"Putri nyonya adalah malikat terhebat yang dikirim kerumah ini. Tentu, dia akan baik-baik saja." Jawab kepala pelayan menenangkan.
Sorenda, tampak mengatur napas sebab sesak yang dirasanya.
"Nyonya, mau ku buatkan teh hijau?" Tanya kepala pelayan muda.
"Hm," jawab Sorenda mengangguk lemah.
Sorenda berjalan dan disusul oleh kepala pelayan juga beberapa pelayan yang lain. Mereka berjalan menuju lift untuk turun kelantai tiga.
Sementara, dikamar Maria masih bersama Marient sambil menggenggam tangan saudaranya. Maria tak henti meneteskan air mata. Dia melirik dan melihat biolan yang sudah berada dimeja bacanya. Perlahan dia melepaskan genggaman dan berjalan pelan kearah biola. Maria mengambil dan memgelus lembut biola. Dua string dari keempat string terlihat terputus dari dari tempat.
Dia menyentuh string dan tiba-tiba terhentak. Jari telujuk Maria terbeset dengan string itu. Dia menyeringai lalu, menoleh menatap saudarinya yang masih tertidur dnegan oksigen dihidung.
