Selama pembicaraan ayah dan anak itu Genta hanya diam memakan kue-kue kering yang memang disediakan untuk tamu. Pura-pura tidak terusik. Kania menaikkan alisnya, pintar juga Genta dalam bersandiwara.
Kania menggigit bibirnya. Ia melirik sekilas ke arah Genta. Genta masih dengan tampang cuek pura-pura tidak pedulinya. "Boleh deh," ujarnya.
Tara mengusap rambut puterinya. Setelahnya mereka bertiga makan dengan tenang. "Masakan kamu makin lama makin enak. Tumben masak tumis cumi hari ini. Favorit Om Genta kamu lho ini. Gimana, Ta? Enak nggak?"
Genta menganggukkan kepalanya. "Enak. Bolehlah."
Kania tersenyum tipis. Pertama kali memasaknya di masa depan, rasanya tidak seperti itu. Genta bahkan muntah memakannya setelah memaksakan dirinya menelan makanan. "Kania ke kamar dulu ya, siap-siap!" ujar Kania setelah makan sementara Tara cuci piring. Pembagian seperti itu memang ada di rumah. Genta tidak membiarkan anaknya yang mengerjakan sendiri.