Badai menurunkan koin kesekiannya. Menyimpannya di bawah bantal karena pakaian pasien di rumah sakit ini tak memiliki saku.
"Jika kakak sudah tahu begitu. Kenapa kakak masih di sini? Kakak tidak segera saja pergi menemui ayah? Kakak tidak takut jika ayah bertambah marah?"
Bintang memperlihatkan tatapan tenangnya.
"Kakak pulang untuk menemuimu. Jika kakak langsung pulang. Kakak yakin ayah hanya akan menambahkan pekerjaan baru untuk kakak. Setelah dia berpikir putra tertuanya sedang senggang."
Badai sepertinya bisa membayangkan hal itu. Dia setuju dengan ucapan kakaknya. Karena itu pasti adalah alasan ayah memanggil kakaknya dengan tergesa-gesa.
Mata coklat gelap yang sama melihat ke arah adiknya.
"Dai... kudengar ayah menjodohkanmu. Apa itu benar?" Begitu to the point. Itulah sifat Bintang. Dan Badai sering mencontohnya.
Badai mengangguk samar.
"Ayah selalu begitu. Dia memutuskan segala hal secara sepihak. Dia bahkan tidak punya keinginan untuk menanyakan pendapatku."