Kania menggeliat kecil mendengar tangisan bayinya. Perempuan itu segera membuka matanya. Namun suaminya ada disana sedang menenangkan puteri kecil mereka lebih dulu dibandingkan dengan dirinya. "Om …" senyum Kania tipis. "Enggak tidur apa?"
"Tidur tadikan di dekat kamu saya."
Senyum Kania semakin lebar. Ia ingat saat perjalanan ke masa depan, Genta selalu seperti itu, tidak berubah. Kania jadi berdecak tipis. Sudah bertemu dengan Genta versi ini. Genta yang membuat Kania pertama kalinya merasa hangat di dekatnya sebagai seorang pria.
"Sini om, Mika ke aku aja!" Kania merentangkan tangannya.
"Enggak apa-apa sayang!"
Kania berdecak tipis. "Maksud aku, Kania mau nyusu, makanya dia enggak berhenti nangis gitu."
Genta menatap buntalan kecil yang berada dipangkuannya. "Kamu minum lagi, mbul? Banyak banget sih makan kamu." Genta berdecak tipis seperti isterinya tapi tetap memberikan Mikaela ke tangan Kania.