laurent! Kau tak mendengarku?! Ada apa dengan mu belakangan ini! Apa kau sudah mulai lelah untuk bekerja?!"
"Hm, tidak begitu nona." Jawab Laurent ragu.
"Aku akan menyuruh James mengatur jadwal liburan untuk mu, jika memang iya." Ucap Maria sambil menghentikan pergerakannya memeriksa berkas dan menatap Laurent.
Liburan? Tentu itu adalah pernyataan yang terdengar membahagiakan. Siapa yang tak menginginkannya. Apalagi, diurus langsung oleh ceo. Semua perjalanan pasti dilayani dengan pelayanan VVIV.
Tapi, tidak dalam hal ini. Pernyataan seperti itu adalah hal yang paling menakutkan jika dilontarkan oleh seorang Maria Scott. Tentu saja memgartikan pemecatan, secara terhormat, atau tidak hormat. Aghh, entahlah. Yang jelas Maria tidak suka hal yang bertele-tele.