Arais menyeringai puas. Selangkah lagi dia akan melihat musuhnya menderita. Arais keluar dari ruangan dan melihat Dony sedang mengajari semua karyawan baru dengan teliti dan sabar. Arais sangat beruntung punya assisten yang serba bisa seperti Dony.
Tak ada kerjaan, Arais pun ikut mengajari karyawan lain sambil menunggu kabar dari anak buahnya.
Selama dua jam Dony dan Arais mengajari karyawan-karyawannya, sebuah telpon masuk dan Arais pun langsung menjauh untuk menerima telpon itu.
Seringai jahat muncul saat Arais melihat nama yang berpendar dari ponselnya.
"Bagaimana? Semuanya sesuai rencana?"
"Silahkan Anda lihat teleivisi sekarang. Anda bisa lihat sendiri kabar proyek Zuyo Group yang hancur berantakan dalam sekali tendang," ucap lelaki itu dengan pongah.
Arais ke ruangannya dan melihat berita. Dan benar saja. Hampir semua berita di televisi menayangkan rubuhnya proyek yang baru dibangun. Arais tertawa senang. Akhirnya rencananya berhasil.
"Aku kirim lima puluh juta lagi setelah proyek itu berpindah ke tanganku. Silahkan bujuk pemilik proyek agar mengalihkan proyeknya padaku dan buat pemilik proyek menuntut Zuyo Group dengan nominal yang sangat besar," perintah Arais tanpa perasaan.
"Siap, Bos. Besok Anda datang saja ke Armour Estetic dan saya pastikan Anda akan mendapatkan proyek itu. dengan syarat dariku tentunya."
"Syarat? Syarat apa?"
"Lakukan apa yang saya sarankan dan saya pastikan Anda akan mendapatkan proyek itu." Lelaki itu sangat licik. Dia punya banyak cara untuk bisa mendapatkan uang. Termasuk menikung atasannya sendiri.
"Ok."
***
"Kita ke kantor Armour Estetik sekarang. Kamu udah siapin semua materi presentasi kita?" tanya Arais pada Dony tanpa melihat ke arah Dony yang ada di belakangnya.
"Udah, Pak. Tapi apa Pak Arais yakin akan meminta kerja sama dengan Armour Estetik? Saingan kita perusahaan-perusahaan besar, Pak. Sedangkan kita baru saja menetas. Dana kita juga terbatas. Untuk proyek yang akan dilakukan Armour Estetik membutuhkan banyak biaya. Kita gak akan bisa membangunnya kalau pihak Armour Estetik gak kasih DP, Pak." Dony mengingatkan.
"Tenang aja. Kita pasti bisa dapetin proyek itu. Dan Armour Estetik gak akan bisa nolak permintaan kita. Dia akan kasih seluruh dananya di awal. Kita akan untung sekaligus bisa membuat perusahaan lain iri. Pegang ucapanku. Ayo kita berangkat sekarang."
***
Arais dan Dony sudah sampai di kantor Armour Estetik. Perusahaan terbesar nomor lima di Indonesia dan nomor dua puluh se-Asia. Perusahaan incaran para perusahaan kecil yang baru merintis agar bisa diakui perusahaan lain.
Arais mempunyai sebuah rahasia yang akan membuat Armour Estetik yang dipimpin oleh anaknya yang bernama Denish tidak akan bisa menolak permintaannya. Sesuai yang disarankan oleh anak buahnya yang cerdik itu.
"Selamat siang, Pak Denish. Senang bertemu lagi dengan Anda." Arais menjabat tangan Denish.
Berita tentang retaknya hubungan Arais dan ayahnya sudah terdengar hingga ke telinga Denish. Dia pun heran kenapa Arais bisa ada di depan matanya bersama Dony—assisten yang terkenal sudah memenangkah proyek-proyek besar.
Denish memandangi penampilan Arais dari atas ke bawah. Baju yang murah hanya saja dibuat semirip mungkin seperti mewah. Denish mencebik—menghina Arais yang sudah tak sekaya dulu.
"Aku dengar hubunganmu dengan ayahmu sedang memburuk. Apa benar?" tanya Denish dengan nada mencemooh.
"Hubunganku dengan ayahku bukan urusan Anda. Urusan kita hanya sekedar bisnis. Dan aku gak mau bahas urusan selain urusan bisnis. Aku ke sini membawa nama Armail Estate. Perusahaan yang baru aku rintis. Aku mengajukan presentasi agar Anda mau bekerja sama dengan aku."
Denish memutar bola matanya—malas. Untuk mendapatkan proyek dengan Armour Estetik bukan masalah gampang. Hanya perusahaan yang besar dan bagus yang bisa menjadi partner bisnisnya.
"Kamu tahu sebesar apa Armour Estetik? Dan kamu tahu sekecil apa Armail Estate?"Denish memutar tubuh Arais menghadap pintu yang terbuat dari cermin. Di sana terdapat pantulan diri Arais dan Denish yang berdiri sejajar. "Lihat ke sana? Ngaca. Jangan mimpi terlalu tinggi. Jatuh ... sakit sekali. Heh. Perusahaan kecil minta kerja sama dengan perusahaanku."
Arais menatap pantulan dirinya di depan cermin. Memperhatikan dirinya dan Denish yang berdiri sejajar. Terasa sama, nyatanya di antara mereka terhalang status yang sangat berbeda.
"Pohon yang sudah tinggi akan sangat mudah roboh karena terkena angin yang besar. Perusahaan besar akan cepat sekali runtuh jika ada sebuah scandal. Dan Anda tahu maksudku. Jika sampai scandal itu terbongkar, habislah riwayat perusahaan Anda. Bukan hanya nama perusahaan Anda yang hancur. Anda akan dicoret dari daftar kartu keluarga sebagai pewaris tunggal dari Armour Estetik. Aku tahu kalau Anda mempunyai wewenang penuh atas semua aset di perusahaan ini karena semua saudara Anda sudah meninggal dunia. Bagaimana jadinya kalau Anda ternyata—" Ucapan Arais yang tenang ternyata sangat membuat Denish ketakutan. Denish pun segera memotong ucapan Arais.
Sebuah rahasia besar yang disimpan rapat ternyata bisa terendus Arais. Jika semua orang tahu tentang rahasia itu, hancur sudah Armour Estetik dan juga dirinya.
"Apa maksudmu? Apa kamu mau mengancamku?" Denish menatap tajam Arais yang tersenyum tidak simetris.
"Tenang Tuan Denish. Aku gak suka ngancem. Aku hanya suka simbiosis mutualisme. Anda aman dan aku mendapatkan apa yang aku mau." Arais merapikan dasi Denish yang masih rapi. Bisa Arais rasakan degup jantung Denish sangat kencang saat dia mengambil dasi yang terjuntai di dadanya. Denish pasti sangat cemas kalau rahasianya akan dibeberkan oleh Arais.
Ruangan yang dingin seketika terasa panas. Terjadi perdebatan sengit dengan nada yang tenang. Namun, situasi itu membuat Dony ketakutan. Dony tahu seperti apa Denish itu. Dia bisa melakukan apa saja saat dia merasa marah.
"Bagaimana bisa aku percaya kalau kamu tahu tentang scandal yang sama sekali tidak pernah aku lakukan? Jangan ngarang kamu," balas Denish mencoba menenangkan diri sendiri. Walau sebenarnya dia hanya membohongi dirinya sendiri agar bisa lebih tenang.
"Kalau Anda tidak punya scandal, Anda gak usah takut. Aku hanya mengancam Anda. Kalau benar Anda gak punya scandal, tapi aku beberkan ke masyarakat. Anda siap-siap saja tentang scandal yang akan aku ceritakan pada wartawan itu hanya praduga tak bersalah. Anda pasti punya pembelaan dari ucapanku yang nanti akan aku sampaikan pada wartawan siang ini." Arais melihat tangannya yang terdapat jam tangan murah untuk melihat jam berapa Iranelaang.
Wajah Denish memucat. Kata-kata santai Arais membuatnya olahraga jantung di pagi hari—ketakutan. Sesungguhnya dia memang mempunyai banyak rahasia yang dia sembunyikan dari siapa pun. Rahasia buruk yang akan membuat namanya rusak. Arais hanya tahu satu rahasia saja, itu pun dia tak sengaja tahu.
"Jangan bilang kamu akan mengadakan jumpa pers dengan wartawan siang ini," seru Denish takut.
"Bohong kalau aku bilang gak. Siang ini aku akan memberitahu wartawan kalau aku akan kembali pada dunia bisnis. Setelah beberapa bulan istirahat, kini saatnya aku kembali berkarya dengan perusahaan baru. Dan aku harap Anda akan membantu aku mengembangkan perusahaanku dengan proyek-proyek besar dari Anda. Setelah itu, aku akan memberi sedikit cerita dari peristiwa yang aku alami sendiri tentang sebuah perusahaan yang Anda pegang."
"Maksud kamu sebenarnya apa, sih? Kamu ke sini mau kerja sama dengan aku atau kamu ingin menghancurkan perusahaan aku?" Denish mulai tidak bisa menahan emosi. Dia menumpahkan amarahnya pada Arais yang masih bersikap tenang.
"Aku hanya ingin kita kerja sama. Aku mendapatkan proyek dari Anda dan rahasia Anda aman di tanganku. Perjanjian yang cukup adil 'kan?" Arais memberi penawaran.